Si bungsu

Tahun ini adalah tahun pertamaku masuk dunia perkuliahan, menyusul kakak-kakakku. Bagi sebagian orang momen ini mungkin terlihat tak ada apa-apanya. Tapi bagiku ini saatnya aku mulai dilepas. Bebas. Melakukan semua hal yang dulu takut sekali ketika akan kulakukan, takut setelahnya akan dimarahi oleh bapak.

Aku suka bercerita. Menceritakan hal-hal hingga sampai detail kecilnya. Tapi sebagian besar bukan dari ceritaku. Aku selalu mewakili kakak sulungku Rinai, untuk mengutarakannya saat pertemuan keluarga. Aku lebih suka diam atau jika tak perlu bicara dan bercerita, aku akan pergi membaca buku di lain tempat.

Sebenarnya ada jutaan rasa yang kupendam saat satu keputusan yang kuambil tidak disetujui oleh bapak maupun ibu. Tapi aku hanya diam dan lagi-lagi pergi. Sedangkan orang yang selalu ikut sibuk saat aku kesana kemarilah yang akan mengomel dengan suara lantang. Ya, orang itu adalah kakak keduaku. Guntur.

Dulu kata ibu, saat aku kecil rasa pengertianku sudah terlihat. Aku yang saat itu masih belum genap satu tahun mengerti apa arti pemberian yang beberapa akan menimbulkan rasa iri bahkan dengki. Tapi rasa pengertian ini seiring berjalannya waktu kadang membuatku lelah, jengkel pada diriku sendiri.

Karenanya, aku jadi terkungkung oleh tembok yang isinya adalah ketakutanku akibat terlalu memaksa untuk mengerti apa-apa yang menghalangi kebutuhanku untuk pergi. Walau itu hanya sekadar ingin mandiri.

Aku yang pengertian ini sampai sekarang masih merasa takut bila harus menghadapi sesuatu yang tiba-tiba nanti akan terjadi. Entah ketakutan ini mulai datang kapan, mengapa hilangnya sulit sekali. Jika tak kunjung hilang, kedua kakakku yang akan kerepotan karenannya. Semua hal yang menjadi tanggung jawabku boleh jadi dilimpahkan pada mereka. Biasanya jika sudah terlanjur seperti itu aku hanya bisa tertunduk lesu.

Cerita singkatku ini walau sulit kusampaikan, tetapi kurang lebihnya seperti itu. Aku masih terjebak dengan ketakutanku sendiri.

1 disukai 1 komentar 4.6K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
nice story dan amat relate. 🌟🌟🌟/🌟🌟🌟🌟🌟
Saran Flash Fiction