Disukai
0
Dilihat
1156
D I S T A N C E
Drama

“WE DID IT RAY!!!! WE DID IT!!!!” teriak Damar sambil melayangkan kedua tangannya ke udara.

“Akhirnya kerja keras kita selama ini terbayarkan ya…” kataku yang sangat bangga melihat Damar yang seperti tidak percaya bahwa dia berhasil melewati masa putih abu-abunya.

Tiga bulan lalu, pak Seno yang merupakan wali kelas kami, memanggil Damar ke Ruang Guru untuk mendiskusikan tentang rencana masa depan Damar. Nilai damar menurun drastis entah bagaimana ceritanya. Kalau dia tidak bisa meningkatkan nilainya, dia terancam tidak lulus. Perceraian kedua orangtuanya beberapa bulan lalu menjadi pukulan terbesar bagi hidup Damar. Dia jadi jarang masuk Sekolah dan secara random menelponku tengah malam dalam keadaan mabuk. Entah berada dimana dia malam itu. Damar yang aku tahu bahkan tidak menyentuh satu batang pun rokok, tapi apa ini? Entah sudah kali ke berapa dia menelponku tengah malam dengan suara seperti orang mabuk.

“KALO KAMU TERUS-TERUSAN KAYAK GINI, AKU GAK MAU KENAL KAMU LAGI!!! AKU BAKALAN BLOCK NOMOR KAMU SEKARANG!!!” marahku saat sudah hampir dua minggu dia tidak masuk Sekolah.

“Buat apa aku Sekolah?” kata Damar dengan nada santai.

“Buat diri kamu, Dam!!! Buat siapa lagi? Kamu ngerasa kamu sia-sia Sekolah karena orangtua kamu bercerai? Biarin mereka yang gagal pertahanin pernikahannya, kamu gak harus gagal jalanin hidup kamu! Hidup kamu kan kamu yang tentuin sendiri jalannya! Bukan mereka!”

“Aku udah sendiri sekarang Raya!!! Gak ada siapa-siapa lagi. Bahkan mereka berdua malah kompak ninggalin Rumah dan ngebiarin aku tinggal di Rumah sendirian.”

“Ada aku Dam. Ada aku. Aku disini. Kita perbaiki nilai kamu bareng-bareng ya. Kita masih punya waktu buat perbaiki semuanya. Asal kamu beneran mau berusaha dan yakin kalau kamu bisa ubah ini semua.” jelasku yang mulai meraih tangan Damar perlahan.

Damar hanya sedikit mengangguk dan tiba-tiba memelukku.

XXX

Hari ini Damar membuktikan pada Dunia kalau dia berhasil melewati masa terpuruknya. Lihat dia sekarang!!! Berhasil melewati masa putih abu-abu dengan masuk peringkat 20 diantara satu angkatan kami. Setidaknya ada sekitar 150 orang yang nilainya berada dibawahnya.

“Kamu tau Ra, Aku gak akan bisa lewatin ini semua tanpa kamu. Makasih ya Ra!” kata Damar sambil menggenggam tanganku erat. Matanya terus menatapku dalam. Aku hanya mengangguk mendengar ucapannya.

“Jadi, pak Pilot udah siap terbangin pesawat keliling dunia dong?” kataku kemudian.

“Kalau aku udah jadi Pilot nanti, kamu harus ada di kursi paling depan dibagian penumpang ya Ra. Kamu harus ada di penerbangan pertamaku pokoknya.” kata Damar yang mulai berandai-andai. Lagi-lagi aku hanya bisa menganggukan kepalaku sambil tersenyum mendengar permintaannya.

XXX

“Lima tahun aja ya Ra!!!”

“Iya Dam.”

“Pokoknya, begitu lulus, kamu harus langsung balik ke Indonesia.”

“Iya Dam.”

“Aku tahu kamu suka banget cowo korea, tapi aku ada disini Ra.”

“hahaha iya Damar Saputraaa…. Aku kan disana mau kuliah, bukan mau cari pacar.”

“Kalau masih di Indonesia sih aku bisa gampang samperin kamu. Sebulan sekali pun gak masalah aku. Kenapa harus jauh banget gini sih Ra?”

“Hehh!!! Enak aja sebulan sekali. Katanya mau cepet jadi Pilot biar bisa pamer ke aku? Kalau sebulan sekali jalan-jalan gitu gimana mau cepet jadi Pilot!?”

“Pokoknya gak boleh terlalu betah disana!!” perintah Damar.

“Iya baweeelll….”

Lima tahun emang bukan waktu yang sebentar, tapi aku yakin kami pasti bisa lewatin masa hubungan jarak jauh ini. Aku berhasil diterima di salah satu universitas yang berada di Korea Selatan, sedangkan Damar harus memulai sekolah penerbangannya di Bali. Walaupun aku sudah mengenal Damar sejak SMP, tapi kami baru benar-benar resmi berpacaran ketika lulus SMA. Iya. Damar menyatakan cintanya di hari kelulusan kami. Walaupun selama masa SMA kami seperti orang pacaran, tapi kami benar-benar resmi pacaran saat hari kelulusan.

XXX

“We did it, right…?!” kataku begitu melihat Damar yang sedang berdiri disudut Bandara.

Damar mulai tersenyum lebar begitu melihat diriku ada di depan matanya. Tanpa sadar, dia memelukku erat. Dia benar-benar memelukku erat sampai aku hampir tidak bisa bernafas. Hahaha Dia sangat rindu rupanya.

“Kamu mau buat aku pingsan setelah dua tahun kita gak ketemu atau gimana sih ini konsepnya?” kataku setelah melepaskan pelukannya.

Setiap tahun, aku memang pulang ke Indonesia. Aku selalu menghabiskan waktuku bersama Damar ketika sedang pulang ke Indonesia, hanya saja tahun lalu aku memutuskan untuk tidak pulang karena mau fokus pada kuliahku.

“Kamu bakalan cari kerja di Bali, kan?” kata Damar tiba-tiba.

“Hahh?” aku hanya bisa kaget mendengar pertanyaan Damar yang tiba-tiba.

“Kita cari tempat duduk dulu ya…” kataku kemudian.

“Alamat bakal LDR lagi nih kayaknya…” kata Damar yang mulai curiga dengan jawabanku.

Aku yang mendengarnya mengeluh seperti anak kecil jadi malah ingin tertawa melihat tingkah lakunya.

“Singapura Dam. Aku dapat tawaran kerja disana. Lebih dekat daripada Korea, kan?”

“Tapi tetap jauh.”

“Tapi kan lebih dekat. Masih bulan depan kok aku berangkatnya.”

“Jadi, LDR lagi nih?”

“Maaf yaa…”

“Huft…” Damar mulai bernafas besar. Aku bisa melihat respon kecewanya karena lagi-lagi kami harus menjalani hubungan jarak-jauh.

XXX


Masa LDR bagian kedua yang aku dan Damar lewati bisa dibilang cukup lancar. Kami rutin berkomunikasi dengan segala macam cara. Aku dan Damar memang sama-sama rajin memberi kabar satu sama lain.

Saat tahun kedua kami LDR, Damar memberitahuku bahwa dia akan memulai penerbangan pertamanya sebagai Pilot dari sebuah maskapai nomor satu di Indonesia. Dia akan melakukan penerbangan dengan pesawat penumpang komersil dengan rute Jakarta–Bali minggu depan. Untuk pertama kalinya. Membawa banyak penumpang. Dia begitu terdengar sangat bahagia ketika menceritakan betapa tidak sabarnya dia menantikan minggu depan.

Aku yang mendengarnya, menjadi sangat bangga dengan apa yang dia raih saat ini. Ini seperti mendengar dia yang sangat bahagia ketika tahu berhasil lulus SMA dan mendapat peringkat 20 diantara satu angkatan kala itu.

Kami sama-sama bahagia tanpa tahu bahwa saat itu menjadi awal hubungan jarak jauh yang kami jalani selama ini benar-benar terasa jauh. Hari setelah Damar melakukan penerbangan Jakarta-Bali pertamanya, menjadi awal mula hubungan jarak jauh ini benar-benar terasa jauh jaraknya. Jarak yang sudah aku persempit, malah membuat hubungan kami makin menjadi jauh. Jam terbang Damar semakin sibuk. Begitu pun aku yang belum lama ini baru saja mendapatkan promosi untuk naik jabatan menggantikan atasanku yang berhenti karena mengikuti suaminya yang harus pindah kerja ke Jepang.

XXX


Pada tahun ketiga hubungan jarak jauh bagian dua kami, aku memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Aku tidak tahu bahwa kehidupan kerja ternyata sesibuk itu, sehingga aku tidak bisa menyempatkan waktu untuk pulang ke Indonesia sejak pertama kali bekerja di Singapura. Aku ingin, ketika pulang ke Indonesia waktu yang ku habiskan bisa sangat lama, makanya aku memutuskan untuk tidak pulang kalau hanya bisa libur kurang dari satu minggu. Seperti pasangan lainnya, aku juga ingin memberi kejutan pada Damar. Aku tidak memberitahu dia bahwa aku akan pulang ke Indonesia dan akan berada disini selama satu bulan penuh. Selama satu bulan terakhir, komunikasi kami memang terbilang cukup buruk. Kami sama-sama tidak sadar kalau kami sudah tidak pernah lagi berkabar karena terlalu sibuk dengan apa yang kami lakukan. Itulah kenapa aku memutuskan untuk menghubungi Damar ketika sudah sampai di Indonesia saja.

Hari itu, Bandara Ngurah Rai terlihat begitu ramai. Maksudku, benar-benar ramai. Entah kenapa, aku jadi terbiasa untuk mengunjungi Bali terlebih dahulu sebelum nanti melakukan penerbangan lagi ke Jakarta ketika pulang ke Indonesia. Sepertinya, hari ini ada acara di Bandara. Aku melihat ada banyak pria berseragam Pilot membawa balon berbentuk hati dan mengelilingi sepasang kekasih di dalam lingkaran yang mereka buat. Ahh sungguh romantis.

Karena penasaran, aku memutuskan untuk melihat lebih dekat lagi. Aku ingin tahu pasangan romantis mana yang sedang berbahagia hari ini. Setelah dapat melihat dari dekat, aku bisa dengan jelas melihat seorang Pilot yang sedang melamar wanita yang ada dihadapannya. Setelah wanita tersebut menganggukan kepalanya, Pilot itu memasangkan sebuah cincin cantik dijari wanita tersebut dan memeluknya erat. Pilot itu terlihat sangat erat memeluk wanita yang ada dihadapannya.

Setelahnya, aku pun berpaling dari kerumunan dan masuk ke sebuah tempat makan untuk memesan minuman. Aku mulai melihat lagi foto Pilot yang melamar kekasihnya tadi yang sempat ku potret. Setelah memilih satu foto, aku mulai mencari kontak Damar untuk mengirimnya foto tersebut.


You look so happy in here! Aku senang bisa melihat senyum lebar itu lagi setelah sekian lama, Dam! Maaf Karena aku gak bisa ada di kursi paling depan dipenerbangan kamu ya. Kamu udah nemuin orang yang tepat untuk itu. Selamat untuk kalian berdua! Aku ikut bahagia. Sungguh!

 

Kalau dipikir-pikir, ternyata hubungan kita memang seperti dipaksakan ya, Dam. Padahal aku yang awalnya bilang akan ada buat kamu, tapi aku malah selalu pergi. Dari awal, aku yang selalu mengambil jarak untuk hubungan ini. Dan kamu, kamu hanya memperjelas jarak itu.

End.

 

Ps. Ditulis setelah berulang mendengar lagu “Reckless – Madison Beer”

“I’m so sorry if you can relate”

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi