Kembang dan Nasibnya

"Nguinggg... ngguuuiinngg... ngguuiiinnngg...."

  Suara ambulans terdengar berulang kali di telinga Kembang hingga membuatnya hampir menutup telinga. Saat ini ia sedang menyendarai motor dan berhenti di tengah pertigaan jalan karena lampu merah.

   Suara ambulans terus saja terdengar berulang-ulang di telinga Kembang. Tidak hanya membuat kupingnya sakit tapi hatinya ikut teriris apabila mendengar sirine itu. Masih lekat dalam ingatannya, dua puluh hari yang lalu, ia berada di dalam mobil ambulans itu seraya menangis terisak-isak. Ayahnya tiba-tiba ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya. Dan ia dan ibunya memutuskan membawa ayahnya ke rumah sakit.

   Masih lekat dalam ingatan Kembang saat ayahnya tersenyum dan mengucapkan satu-dua kata padanya. Yang pertama, 'Jangan menangis, kamu harus kuat.' dan yang kedua, 'Jangan tinggalkan shalat dan jaga ibumu. '

    Setelahnya, ayahnya sudah tidak sadarkan diri. Tidak peduli seberapa keras ia memanggilnya, ayahnya tidak mendengarnya. Kembang dan ibunya memohon pada perawat yang turut serta berada di dalam mobil untuk membangunkan ayahnya.

    Mobil ambulans itu harus cepat sampai di RS kalau Kembang menginginkan ayahnya selamat. Tapi mobil itu malah berhenti, Kembang mendongak dengan kesal seraya melihat apa yang terjadi. Saat itu pukul enam sore, jelas jalanan Jakarta ini begitu macet karena bertepatan dengan jam pulang kerja. Mobil ambulans itu tidak mendapatkan ruang sama sekali untuk berjalan apalagi mengebut.

   Sang supir sudah membunyikan sirine, tapi mobil dan motor itu tetap tidak ada yang mau minggir, mereka tetap menghalangi mobil ambulans yang mengangkut ayah Kembang. Di tengah kekalutan hati Kembang dan ibunya, beserta kesibukan para perawat yang mencoba menyelamatkan pasien dengan alat seadanya, detak jantung pasien berhenti. Kembang melihat dengan jelas saat alat pendeteksi jantung itu menunjukkan garis datar, ayah Kembang telah pergi di tengah kemacetan jalanan ibu kota.

   Kembang terhenyak, ia tersadar dari lamunannya. Saat ia melihat ke belakang, terjadi lagi di depan matanya, meski ambulans sudah membunyikan sirine nya, mobil dan motor yang berada di depannya tidak ada yang mencoba untuk minggir dan memberikan jalan pada mobil ambulans tersebut.

    Meski dalam posisi lampu merah, ia menggerakkan motornya maju ke depan, mobil dan motor yang mendapatkan kesempatan lampu hijau langsung terhenti begitu Kembang dengan motornya menghalangi jalan mereka. Setelahnya, Kembang meminta para motor dan mobil yang berada di depan mobil ambulans itu maju agar ambulans itu dapat berjalan lagi.

   Setelah ambulans lewat di depan matanya, ia lalu meminggirkan motornya seraya tersenyum puas. Setidaknya, pasien itu tidak akan mengalami apa yang dialami oleh ayah Kembang.

   Di dalam mobil ambulans, ada dua orang yang sedang tertawa lebar menertawakan gadis bodoh yang telah membantu mereka itu.

"Coba lihat aksi pahlawan kesiangan dari bocah ingusan itu, Do. Berkat dia, sekarang polisi tidak akan bisa menangkap kita. Haha ...," gelak tawa Dimas memenuhi isi mobil tersebut.

"Hahaha, benar kau, Dim. Untung kau menyuruh anak buahmu untuk mengecat mobil ini menyerupai mobil ambulans. Jadi tidak ada yang curiga dan kita bisa jalan tanpa hambatan. Hahaha."

   Kembang tidak tahu, Dimas dan Aldo adalah kawanan koruptor yang merupakan DPO dan sudah lama dicari. Polisi sedang memburunya dan berkat Kembang mereka menjadi selamat.

3 disukai 2 komentar 4.2K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
tercengang 😆
Oh, tidak! Menolong orang yang salah😲
Saran Flash Fiction