Flash Fiction
Disukai
3
Dilihat
5,641
PULANG
Drama

PULANG

 

Kuhabiskan hidupku di ruang-ruang sempit ini.

Ruang tempatku berbagi asupan dan napas dengan beberapa sejenisku.

Tak jarang, dunia ini terlihat tak adil.

Ada dua pasang tangan kotor yang selalu tertawa melihat aksi kami. Mereka anggap ini adalah lelucon bagian dari pemikiran kami yang prematur.

Tapi, tidakkah kedua pasang tangan kotor itu mengerti?

Kami butuh lebih dari semua ini !!!

Karena keterbatasan ini, tak jarang separuh kesadaran kami berontak dan meninggalkan raga kami.

Tapi untungnya, dua pasang tangan kotor itu selalu ada untuk kami.

Tibalah saatnya giliranku.

Sebenarnya aku kesal mengalaminya.

Saat kesadaranku mulai bercerai dengan ragaku, dua pasang tangan kotor itu bergantian memelukku dengan hangat dan cemas.

Tak ada yang spesial yang kedua pasang tangan kotor itu habiskan untuk mengembalikan kesadaranku.

Keduanya hanya kerap menghadap ke atas dan membaca mantra. Mantra yang tak kupahami.

Setelah mentari berangsur-angsur tiba dan pergi, kesadaranku akhirnya bisa kembali berdamai dengan ragaku.

Aku pun bisa kembali berebut asupan dan napas dengan sejenisku.

Dan, kedua pasang tangan kotor itu pun kembali bisa menertawakan aksi kami.

Tapi tidakkah mereka tahu?

Bahwa aku sebenarnya sudah muak dengan semua ini!!!

Suatu malam, kubuka pintu kecil di ujung ruang sempit ini agar napas yang kami perebutkan lebih melimpah.

Tiba-tiba ada sebuah sinar yang menyilaukan mataku. Sinar yang tak kudapatkan di ruang sempit ini. Sinar itu berasal dari kota di ujung sana.

Esok malamnya kuhampiri sinar itu diam-diam.

Benar saja. Sinar di kota ini memang sangat menakjubkan. Banyak senyuman yang pecah hingga bisa kulupakan segalanya tentang ruang-ruang sempit itu.

Dari jauh, tampak ada dua pasang tangan bersih yang mengamatiku.

Mungkin mereka kasihan melihat tanganku yang kotor.

Kedua pasang tangan bersih itu kemudian mendekat.

Dan, dengan senang dan antusias kuraih kedua pasang tangan bersih itu.

Aku sangat senang.

Akhirnya kudapatkan semua yang aku inginkan.

Karena hanya ada aku dan kedua pasang tangan bersih itu, dan ditemani asupan dan napas yang melimpah yang tak perlu kuperebutkan dengan sejenisku di ruang luas ini.

Dan juga, tawa yang kudengar dari kedua pasang tangan bersih itu seolah berbeda.

Tawa yang tak membuatku tersiksa.

Tapi.

Kupikir dengan tak berebut napas dan asupan yang terbatas dengan sejenisku, aku akan baik-baik saja.

Ternyata sama saja.

Kesadaranku tetap bisa bercerai dengan ragaku.

Dan kali ini berbeda.

Kedua pasang tangan bersih itu enggan memelukku dengan hangat dan cemas. Mereka juga tak membaca mantra untukku sambil menghadap ke atas, melainkan menghabiskan hal-hal special yang mereka miliki untuk menyuruh para tangan-tangan suruhan mereka agar kesadaranku kembali.

Itu semua karena mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri.

Atau, mungkin juga karena dari awal aku memang sudah berbeda dari mereka.

Sehingga, kedua pasang tangan bersih itu tak selalu ada untukku.

Hanya ada aku sendiri dengan penderitaanku.

Kini baru kusadari.

Dua pasang tangan bersih itu hanya mampu memberikan semua keinginanku.

Dan baru juga kusadari bahwa aku telah mengabaikan dan menyakiti kedua pasang tangan kotor, yang sebenarnya mampu memenuhi keinginan dan kebutuhanku.

Aku ingin pulang.  

-SELESAI-

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@authorkim4 : Makasih kak sudah mau baca dan kasih komentar 😍
heh nyesek bgt sampe ulu ati😭
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi