Disukai
0
Dilihat
438
Waktu yang tertinggal di halte
Drama
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Langit sore itu seperti lukisan yang belum selesai. Warna oranye bercampur ungu, seolah matahari sedang ragu untuk benar-benar tenggelam. Di halte tua depan sekolah, aku duduk sendirian. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah yang menenangkan. Suara tetesan air dari atap seng halte terdengar seperti lagu pelan yang menenangkan, tapi entah kenapa, rasanya justru sunyi.

Sudah tiga bulan aku menunggu bus yang sama, di waktu yang sama. Bukan karena aku benar-benar menunggu bus — tapi karena aku menunggu sesuatu ...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)