Nada

Nada menatap keluar jendela. Langit berawan terlihat menarik perhatiannya dibanding soal matematika ini.

Gadis itu menoleh ke bangku kosong di sampingnya. Sejak kelas sepuluh sampai kelas dua belas, ia tak pernah punya teman sebangku. Banyak yang beranggapan bahwa Nada tidak suka bicara dan ingin duduk sendiri. Bahkan para guru terlihat segan padanya. Ia tak pernah sekali pun diminta oleh guru untuk menjelaskan sesuatu di depan kelas. Padahal yang terjadi tidak seperti itu.

Tok! Tok! Tok!

Seorang remaja laki-laki memasuki kelas. Ia tersenyum pada guru yang mengajar. Memperkenalkan diri dan mengucapkan beberapa kata sebagai murid baru di depan kelas.

Laki-laki itu dipersilahkan duduk oleh guru. Perlahan ia mendekat ke bangku Nada, lebih tepatnya ke bangku di samping Nada. Ia tersenyum pada gadis itu. Kedua tangannya bergerak-gerak seolah-olah mengisyaratkan sesuatu.

"Boleh aku duduk di sini?"

Nada terdiam. Sesaat kemudian, ia tersenyum seraya mengangguk.

***

3 disukai 3.9K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction