Flash Fiction
Disukai
0
Dilihat
619
Marah
Drama

Ada amarah yang udah gue tahan sedari sosoknya berdiri tepat di depan mata. Darah gue seolah mendidih, bahkan gue gak tau kapan otak gue akan meledak.

Sampai mulut gue berbusa sekalipun, dia tidak akan mengerti. Ah ralat, dia tidak akan mau mengerti.

"Jadi gini deh, lu maunya apa?"

"Hah?" Gue sampai gak bisa berkata-kata lagi, ini dia yang keterlaluan atau memang ekspektasi gue ketinggian. "Kan udah gue bilang, waktunya gak cukup. Kemarin udah dicoba dan gak keburu. Gini deh, lu lewat sana gak, kalo lewat sekalian bawa aja."

"Dibilang gue itu sibuk, urusan gue gak cuma ini doang ya. Masa gini doang gak kekirim sih, gimana coba."

"Kemarin mau dikirim-"

"Aduh gimana sih, kalo kayak gini proyek-proyek gue bisa berantakan semua."

"Gak keburu, lu ngerti gak sih. Makanya gue nanya, lu ada lewat daerah situ enggak, kalo lewat lu lewat mana biar datanya gue siapin."

"Dibilang gak bisa. Gue itu sibuk, urusan gue banyak. Gini deh, biar gue telepon bos, gini doang gak keurus."

Seketika gue pengen melempar sepatunya yang penuh dengan kerikil dan debu itu ke wajahnya.

Gue cuma diem, semua bakal jadi percuma kalo berurusan dengan dia.

Gue muak.

Gue udah gak punya tenaga buat ngeladenin ucapannya lagi.

Terserah.

Mau sepuluh ribu fakta gue taro di depan mukanya, dia gak bakalan ngerti dan paham apa yang gue maksudkan.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi