FACE RECOGNITION

Satu bulan berlalu, dia tak pernah lagi muncul, lebih tepatnya tak pernah lagi datang. Ini hari terakhirku kerja paruh waktu di sini, gimana ya menjelaskannya, kadang jobdesc-ku bersihin meja, nganter pesanan ke meja-meja, bahkan jadi kasir di Kafe ini.

Aku memutuskan untuk kerja paruh waktu selama liburan semester, lumayan untuk nambah-nambah uang jajan. libur yang panjang selama hampir tiga bulan ini aku isi dengan kerja paruh waktu dan main. Yaaa begini lah kehidupan early 20s-ku. Aku jadi ingat hari pertamaku kerja dua bulan lalu...

"Aya, ini tolong kamu antar pesanan ini ke meja nomer 8"

"OK mbak, siap laksanakan"

***

"Ini mas, pesanannya"

"Oh iya, terimakasih."

"Hhh...yang ini gimana caranya ya?" gerutu pria tersebut.

"Apa mas? ada lagi yang bisa saya bantu?"

"Eh oh nggak, saya cuman lagi bicara sama diri saya sendiri, saya sedang mengerjakan tugas akhir, ngoding program yang belum selesai-selesai nih. Hahaha"

"Wah masnya anak IT ya?" Ayana, sang pekerja paruh waktu itu mulai kepo dengan aktivitas pelanggan tersebut.

"Ahahaha kebetulan, iya, dan saya sedang mengerjakan tugas akhir alias skripsian....." pelanggan tersebut mulai menjelaskan panjang lebar ke Ayana.

Sejak saat itu, selama satu bulan penuh, lelaki tersebut selalu datang ke Kafe itu untuk mengerjakan tugas dan revisiannya, Ayana pun selalu menjadi pendengarnya dan tidak jarang Ayana juga membari masukan yang berarti untuk tugas akhir lelaki tersebut. Mereka adalah mahasiswa dari jurusan yang sama, IT.

"Gimana mas bimbingannya? eh iya ini pesanannya hehehe... Ada revisian lagi kah?"

"Lancar nih, cuman tinggal revisi beberapa part aja, setelah itu saya yakin akan bisa sidang secepatnya."

"Aamiin, semoga lancar mas semuanya, udah sebulan masnya bolak balik kafe ini ngerjain skripsi, saya sampai hafal masnya selalu pilih meja nomer 8 ini. hehehe"

"Hahaha iyaa ya, sebenarnya bukan masalah nomer mejanya, tapi tata letaknya, saya senang duduk dekat jendela apalagi tempat masuknya cahaya matahari."

*Ayana mengangguk paham*

Setelah hari itu, Ayana tidak pernah lagi bertemu dengan lelaki tersebut. "Mungkin masnya sudah menyelesaikan skripsinya, bahkan mungkin sudah sidang" pikir Ayana.

"Mba bos, terimakasih untuk kesempatan yang diberikan ke Ayana, terimakasih sudah mengizinkan Ayana kerja paruh waktu di Kafe ini"

"Sama-sama Ayana, terimakasih juga sudah bekerja dengan baik selama dua bulan ini, sudah banyak membantu. Oh iya, ini gaji terakhir kamu di bulan ini, ada bonus perpisahan juga" ucap pemilik kafe tersebut sambil tersenyum.

"Waaahh, mba bos, Ayana jadi makin bingung gimana harus membalas kebaikan mba bos. Sekali lagi terimakasih ya Mba Rana atas semuanya" Ayana berterimakasih sambil pamitan.

Sebelum pulang, Ayana berencana untuk membelikan Ibunya hadiah sebagai rasa syukur Ayana atas pengalaman, upah beserta bonusnya.

Sesampainya di sebuah Mall, Ayana langsung pergi ke sebuah toko baju, sambil lihat-lihat, tidak sengaja tatapan Ayana terpaku ke salah seorang pengunjung di toko tersebut. Orang itu makin lama makin mendekat ke arah Ayana, Ayana pun mematung menantikan di sapa orang itu, tapi ternyata orang tersebut hanya melewatinya, bahkan tak menatap Ayana walau hanya sekilas. Ayana berakhir dengan kebingungan, lelaki yang selama sebulan dia temani di Kafe itu, tak lagi mengenalnya.

***

Lelaki itu mengidap Prosopagnosia alias face blindness

4.4K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction