Disukai
2
Dilihat
1012
Sebatas Rekan
Romantis

Hidup itu berbentuk lingkaran. Memiliki ujung yang tidak akan terputus karena memang sudah begitu bagaimana semesta ini bekerja.

Kelihatannya saja luas, padahal aslinya sempit luar biasa. Di dalam lingkaran hidup ini, orang yang akan di temui terkadang hanya si itu-itu saja.

Mereka bilang itu bagian dari kebetulan, selebihnya lagi berpikir bahwa itu adalah sebuah takdir penuh kejutan yang sudah di gariskan di dalam kehidupan ini.

Bagi Alencia, ia tidak tahu apakah kehidupannya yang selalu berputar-putar di sekeliling Christian Erlangga adalah sebuah kebetulan semata atau justru takdir konyol yang sengaja di atur oleh sang Pencipta.

Wanita yang sudah beranjak berusia 27 tahun itu terkadang suka memikirkannya, namun sampai sekarang ia sendiri masih belum menemukan jawaban yang tepat untuk mendeskripsikan bagaimana kehidupan ini selalu membawanya untuk bertemu si Christian Erlangga lagi, Christian Erlangga lagi!

Semuanya bermula di masa lalu, dimana Alencia memulai masa sekolah SMA tanpa ekspektasi apapun.

Yang ada di pikirannya saat itu hanyalah bagaimana caranya menjadi siswi teladan yang baik, mendapatkan nilai bagus, tidak dapat masalah, menjadi kesayangan para guru, mendapatkan beasiswa dan kemudian lulus untuk bisa masuk universitas impian.

Ya, itu semua adalah harapan sederhana Alencia remaja di masa lalu. Harapan sederhana yang hanya menginginkan kehidupan sekolah remaja gadis biasa lancar nan jaya sampai akhirnya semuanya harus buyar karena ia mendapatkan teman sebangku super aneh yang bernama Christian Erlangga!

Christian Erlangga adalah siswa pembuat onar nomer satu tidak hanya di kelas namun citra buruknya sudah terkenal seantero satu sekolah.

Istilah 'troublemaker' sangat cocok di sematkan kepada dirinya sejak awal karena yang anak lelaki itu lakukan setiap harinya hanyalah datang ke sekolah, beradu mulut dengan guru, membuat keributan lalu kembali pulang begitu bunyi bel jam pelajaran sudah berakhir terdengar.

Sejak awal, anak lelaki itu memang tidak pernah menunjukkan minat kepada kehidupan sekolah, apalagi belajar.

Untuk ukuran siswi baik-baik nan rajin seperti Alencia yang hampir di setiap kesempatan tidak pernah sekalipun lupa mengerjakan dan mengumpulkan tugas pekerjaan sekolah, menjadi teman sebangku Christian Erlangga adalah cobaan hidup untuk masa sekolahnya yang ia harapkan berjalan lancar nan jaya.

Bayangkan bagaimana rasanya kalau baru memalingkan muka sebentar saja kau sudah menemukan tangan usil yang dengan semena-mena menyentuh pipimu tanpa izin sebelumnya?

Itu baru satu dari sekian ulah ajaib yang selalu Christian Erlangga lakukan kepada Alencia Kirana hampir setiap harinya.

Bukan hanya itu, Christian selalu sengaja menyanyikan lagu norak nan kampungan di setiap kesempatan Alencia mengerjakan tugas hanya untuk membuat konsentrasi sang siswi rajin itu terpecah menjadi beberapa bagian.

Hampir di setiap harinya Alencia harus menyiapkan diri untuk mendengarkan suara cempreng Christian yang akan selalu mengajukan pertanyaan tidak penting kepada dirinya.

Bagi Alencia, mendengarkan suara cempreng Christian sudah seperti musik pengiring khusus untuk dirinya di setiap kali ia baru akan membuka lembaran buku tugas miliknya.

Sungguh menyebalkan.

Sungguh kekanak-kanakan.

Terkadang Alencia berpikir bagaimana caranya anak berisik seperti Christian ini di besarkan,tapi ia memilih untuk tidak mau tahu karena baginya Christian Erlangga hanya sebatas teman sebangku menyebalkan yang akan menghilang dari hidupnya setelah kelulusan tiba.

Karena itu, Alencia tidak pernah protes meskipun harus berhadapan dengan Christian setiap harinya.

Semua keusilan, keisengan dan keributan yang Christian buat itu ia telan bulat-bulat sambil mengusap dada dan membatin di dalam hati agar bocah kekanak-kanakan seperti Christian bisa tobat dan di beri pencerahan secepatnya oleh Yang Maha Kuasa.

Alencia terus membatin demikian sampai akhirnya tiga tahun berlalu dan kelulusan pun tiba.

Itu berarti Alencia sudah terlepas dari namanya jeratan neraka sang teman sebangku super kekanakan menyebalkan yang bernama Christian Erlangga.

Karena itu saat hari kelulusan, Alencia dengan sangat girangnya memanggil nama Christian dengan sekuat tenaga setelah hampir tiga tahun bertahan dan tidak pernah memperdulikan tingkah laku dan ulah bocah kekanakan itu untuk pertama kalinya.

"Christian! Aku harap kau menjadi lebih dewasa di masa depan! Aku harap suaramu tidak cempreng lagi! Aku harap kau mempunyai sedikit keseriusan di dalam hidup ini! Meskipun aku membencimu karena selalu menganggu ketenangan hidupku selama tiga tahun ini... aku berharap yang terbaik untuk dirimu! Semoga kau tidak berakhir menjadi sampah masyarakat!"

Saat itu... Alencia tidak tahu apakah Christian mendengarkan teriakannya atau tidak.

Ia juga tidak terlalu peduli.

Yang Alencia ingat hanyalah rasa lega karena setidaknya ia masih sempat mengeluarkan segala isi hatinya sebagai teman sebangku Christian Erlangga selama tiga tahun lamanya. Setidaknya... ia tidak akan pernah melihat lagi si bocah banyak gaya yang tingkahnya seperti cacing kepanasan itu.

Setidaknya... benak Alencia remaja berkata demikian pada saat itu.

Namun sekali lagi, hidup ini penuh kejutan.

Seperti sebuah kado yang terbungkus rapi dan hanya tiba di saat-saat tertentu saja, setiap manusia di dunia ini tidak akan pernah tahu akan hal apa yang ia dapatkan, hal apa yang harus ia hadapi dan orang siapa yang ia mesti temui di masa depan.

Dan kejutan hidup itu baru di mulai kepada Alencia saat wanita itu sudah menyelesaikan program Magister Ilmu Ekonomi Bisnis dengan aman sentosa di usianya yang baru menginjak 25 tahun, mendapatkan tawaran pekerjaan untuk menjadi Business Consultant di sebuah perusahaan terkemuka di negeri ini, E-Group. Perusahaan berbasis investasi dan finansial yang sudah terkenal sejak jaman mendiang kakek Alencia masih hidup ini di dunia ini.

Tentu saja itu seperti sebuah berkat dan kado kelulusan yang sempurna untuk wanita yang baru menginjak usia dewasa dan mendambakan segala bentuk kesuksesan seperti Alencia.

Ia tidak perlu repot mencari pekerjaan dan wawancara kesana kemari lagi, setidaknya masa depan yang aman dan terjamin sudah berada tepat di depan matanya. Tidak ada perasaan bahagia dan semangat yang lebih daripada itu.

Namun kejutan yang sebenarnya untuk Alencia adalah saat ia menerima pekerjaan itu, menandatangani kontrak pekerjaan dengan perusahaan raksasa E-Group dan menemui langsung siapa pemilik perusahaan itu sekarang ini.

Oh, Alencia bersumpah ia hampir pingsan lemas di tempat saat masuk ke ruangan bosnya itu untuk pertama kalinya.

Niatnya ia hanya ingin menyapa dan memberikan salam kepada bos yang sudah menerima dirinya itu di hari pertamanya bekerja dan masuk ke perusahaan, namun yang Alencia dapatkan justru adalah sebuah serangan jantung mendadak!

Bagaimana tidak?

Bagaimana tidak ia terkena serangan jantung mendadak saat mengetahui bahwa pemilik perusahaan tempat ia bekerja sekarang adalah... Christian Erlangga?!

Si teman sebangku kurang kerjaan yang selalu merecoki hampir setiap hari Alencia yang tenang saat di masa sekolah dulu?!

"Lama tidak berjumpa, Alencia Kirana."

Si bocah berisik kurang kerjaan yang ia ingat selalu cari masalah dengannya saat di bangku sekolah itu tiba-tiba saja menyapanya dengan tampilan berjas khas lelaki dewasa sembari tersenyum menyeringai membuat Alencia tak kuasa harus menelan ludahnya di tempat saat itu juga.

Mulai dari hari itu Alencia sudah punya firasat bahwa hari-hari yang akan ia lalui selanjutnya akan lebih penuh kejutan lagi!

***

2 tahun berlalu dengan cepat.

Meskipun begitu, selama 2 tahun ini juga banyak hal yang terjadi di dalam hidup Alencia.

Kalian mungkin memiliki berbagai pertanyaan akan apa yang terjadi kepada Alencia selama 2 tahun belakangan ini.

Pertanyaan pertama mungkin adalah... apakah Alencia tetap bertahan dan bekerja di perusahaan itu meskipun tahu bahwa bosnya adalah Christian Erlangga, salah satu orang yang paling ia hindari di dunia ini?

Jawabannya adalah, ya. Alencia membunuh seluruh rasa malu dan gugupnya dan tetap memilih bekerja di E-Group selama dua tahun ini.

Pertanyaan kedua, apakah Alencia benar-benar bekerja sebagai Business Consultant sesuai apa yang di tawarkan E-Group saat memintanya untuk masuk dan bekerja di perusahaan?

Hm, jawabannya adalah... tidak!

Alih-alih bekerja sebagai Business Consultant E-Group, wanita muda itu malah berakhir menjadi sekretaris pribadi sang CEO, Christian Erlangga!

Ya, itu memang mungkin terdengar seperti sebuah lelucon tapi itu adalah apa yang sebenarnya terjadi.

Di hari pertama saat Alencia sudah bersiap memulai pekerjaannya sebagai Business Consultant, Christian tiba-tiba memanggilnya kembali ke ruangan kerjanya, melipat kedua tangan di depan dada dengan gaya sok miliknya yang begitu khas dan tidak bisa Alencia lupakan sembari bergumam,

"Well, sepertinya kau lebih cocok menjadi sekretaris pribadiku daripada hanya duduk seharian sebagai Business Consultant yang tidak tahu kapan akan sibuknya. Aku tahu kalau kau adalah perempuan yang suka menyibukkan diri, Alencia. Menjadi Business Consultant hanya akan membuatmu bosan setengah mati. Plus, pantatmu itu akan semakin rata karena terlalu banyak duduk seharian."

Alencia masih mengingat bagaimana sengak dan soknya lelaki itu saat menukar papan nama kerja miliknya yang awalnya adalah Business Consultant menjadi sekretaris pribadi Christian Erlangga.

Sesaat Alencia berpikir bahwa menjadi CEO perusahaan besar seperti E-Group ini berarti lelaki itu sudah berubah menjadi lebih matang dan dewasa, rupanya tingkah kekanak-kanakan dan menyebalkannya masih sama saja.

Christian Erlangga si pembuat onar sekolah rupanya masih sama dengan Christian Erlangga si CEO perusahaan besar sekarang!

Pertanyaan ketiga, bagaimana rasanya menjadi sekretaris pribadi Christian Erlangga?

Jawabannya adalah... seperti naik roller coaster di wahana permainan paling berbahaya!

Bagaimana bisa lelaki yang masih mempunyai sifat sok, kekanak-kanakan, tukang membuat ulah, dan iseng seperti dirinya menjadi CEO salah satu perusahaan terkemuka di negeri ini?

Bagaimana... bisa?

Awalnya Alencia tidak mengerti akan hal itu, otaknya penuh dengan berbagai tanda tanya hingga ia akhirnya tahu kebenaran bahwa Christian Erlangga, teman sebangkunya di masa sekolah dulu itu adalah cucu satu-satunya dari pemilik perusahaan ini, dengan kata lain hanya lelaki itulah yang bisa menjadi harapan keluarga untuk dapat melanjutkan E-Group.

Masuk akal, sekaligus lucu juga.

Masalahnya adalah satu-satunya pewaris perusahaan E-Group itu benar-benar tidak kompeten untuk bisa menjadi penerus dan menjalankan pekerjaan sebagai CEO di perusahaan besar ini.

Seperti yang Alencia deskripsikan tadi, tidak ada perubahan sama sekali dalam diri Christian Erlangga di masa lalu dan dirinya di masa kini. Yang lelaki itu lakukan hanya bermain dan melakukan segala sesuatunya sesuka hati.

Lelaki itu bahkan hampir saja menerima tawaran kerja sama bisnis dari perusahaan antah berantah yang tidak jelas status dan profitnya!

Tentu saja itu adalah mimpi buruk yang bisa menjadi bencana untuk satu perusahaan besar ini. Salah langkah saja, perusahaan ini bisa berada dalam ujung tanduk karena hanya satu ulah ceroboh sang CEO baru.

Untung saja ada Alencia.

Sang karyawan baru yang seharusnya bekerja sebagai Business Consultant namun malah berakhir menjadi sekretaris pribadi CEO itu dengan cepat menggunakan insting dan keahlian cekatannya untuk membatalkan penawaran bisnis yang sungguh berbahaya itu.

"Apakah kau bodoh? Aku tidak peduli kalau kau memang tidak memiliki kepedulian akan perusahaan ini, tapi banyak orang bergantung di perusahaan ini mulai dari sekarang, termasuk diriku! Kau tidak bisa menyeret kami dalam jurang kerugian, Christian Erlangga! Aku tidak akan membiarkan dirimu begitu saja!"

Selepas berhasil menyelesaikan masalah penawaran bisnis berbahaya itu Alencia langsung mendobrak pintu ruangan Christian Erlangga dengan nafas memburu saking gemas dan kesalnya akan apa yang baru saja bosnya itu perbuat.

Ia tidak peduli lagi dengan citra elegan dirinya, kalau saja ia memiliki kekuatan saat itu juga pasti ia sudah akan meremas seluruh wajah Christian Erlangga saking tidak tahannya.

"Karena itu aku memerlukan dirimu, Alencia. Keputusan diriku untuk menjadikan dirimu sebagai sekretaris pribadiku ternyata tidak pernah salah. Aku tahu kalau kau adalah orang yang paling bisa di andalkan di dunia ini, karena itu seluruh guru di sekolah selalu memuji dirimu dulu. Kau harus berterima kasih padaku, bukan?"

Alencia berakhir dengan mulut menganga mendengarkan respon bosnya itu. Respon paling santai dan menyebalkan yang pernah ia lihat di dalam hidup ini!

Jadi, itu alasan lelaki itu merekrut dirinya? Yang benar saja.

Dan sejak hari itu dimulailah hari-hari Alencia yang bekerja hampir setiap harinya bukan hanya sebagai sekretaris pribadi Christian Erlangga namun juga merangkap sebagai tameng lelaki itu dalam perusahaan ini.

Alencia tidak habis pikir bagaimana jadinya perusahaan ini kalau tanpa dirinya. Berkat dirinya, perusahaan ini tetap dapat bertahan sebagai salah satu perusahaan terkemuka dalam dua tahun terakhir ini. Alencia tahu kalau menyombongkan hal itu benar-benar tidak ada artinya tapi ia benar-benar serius akan hal itu.

Pertanyaan terakhir, bagaimana hubungan antara Alencia dan Christian Erlangga selama dua tahun terakhir ini?

Sudah dua tahun lamanya dua manusia lajang itu bekerja bersama satu sama lain sebagai bos atasan dan bawahan. Selama dua tahun itu juga Alencia harus mendengarkan bisikan-bisikan halus dari berbagai orang-orang terdekat yang menyuruhnya untuk mengencani Christian Erlangga.

'Pikirkan baik-baik, putriku. Dimana lagi kau bisa menemukan lelaki kaya raya mapan dengan status yang jelas seperti bosmu itu? Apalagi Ibu dengar kalau kalian sudah lama saling mengenal. Seharusnya itu adalah hal yang mudah. Yang perlu kau lakukan hanyalah... merayunya sedikit saja!'

Alencia hampir menyemprotkan air minum di depan wajah Ibunya begitu wanita paruh baya itu mengajaknya untuk makan malam keluarga bersama di akhir pekan.

Ibunya itu adalah salah satu orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan dirinya dengan Christian Erlangga. Embel-embel nama Erlangga dan E-Group seakan sudah cukup untuk membutakan kedua mata Ibunya itu untuk menyuruh putrinya jatuh ke dalam pelukan Christian Erlangga.

Tidak hanya Ibunya namun bisa di bilang hampir seluruh orang-orang di dalam lingkaran hidup Alencia selalu membujuk wanita itu untuk berakhir bersama Christian Erlangga.

Sungguh aneh.

Bahkan pihak investor yang terakhir ia temui sempat memanggilnya dengan sebutan 'Nyonya Erlangga' membuat Alencia benar-benar panik di tempat setengah mati dan dengan cepat menjelaskan bahwa dirinya bukanlah istri Christian melainkan hanyalah sekretaris pribadi lelaki itu yang sedang bertugas supaya tidak ada kesalahpahaman yang bisa berlanjut lebih dalam.

'Tapi jujur saja, kalian berdua terlihat sangat serasi satu sama lain. Saling melengkapi, aku jadi penasaran bagaimana jadinya kalian berdua kalau sampai benar-benar menikah di masa depan. Kalian pasti akan memiliki putra dan putri yang cantik.'

Alencia masih mengingat dengan jelas ucapan investor yang terakhir ia temui itu sesaat setelah Alencia selesai menjelaskan bahwa ia hanyalah seorang sekretaris pribadi Christian Erlangga.

Keringat dingin mengucur begitu saja di keningnya bersamaan dengan bulu kuduknya yang meremang begitu mendengarkan penuturan investor itu yang sudah membayangkan tentang pernikahan dan bahkan keturunan antara dirinya dan Christian Erlangga.

Bagaimana bisa orang lain membayangkan dirinya dan Christian Erlangga berada dalam hubungan aneh semacam itu?!

"Setidaknya kau harus katakan sesuatu!"

"Katakan apa?"

Christian Erlangga menjawab dengan nada santai khas lelaki itu begitu melihat sang sekretaris pribadinya itu datang pagi-pagi dalam keadaan merajuk.

"Setidaknya kau harus mengatakan bahwa kita tidak punya hubungan apa-apa saat bertemu investor itu kemarin! Setidaknya kau memiliki kemampuan untuk menyangkal, Christian!"

Pftt.

Christian hampir tersedak kopi pagi harinya saat mendengarkan keluhan sekretaris pribadinya itu.

"Dear Alencia, hal pertama di dalam hidup ini, kita tidak bisa mengatur setiap pemikiran orang-orang terhadap diri kita. Hal kedua dalam hidup ini, kalau ada hal yang menganggu pikiranmu kau bisa saja mengabaikannya, kecuali kalau kau mengambil hati dan peduli akan hal itu."

Alencia buru-buru menggelengkan kepalanya pelan dan duduk di depan bosnya itu sambil menggoyangkan jari jemarinya.

"Hal pertama di dalam hidup ini, aku tidak tahu mengapa hampir seluruh orang yang ku temui berusaha menjodohkan kita berdua, hal kedua di dalam hidup ini adalah bahwa hal itu adalah hal yang paling mustahil dan konyol untuk dapat di wujudkan."

Christian hampir saja tertawa melihat bagaimana ekspresi sekretaris pribadinya itu yang terlihat begitu mendengus membabi buta saat berbicara dengan dirinya.

"Di gosipkan berpacaran dan berkencan dengan diriku itu bukanlah hal buruk Alencia..."

"Karena kita hanya sebatas rekan kerja."

Ucapan tiba-tiba yang keluar dari mulut sekretaris pribadinya itu entah mengapa langsung membuat Christian terdiam begitu saja.

"Rekan kerja?"

Christian terdengar mengulangi perkataan Alencia yang membuat gadis itu lantas dengan cepat mengangguk perlahan.

"Kau dan aku... hanya sebatas rekan, bukan?"

Alencia memainkan jari jemarinya kali ini saling menunjuk antara dirinya dan Christian yang hanya bisa di balas bosnya itu dengan sebuah senyuman tipis.

Sebatas rekan.

Dua tahun lamanya mereka berada dalam lingkaran lingkungan yang sama, menghabiskan waktu bersama-sama, berbagi suka dan duka dengan perusahaan ini tapi tetap saja... wanita di hadapannya ini masih tetap menganggap dirinya hanya sebatas... rekan.

Sebegitu tinggikah tembok perasaan seorang Alencia Kirana? Yang sangat tidak begitu mudah di tembus oleh lelaki siapapun bahkan seorang Christian Erlangga!

Bagi Christian Erlangga... Alencia adalah cinta pertamanya.

Gadis yang terlihat cuek dan tidak peduli kepada dirinya itu adalah favoritnya bahkan sejak masa sekolah.

Ada yang bilang bahwa seorang gadis yang tidak menaruh perhatian kepada dirimu begitu menggoda, dan Christian sangat setuju akan hal itu!

Dari awal, ia merasa kalau sosok gadis seperti Alencia hanya ada satu di dunia ini. Gadis yang tekun, rajin, lurus, polos tapi di balik itu ia mempunyai pendirian yang kuat tidak terbendung. Gadis yang begitu menantang untuk di taklukkan, setidaknya begitu pikir Christian.

Saking kuatnya, apapun cara yang ia lakukan untuk menarik perhatian sang gadis saat di masa sekolah dulu sama sekali tidak membuahkan hasil. Tidak peduli bagaimana ia berusaha menjahili gadis itu untuk mendapatkan sedikit saja perhatian dari Alencia, gadis itu tidak pernah merespon dirinya.

Saat itu Christian benar-benar merasa kalau Alencia adalah misteri di dalam hidupnya yang paling tidak bisa ia pecahkan!

Dan saat ia sudah akan menyerah akan perasaannya, gadis itu untuk pertama kali memberikan respon yang nyata untuk dirinya di saat hari kelulusan tiba.

Christian mendengarkan semua ungkapan perasaan gadis itu untuk dirinya dalam bentuk seruan dengan begitu jelas.

'Christian! Aku harap kau menjadi lebih dewasa di masa depan! Aku harap suaramu tidak cempreng lagi! Aku harap kau mempunyai sedikit keseriusan di dalam hidup ini! Meskipun aku membencimu karena selalu menganggu ketenangan hidupku selama tiga tahun ini... aku berharap yang terbaik untuk dirimu! Semoga kau tidak berakhir menjadi sampah masyarakat!'

Seruan milik Alencia yang memanggil dirinya dengan suara penuh tenaga saat di masa kelulusan waktu itu seakan tidak akan pernah bisa hilang dari benaknya. Ia mengingat dengan jelas semua kata yang keluar dari bibir gadis itu, termasuk seruan terakhirnya yang terasa begitu mengena untuk dirinya.

'Selamat tinggal. Aku harap kau hidup dengan baik di masa depan.'

Itu adalah sederetan kalimat paling tulus yang pernah dengar semasa hidupnya.

Sederetan kalimat penuh pengharapan yang begitu berarti dan akan ia kenang untuk selama-lamanya.

Karena itu... Christian tidak akan pernah bisa melupakan Alencia. Ia juga tidak akan pernah menyerah atas perasaannya untuk gadis itu. Bahkan jika waktu memang akan terus berlalu tanpa ia sadari, ia tidak akan pernah menyerah untuk memenangkan hati Alencia.

Kalian pikir memangnya bagaimana caranya Alencia mendapatkan tawaran untuk bekerja di E-Group tanpa seleksi wawancara sebelumnya kalau bukan karena campur tangan Christian sendiri?

Lelaki itu bahkan harus terus berpura-pura menjadi seorang CEO yang tidak kompeten dan ceroboh di perusahaan ini hanya untuk membuat sang cinta pertamanya itu terus berada di sisinya sepanjang waktu.

Padahal ia sebenarnya sudah menjelma sebagai lelaki dewasa yang bisa di andalkan.

Setelah kelulusan, ia berhenti bersenang-senang, mengubah pola hidupnya dan belajar dengan giat tentang berbagai ilmu bisnis dan perusahaan. Kalau tidak begitu, kakeknya yang terkenal disiplin dan ketat itu mana mau mempercayakan perusahaan ini kepada dirinya, bukan?

Tapi tentu saja, kakeknya itu bukanlah hal utama yang membuat seorang Christian Erlangga menjadi berubah begitu signifikan seperti ini.

Hal utama yang membuatnya sampai pada titik menjadi CEO E-Group seperti sekarang ini adalah karena berkat ucapan penuh pengharapan Alencia yang ia dengar saat hari kelulusan waktu itu. Ucapan penuh pengharapan yang mendoakan dirinya untuk dapat berubah menjadi orang yang lebih baik.

Christian benar-benar melakukannya.

Ia melakukannya seakan-akan ucapan Alencia pada waktu itu adalah sebuah motivasi hidup untuk dirinya.

Ya... meskipun sampai sekarang ia masih bingung mengapa Alencia mengatai suaranya cempreng dan khawatir jikalau dirinya akan berakhir sebagai sampah masyarakat di masa depan. Tapi terima kasih akan semua hal itu, Christian seakan menemukan tujuan yang jelas untuk masa depannya.

Oleh karena itu, ia tidak akan melepaskan Alencia.

Menaklukkan hati seorang Alencia adalah tujuan hidupnya selanjutnya, meskipun itu adalah hal paling sulit untuk dapat ia lakukan karena wanita yang menjadi cinta pertamanya ini ternyata sama sekali tidak berubah! Ia tetap saja menjadi seseorang berhati tebal yang tidak peka.

Ia tidak sadar kalau bosnya ini sejak hari pertama berusaha mendekatinya, berpura-pura menjadi bos bodoh nan ceroboh hanya agar bisa terus bergantung kepada dirinya, dengan begitu hubungan mereka yang awalnya kaku dapat mencair seiring berjalannya waktu.

Alencia juga tidak sadar bahwa semua orang di sekeliling hidupnya yang berusaha menjodohkannya dengan Christian itu semua karena ulah sang bosnya sendiri.

Christian bahkan sudah mendatangi Ibu Alencia sebelumnya, meminta bantuan sekaligus restu wanita paruh baya itu untuk mendekati putri semata wayangnya. Dan sampai sekarang wanita di hadapannya ini sama sekali belum peka juga?!

"Christian, kau mendengarkanku?"

Alencia mengibaskan kedua tangannya di depan wajah bosnya itu karena mengira Christian sedang melamun sambil mendengarkan ocehannya.

"A... aku mendengarkan semuanya, hahaha..."

Christian yang kembali tersadar mau tak mau harus tertawa kaku sambil menyeruput kopi miliknya.

"Seperti yang aku bilang tadi, sepertinya aku harus ikut kencan buta."

Christian hampir tersedak minumannya sendiri lagi saat mendengarkan ucapan Alencia barusan. Apa yang baru saja ia dengar? Kencan buta?

"Kenapa? Kenapa kau harus melakukannya?"

Christian bertanya dengan nada tidak santai yang membuat kedua matanya melotot begitu saja sambil menatap Alencia seakan wanita itu baru saja memberitahunya lelucon paling tidak masuk akal sedunia.

"Supaya kita berdua tidak perlu di salah pahami orang-orang?"

Alencia menjawab dengan nada suaranya yang juga sebenarnya tidak terdengar yakin sama sekali.

"Woah, woah, woah. Itu ide buruk Alencia! Kau tidak tahu kalau banyak orang aneh nan jahat yang masuk ke dalam grup kencan buta! Mereka bisa saja menipumu, menculikmu, menjadikanmu budak, woah...pokoknya itu terdengar gila..."

Christian langsung berdiri dengan panik bahkan dengan nada tergagap menunjukkan rasa tidak setujunya akan ide wanita itu yang membuat Alencia hanya bisa melongo di tempat duduknya melihat betapa kacaunya bosnya itu sekarang.

"Kau juga terdengar seperti orang gila sekarang."

Satu kalimat menohok yang datang dari mulut Alencia itu langsung membuat Christian buru-buru memperbaiki dasi dan kembali duduk di tempatnya. Ia pasti terlihat seperti seorang bos yang tidak waras di mata Alencia sekarang ini.

"Tapi kau benar juga. Aku juga takut melakukannya."

Alencia kembali melanjutkan ucapannya sambil memasang wajah merinding membayangkan jika dirinya sampai terlibat dengan teman kencan yang jahat nantinya.

Mendengar itu langsung membuat hati Christian yang awalnya panik luar biasa mendadak menjadi lega.

"Sudah ku bilang kan. Aku hanya memperingatkanmu."

Lelaki itu rasanya ingin langsung melompat di dalam hatinya.

Hampir saja.

Hampir saja ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hati Alencia. Kalau Alencia sampai ikut kencan buta maka ia akan menjadi semakin sulit untuk memenangkan hati wanita itu.

Tapi tenang saja.

Christian sudah bilang kan bahwa ia adalah lelaki yang tidak pantang menyerah. Mau seberapa tebal hati dan tidak pekanya wanita di hadapannya ini ia tidak akan pernah mundur sampai janur kuning milik Alencia benar-benar melengkung adanya!

'Lihat saja Alencia. Aku akan mengubah pemikiranmu yang mengatakan bahwa kita berdua hanyalah sebatas rekan menjadi lebih dari sebatas itu!'

Christian diam-diam kembali meyeruput kopinya sambil menyeringai di dalam hati tanpa Alencia sedikit pun ketahui.

Bukankah hubungan sebatas rekan antara dua insan ini hanyalah... masalah waktu? Jadi biarkan waktu jugalah yang menjawabnya.

Setidaknya, Christian percaya dan memiliki keyakinan akan hal itu.

"Ngomong-ngomong, kopimu itu sudah habis. Kenapa kau masih meminumnya?"

Glek.

Satu ucapan menohok lagi datang dari mulut Alencia yang terlihat menunjuk ke arah gelas kopi milik Christian yang sudah habis tak bersisa.

'Ini semua karena dirimu, rekan sebatas kerja!'

Christian tentu saja ingin meneriakkan itu kepada Alencia namun yang lelaki itu bisa lakukan hanyalah... tertawa bodoh kaku seperti biasa.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi