Disukai
3
Dilihat
1485
03 Rumah di Keabadian
Misteri


Menjalani hidup sebagai tentara bayaran sebetulnya mudah-mudah saja. Kami tidak memiliki kewajiban untuk menerima semua permintaan tidak seperti anjing kerajaan. Kami menjalani hidup bebas sama seperti warga sipil di sini. Atau mungkin lebih dari itu, kami lebih bebas daripada orang biasa. Pihak kerajaan tidak bisa mengatur-atur apa yang ingin kami lakukan atau mereka akan kehilangan salah satu sumber kekuatan dan pelindung. Mungkin juga mereka hanya memandang kami tentara bayaran sebagai bidak yang murah untuk dibuang. 

“Oh, anak muda pagi-pagi begini mau kemana?”

“Biasa, Pak. Cari uang.”

Itu kakek tua tetanggaku yang tidak pernah lupa menyapa setiap kali aku keluar rumah. Entah bagaimana mungkin sudah pikun, dia tidak bisa mengingat tetangganya sama sekali. Kata-katanya tidak pernah berubah sama sekali. Mari kesampingkan saja masalah ini. Setiap orang punya masalah. Selama dia tidak ingin orang lain terlibat, kamu juga harus menghormati keputusannya itu.

Mungkin kesulitan yang kami hadapi hanyalah masalah keuangan. Terutama yang sudah berkeluarga. Bagiku yang baru beberapa bulan masuk, ini tidak terlalu masalah untuk sekarang. Memang tidak ada penghasilan tetap untuk pekerjaan ini, tetapi ada sumber yang mengumpulkan permintaan dari rakyat atau bahkan raja sendiri. Itu adalah Serikat Kemasyarakatan. Sebuah tempat yang melepas beban kelompok tentara bayaran yang kurang mendapat permintaan pekerjaan. Ya, tentara bayaran tumbuh subur di tanah ini. 

“Aron! Sudah sarapan?” 

“Sudah, Bu. Terima kasih.”

“Jangan lupa ya, sarapa itu penting.”

Ya, banyak orang yang beraktivitas di pagi yang cerah ini. 

Sampai mana tadi? Oh, ya …, kelompok-kelompok ini tidak diragukan lagi punya tujuannya masing-masing. Sebagian besarnya mungkin persoalan uang. Perekonomian hanya berpihak ke segelintir orang. Pihak kerajaan tidak bisa berbuat banyak karena ini menyangkut permasalahan dari alam sendiri. Jumlah penduduk tidak bisa dikontrol dengan mudah. Rata-rata angka harapan hidup adalah 220 tahun dengan usia prima untuk bekerja bisa sampai usia 175 tahun. Selama angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian, negri ini akan selalu kelebihan anak muda yang menganggur. Karena itulah ada banyak sekali kelompok tentara bayaran.

“Wah, pagi-pagi begini mau kemana nih? Oh iya, iya …, hati-hati ya. jangan kejauhan, jangan maksa juga ya. Kamu masih muda.”

“Tidak, tidak …, paling hanya sekitar sini saja. Tidak perlu sekhawatir itu. Lagi pula aku juga sudah terbiasa.” 

Untukku bergabung dalam kelompok tentara bayaran, aku punya tujuanku sendiri bukan hanya soal uang. Kelompok ini memiliki tujuan yang sama denganku. Setiap ada permintaan yang menyangkut iblis atau monster, kami tidak pernah melihat imbalannya walaupun pada akhirnya uang memang dibutuhkan. Permintaan itu cukup jarang juga dan kami pun pilih-pilih permintaan sesuai kemampuan dan karena itulah pemasukan jadi tidak menentu. Untungnya pihak kerajaan memandang ini sebagai kesempatan untuk menguatkan wilayah kerajaan sendiri dan memberikan lapangan pekerjaan. 

Tentara bayaran, pekerjaan ini tidak seperti pekerjaan lain yang mewajibkan seseorang memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Tidak ada syarat mengikat dalam pekerjaan ini. Siapapun boleh asalkan dapat menyelesaikan permintaan yang diterima jika tidak, maka tidak akan ada uang. Walaupun kedengarannya mudah dan setiap orang bisa menyimpulkan bahwa menjadi tentara bayaran tidak memerlukan keahlian tertentu. Namun, kenyataannya tidak seperti itu. Kadang ada hari dimana tidak ada permintaan sama sekali karena permintaannya sudah dikerjaan atau pada permintaannya sendiri sudah secara tertulis menunjuk seseorang. Artinya walaupun tidak menjadi sebuah syarat, keahlian harus tetap ada untuk menarik orang memakai jasanya.

Itu adalah cara agar penghasilan seorang tentara bayaran menjadi tetap. Aku sendiri tentu saja punya. Ini tidak terlalu lama. Aku baru saja mendapatkannya beberapa hari yang lalu dari teman senasibku.

“Karia, kemana anak-anak? Bos mana?”

“Oh, kamu datang Aron.” Mata orang ini berbinar saat aku datang tetapi, ekspresinya itu berubah drastis setelah kalimatnya. “Ada misi besar yang mendadak tadi malam. Katanya ini terlalu berbahaya untuk kita jadi …, yah, kita ditinggal.”

“Bagitukah? Apa boleh buat.”

Normalnya sebelum menerima pekerjaan semua anggota akan dikumpulkan terlepas dari keputusan siapa-siapa saja yang akan mengerjakan pekerjaan tersebut. Namun, berbeda jika pekerjaan itu datang secara mendadak. Umumnya ini adalah pekerjaan yang datang dari pihak kepentingan besar seperti para bangsawan atau dari keluarga kerajaan. Pekerjaan semacam ini tidak dapat ditunda-tunda dan pihak Serikat Kemasyarakat pun akan menunjuk siapa-siapa yang paling cocok menerima pekerjaan tersebut. Dan tentu saja, para tentara bayaran dibolehkan untuk menolaknya. 

“Sayang sekali padahal aku butuh uang untuk memperbaiki pedangku. Kamu ada uang? Pedang ini sudah menemaniku cukup lama. Aku tidak butuh pengganti.”

“Huh, tidak, empatiku tidak tergerak. Kamu ingat moto hidupku. Aku tidak akan pernah meminjam atau meminjamkan uang kepada siapapun.”

“Itu moto hidup yang ke berapa? Ayolah hanya 1 koin emas.”

Dia menggeleng. “Enggak. Tapi, sini, sini.” Dia melompat dari kursinya lalu menggiringku ke meja resepsionis. “Eli … anu, yang itu loh.” 

Entah apa yang ingin dia lakukan tetapi, tampaknya sangat tertutup dan rahasia. Dia masih menggiringku lagi ke pojokan bahkan setelah Eli memberikan apa yang dia minta. “Hei, apa sih? Ini cuma permintaan cuci pakaian. Butuh ratusan kali untuk dapat–tunggu iniii,” kataku terpotong. 

Dia sama sekali tidak merubah senyumnya itu dan terus menunjuk satu sisi. Itu tulisan bayarannya. Tertulis di sana “10 koin emas”. Sontak saja aku terkejut melihatnya. “10 koin emas? Itu penghasilan maksimal kita sebulan penuh.” 

Para tentara bayaran digolongkan kembali berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Semakin besar angkanya semakin rendah nilai kemampuan mereka. Setiap permintaan pekerjaan akan dinilai tingkat kesulitannya dan disesuaikan dengan besarnya angka yang dimiliki tentara bayaran. Untuk sekadar permintaan mencuci pakaian atau hanya pekerjaan rumah, bayarannya antara 8-11 koin perunggu. Namun, itu jelas-jelas ditulis koin emas. 

“Ini tidak salah tulis?”

“Tentu saja tidak. Permintaan ini sudah ada bahkan sejak kakekku masih aktif. Tidak setiap hari, tapi menjanjikan, bukan? Kita bisa pensiun dalam beberapa tahun kalau permintaan ini terus ada.”

Aku tak percaya dan tentu saja tidak ada siapapun yang akan percaya ini. Namun, siapapun itu yang membuat permintaan ini dia pastilah seorang dermawan profesional. Kulihat lebih mendetail isi permintaan itu dan ternyata dia adalah kakek tua tetanggaku yang tadi menyapaku. Itu terlihat dari nama dan alamat spesifiknya. Sekarang aku punya penghasilan yang datang konsisten. Aku, dia, dan Eli bergiliran menerima permintaan itu setiap harinya.

Hari ini adalah bagianku. Aku buru-buru ke serikat sebelum ada banyak orang menjejali tempat itu. Mungkin kalian bingung, apa pekerjaanku akan tetap tertulis tentara bayaran atau tukang cuci pakaian? Kesampingkan soal itu. Tentara bayaran adalah pekerjaan kuno yang sekarang maknanya diperluas.

Kakek tua yang tadi menyapaku tampaknya tidak mengingat hari kemarin. Meskipun aku sudah tinggal di sana berbulan-bulan yang lalu, dia sama sekali tidak mengenaliku. Tetanggaku yang lainnya pun beranggapan sama. Ada yang bilang kakek tua ini sudah seperti itu keadaannya selama lebih dari 600 tahun. Dia juga bahkan selalu bertanya sejak kapan rumah di sampingnya itu dibangun. Lucu sekali saat dia bertanya soal ini. Keadaannya sudah tidak lagi bisa disebut pikun. 

Selama berbulan-bulan aku tinggal di sana aku sudah tak asing lagi dengan kalimat yang dia ucapkan, “Oh, anak muda pagi-pagi begini mau kemana?” Sebenarnya ini sangat mengganjal, apa lagi setelah menerima permintaan darinya. Aku bisa cukup dekat dengannya. Hanya satu yang bisa kutangkap selama hari-hari itu, dia selalu mengulang kesehariannya dan tidak berubah sama sekali. 

Karena penasaran aku bertanya sedikit tentangnya meski ini menentang prinsip tentara bayaran yang hanya menerima permintaan. Saat kutanya dan dia menjawab ternyata tidak ada yang istimewa darinya tetapi, semakain aku tahu kakek ini makin aneh. Dia bilang bahwa dia bekerja sebagai tentara bayaran sama sepertiku dan akan mulai bekerja lagi mulai besok. Itu aneh karena dia selalu mengulang kesehariannya tanpa cacat. Dan sepertinya dia sendiri tidak tahu yang dilalukannya selama ini.

Memikirkan soal itu tampaknya tidak akan ada habisnya. Hampir tidak ada petunjuk sama sekali. Dan aku sebagai tentara bayaran tidak memiliki kewajiban untuk itu. Selama dia baik-baik saja dan tidak mempekerjakanku mengenai hal itu, aku tidak boleh ikut campur urusannya. Aku masuk ke dunia tentara bayaran juga punya tujuanku sendiri. Ada monster mengamuk dan memasuki wilayah kerajaan, aku akan terima  pekerjaan itu. 

Oh, ya ada yang menarik saat itu. Aku gagal melindungi beberapa orang dan itu termasuk kakek tua ini. Rumahnya hancur tak berbentuk lagi. Dia mengalami pendarahan hebat dan dinyatakan meninggal beberapa jam kemudian. Namun, keesokan harinya dia masih mengulang kesehariannya dan rumahnya kembali utuh seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@semangat123 : Itu looping. Semua rumah plus si kakek ngulang hari yang sama. Lagi rebahan ke pikir ini ha ha ha... Terimakasih lagi btw
Repeat and reverse. Andai saja bisa seperti itu di dunia nyata, pasti tidak sedih karena penyesalan. Hari ini menyesal, besok kembali seperti semula sebelum menyesal 😔. Duh! Komennya kepanjangan 😁. SUKA🥰👍
Rekomendasi