Flash Fiction
Disukai
45
Dilihat
5,912
neraka ditelapak kaki siapa?
Thriller

"Bu, bagusnya yang ini di tanam dimana ya?" tanya Bapak.  

"Hmm dimana yaa, sepertinya di ruang tamu udah penuh, dikamar kita udah ada. di kamar anak-anak aja Pak?" jawab Ibu.  

"Bukannya di kamar anak-anak udah ada satu ga Bu?" Bapak nanya lagi.  

"Ohh iyaa, yang dari Koperasi Kredit Sejahtera, si Reza ya bukan?" jawab Ibu tersenyum.  

"Iya Bu, gimana dong?" tanya Bapak.  

"Di sudut halaman belakang aja Pak, kan masih kosong tuh dekat tiang jemuran." jawab Ibu.  

"Iya disitu aja, kucangkul dulu ya Bu, tapi sayang bunga-bunga Ibu bakalan rusak nanti" Bapak meyakinkan Ibu.  

"Ya gapapalah Pak. Cepat ya Pak, bentar lagi anak-anak pulang sekolah." jawab Ibu.  

Bapak menyeret bungkusan plastik hitam besar. Tak disadari ada bagian yang sangkut di pintu. Bapak agak memaksa menarik lagi, akhirnya bisa lewat. Bungkusan sobek. Bapak menarik bungkusan besar itu sampai di dekat tiang jemuran. Bapak mulai menyangkul. 

"Pak, Bu, Adi pulang" seru Adi.  

"Ali pulang Bu, Pak" sahut Ali.  

"Adi gimana sekolahnya? Ali gimana tadi ulangannya nak? Bisa jawab semuakan?" tanya Ibu.  

"Gampang Bu, kan aku rajin belajar" jawab Ali.  

"Bu lapar Bu, Ibu masak apa?" Ayam goreng yaa?" tanya Adi.  

"Wah bagus anak ibu, makin pintar yaa, bisa dapat ranking nanti nih. Sebelum makan, ganti baju dulu, cuci tangan, Ibu masak yang enak hari ini loh." jawab Ibu senyum.  

"Horee" Adi dan Ali serentak. Mereka berdua berebut masuk kamar. Segera menukar baju. Adi kekamar mandi mau cuci tangan tak sengaja melihat Bapak masih menyangkul halaman belakang.  

"Bapak lagi ngapain?" tanya Adi.  

"Eh Adi kamu udah pulang. Bapak mau nanam tanaman baru punya Ibu." jawab Bapak seraya berhenti sebentar sambil menunjuk bungkusan plastik hitam besar.  

"Pak, Adi dan Ali mau makan siang, ayoo Pak makan siang sama-sama. Sama Ibu juga Pak." Adi mengajak Bapak.  

"Wah anak pintar, kalian makan aja dulu yaa, Bapak lagi kerja ni, nanti kalo udah selesai baru Bapak makan ya nak." Bapak menyuruh Adi dan lainnya makan duluan.  

Adi bergegas cuci tangan, disusul Ali.  

Langsung mereka ke dapur mengambil nasi. Ibu bersiap dengan panci. Ibu menyendokkan sup daging. Adi senang, Ali apalagi.  

"Bu tambah Bu dagingnya" Ali minta.  

"Bu aku juga mau lagi" Adi memelas.  

"Eeee gak boleh banyak-banyak, nanti ga habis, Bapak belum makan loh. Kalian habisin itu dulu baru boleh nambah yaa" jawab Ibu dengan senyum.  

Adi dan Ali langsung duduk di ruang dapur, makan dengan lahap. Adi habis porsi pertama, mau nambah lagi. Sesuai janji Ibu, Adi diberi tambah tapi porsi yang sedikit dari sebelumnya. Ali sudah kekenyangan dan piringnya bersih. Ali mencuci tangannya sekaligus mencuci piringnya.  

Ibu membelai rambut Ali "Anak pintar"  

Ali melangkah kebelakang rumah, menghampiri Bapak yang masih menyangkul.  

Ali jongkok di samping bungkusan hitam. Penasaran Ali mengambil sebatang kayu kecil, menusuk-nusuk bingkisan tersebut dekat bekas sobekan tadi. Ada tangan keluar dari sobekan itu. Ali melihat bapak, sepertinya Bapak tidak mempelhatikan tingkah Ali. Ali semakin penasaran. Ada cincin melekat di jari manis tangan itu. Ali menarik cincin itu. Langsung dia masukkan ke saku celananya. Ali masuk kedalam rumah.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Menarik
Good
Keren
Mantul
Sedih aku !!!!!! Keren wk
Keren kli
Mantap lanjutkan
Rekomendasi dari Thriller
Rekomendasi