Setiap malam purnama, aku melihatnya.
Oase yang muncul tiba-tiba di tengah gurun. Di sana aku melihat perempuan itu. Keluar dari kejernihan oase yang sejernih kristal. Wajahnya cantik. Kulit sepucat cahaya rembulan. Rambut kecokelatan yang ikal panjang berkilat.
Dia akan memanggil satu dua lelaki untuk bangun dari tidurnya yang lelap. Mereka keluar dari rumahnya yang aman untuk menghampirinya.
Mereka terpesona padanya. Namun tiada satu pun yang ada pada dirinya adalah kebenaran. Tiada kebenaran dalam kata yang diucapkannya. Tiada kebenaran pula pada wajah dan tubuhnya. Itu semua hanya ilusi belaka. Itu kekuatannya, untuk menarik lelaki bagaikan lalat yang menghampiri bangkai binatang yang najis. Kemudian, mereka akan terjun ke dalam air dan menghampirinya. Mereka bermimpi untuk menyatu dengannya.
Itu hanyalah hasrat belaka.
Bisikan setan untuk berbuat dosa.
Tidak ada yang tahu, apa yang terjadi pada para lelaki itu selanjutnya.
Menurut cerita orangtua, mereka akan di bawa ke dunia perempuan penghuni oase. Alam ghaib, di mana sesuatu yang tidak nyata adalah fakta dan kehidupan di sana sangat indah, sehingga tidak ada satu orang pun yang ingin kembali ke dunia terkutuk ini.
Siapa pula yang ingin kembali ke negeri yang selalu dilanda perang tanpa henti. Di mana pun jauh lebih baik dari di sini.
Apa kau tahu?
Aku tahu mahluk macam apakah perempuan penghuni oase itu sebenarnya.
Namanya adalah Fajirah yang berarti yang jahat dan berdosa. Ia menggoda bukan karena untuk menjerumuskan korbannya, melainkan untuk jadi santapannya.
Beribu tahun lamanya dia hidup. Dia telah ada sebelum bumi dipenuhi manusia. Bahkan ia telah ada sebelum Ibrahim a.s. dilahirkan.
Dia selalu berada di lingkungan manusia yang telah meninggalkan ajaran kebaikan. Seperti desa kita, yang telah muak akan janji-janji perdamaian.
"Untuk apa kau menceritakan semua itu padaku." Qosim berkata sambil menghunus muzakka-nya. Lelaki tampan itu menatap permukaan air oase yang cemerlang di hadapannya. "Pedang ini akan mampu membebaskan desa kita dari ancamannya dan ...."
"Muzakka itu tidak berguna." Ujarku.
"Kenapa?"
"Karena aku yang memberikannya padamu." Aku mendesah. "Kau adalah orang baik Qosim. Hatimu seindahmu wajahmu. Kau tidak mudah tergoda oleh tubuh perempuan. Maka, aku harus memancingmu dengan cara lain."
"Cara ...?"
"Kau selalu menolong sesama, terutama perempuan yang lemah." Aku berkata sambil berjalan menuju tepi air. Maka, aku memasukkan semua ingatan itu ke dalam kepalamu. Apa kau tidak sadar? Akhirnya aku berhasil memancingmu ke tempat ini."
"Apa maksudmu?"
"Aku bukan sahabatmu sejak kecil, Qosim. Kita bahkan tidak saling mengenal."
"Tidak mungkin."
Aku tertawa, "bodohnya kau. Kalau begitu katakan, siapa namaku?"
Qosim terdiam.
"Namaku adalah Fajirah." Aku menampakkan wujud asliku. "Seperti yang aku katakan, tidak ada kebenaran yang berasal dariku. Sekarang aku tidak perlu berpura-pura lagi. Selama kau ada di oase ini, kau adalah milikku. Kau tidak akan pernah keluar lagi."