Flash Fiction
Disukai
1
Dilihat
60
Gombyong
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Nita bisa sakit kepala setiap kali melihat perlakuan para pemuda desa kepada Gombyong. Pemuda berusia dua puluh tahun itu sering menjadi korban perundungan pemuda setempat. Kalau bukan karena adanya penelitian di desa itu, mungkin Nita tidak akan mengenal mereka.

Nita pernah melihat para pemuda itu menumpahkan serbuk kayu ke tubuh Gombyong, melemparinya dengan kotoran kambing kering, mendorongnya ke lumpur dan setelahnya mereka tertawa lepas. “Jangan lakukan itu ke Gombyong! Kasihan dia,” pinta Nita pada para pemuda. “Kamu kenapa sih Nit? Gombyong aja suka. Coba liat, dia saja tertawa.”  Dengan jawaban begitu, Nita hanya bisa menghela napas. Benar, Gombyong pasti ikut tertawa bersama mereka setelah perbuatan mengesalkan para pemuda itu.

“Kkkaa Nit Nitaa...!” Gombyong berteriak sambil mengejar Nita pada suatu hari. “I..i..i..ni bbberkas dari Pak Kades yang kkkaka mmminta,” kata Gombyong terbata-bata. “Oh, ya. Terima kasih, Gombyong,” ucap Nita sambil mengambil berkas yang cukup tebal. Saat membalik kertas-kertas kusam itu, mata Nita menyadari ada yang tidak beres di bawah sana, tepat di kaki  Gombyong. “Apa itu? Darah?” pekik Nita. Gombyong menunduk sesaat lalu terkekeh. “Tttaddi abis main beling-belingan sama teman-teman, hehehehe.”

Nita terkejut lagi, karena sepanjang jalan tampak bercak darah menempel di tanah. “Pasti yang injak beling cuma kamu?” tanya Nita dan dibalas tawa lebar Gombyong. “Itu sakit kan? Kenapa kamu enggak jujur? Ayo kita cari perban,” ajak Nita. “Ti..ti..dak apa kak. Tadi seru kok. Lucu,” kata Gombyong sambil terpincang-pincang. “Tidak. Itu tidak lucu sama sekali,” ucap Nita datar. “A..a..ku lihat kka Nita ja..ja..rang ketawa,” kata Gombyong saat mereka menemukan perban. “Sering-sering kke...ke..tawa kka. Ka..ka.. cantik kalau ke..ke..tawa.” Nita hanya diam. Ingin sekali ia meminta pada Gombyong untuk melawan para pemuda yang menyakitinya. Tertawa tidak harus menyakiti. Tapi, mungkin belum saatnya. Nanti kalau kaki Gombyong sudah baikan.

Pagi buta, Nita sudah berada di kawasan tambak. Masih dingin, sepi dan rekannya belum hadir. Gombyong yang sering diperbantukan di tambak berjalan mendekatinya. “Ma..ma..kan dulu kkka,” ucapnya sambil membawakan singkong rebus. Nita menengok sedikit dan mengucap terima kasih. Dia sedang fokus dengan tugasnya.  Tampak ikan-ikan hilir mudik di air yang cukup dalam. “Mmm..ma..kan, nanti kaka sakit,” kata Gombyong lagi. Nita hanya berdehem dan kali ini tidak menengok. “Kkkaka kapan ya bisa ketawa sama aku?” Nita merasa aneh dengan perubahan kalimat Gombyong. Tapi, Nita hanya mengernyit, tidak menengok. Tiba-tiba pundaknya terasa disentuh.

Byur!

Tubuh Nita melayang dan seketika menyentuh ikan-ikan yang tadi di bawahnya. Suara tawa Gombyong terdengar dari dalam air.

Tidak. Ini tidak lucu, Gombyong. Aku tidak bisa berenang.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi