The Junkie
7. Maya
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. TAMAN KOTA — MALAM

Raka celingukan, dia melihat Hpnya kembali. Raka menelpon Maya tapi tak diangkat. Raka bingung mencari ke sana kemari nggak ketemu.

RAKA

Setan! Ia benar-benar mempermainkanku.

Raka sekilas melihat seorang wanita di balik pepohonan. Dia juga tampak menunggu seseorang. Raka sedikit mendekat.

RAKA

Permisi…

Begitu wanita itu menoleh, Raka terperajat. Ia tak mengira wanita itu ternyata Maya, penampilannya sangat berbeda. Raka terperangah. Lidahnya serasa membeku.

RAKA

Kaa--ka--kau Maya? (tanya agak gagap dan terpana)

MAYA

Heyyy!

Mata Raka memancarkan gairah saat menatap wajah Maya yang cantik mempesona, dadanya tampak mengundang gairah, juga rok mininya yang berwarna toska. Maya memakai kacamata hitam bermerk Planet Surf, berkaos putih ketat. Ia tampak glamour seperti kaum sosialita.

Aksesoris yang serba mahal yang membuatnya semakin modis. Seperti tas Gucci yang terkenal di Italia, melingkar Alexadre Cristie di pergelangan tangan kiri, High Heels Saint Laurent yang digandrungi.

RAKA (VO)

Mungkinkah semua ini didapat dari hasil melacur? Aneh, kenapa aku jadi keingat sama Semilla ya.

Maya tersenyum. Raka balas tersenyum sambil meredakan rasa terpanannya. Mereka kemudian berjalan-jalan di taman lalu menuju mall terdekat, asyik bercakap-cakap.

RAKA

Aku ini orang gila. Emmm…, atau memang kau menyukai para penggila? (tanya slengekan)

Tampak mereka sudah nyaman bersama dan terlihat akrab. Mereka lalu menuju sebuah resto di bawah mall dan duduk di sudut.

MAYA

Ya, tak perlu kau jelaskan. Bukankah kita sama-sama gila, hahaha. (balas Maya sembari menyulut sebatang rokok)

RAKA

Kau merokok?

MAYA

Rasanya aku mengenalmu tidak sebagai orang bloon.

RAKA

Maksudmu?

MAYA

Sempat-sempatnya kau menanyakan sesuatu yang tidak penting!

RAKA (VO)

Rupanya watakmu tak jauh beda denganku. Aku membayangkan betapa liarnya kau di atas ranjang.

Raka melihat Maya nyengir.

RAKA

Kau memintaku ketemuan, ada apa? (tanya Raka sambil membuat asap rokoknya melingkar-lingkar)

MAYA

Aku juga bingung. Bagaimana memulainya? (Maya agak kikuk, dia ikut-ikutan mengembuskan asap rokok yang bulat berkali-kali, menyaingi hasil Raka)

RAKA

Santai saja, ungkapkan saja, bisa dimulai dari, bagaimana awalnya kau kenal suamimu, dan dunia diskotik, bebas-bebas saja, ya itu jika kau mau cerita, jika nggak mau ya nggak apa-apa.

MAYA

Kau tidak risih?

RAKA

Kalau risih, buat apa aku kemari.

Maya tersenyum senang. Dia menyeruput kopinya.

MAYA

Awalnya aku diajak teman rayain ultah, minum. Lalu datang sosok laki-laki minta gabung. Sebenarnya aku tidak setuju, namun dua sahabatku malah senang dan mempersilakannya dengan alasan agar dia bayar semua yang kami pesan. Yah begitulah, kami mabuk bersama. Laki-laki itu menawariku kerja jadi purel di kafe dengan gaji besar, tapi kutolak, eh malah dua kawanku dorong aku terima tawarannya. Ternyata laki itu pemilik kafe.

Raka menyimak sambil menyeruput kopi dan merokok. Dia pandangi wajah Maya yang cantik, dan sesekali Raka memang tertarik.

MAYA

Di kafe itu aku kenalan dengan laki-laki yang ditempatkan di bagian bar namanya Gilbert. Dia cakep, baik, lalu kami pacaran, dan kami sampai berhubungan, beberapa kali kami lakukan itu. Esoknya, Mama mungkin punya firasat agar aku jaga keperawananku dan segera nikah. Aku meminta Gilbert menikahiku, tapi ia menolaknya. Aku dirundung kesedihan, sedih banget, namun kemudian datang lelaki yang seakan bisa kujadikan pelarian. Lelaki itu yang kemudian jadi suamiku, dan dia paksa aku terus kerja di diskotik itu.

Maya mendesah.

MAYA

Aneh ya kenapa sama kamu aku bisa terbuka begini.

Raka tersenyum tipis.

RAKA

Terima kasih sudah mau cerita, dan mau percaya.

Maya menghisap rokoknya lagi, dan mengembuskannya dengan mulut bundar, O, asap keluar berbentuk lingkaran.

RAKA (VO)

Kukira kerja di dunia malam atas kehendaknya sendiri. Oh…

MAYA

Tak hanya maksa aku kerja di diskotik! Dia juga impoten!

Raka kaget. Mata maya tampak sedih.

MAYA

Ya, begitulah perjalanan hidupku. Semoga kau tidak kecewa mengenalku.

RAKA

Kita ini orang-orang kalah dalam menghadapi kehidupan. Semua yang kau ceritakan hampir mirip dengan yang kujalani. Hanya beda masalah saja, ya aku menikmati atas apa yang kupilih dan berani menerima segala konsekuensinya. Dan, menurutku, kekalahanmu adalah kemenangan yang mulia.

Maya tersenyum, matanya berkejora. Dia tak bisa menyembunyikan bahwa dirinya menyukai Raka.

RAKA

Jenis apa yang kau pakai? (tiba-tiba sambil menatap lekat mata Maya)

MAYA

Maksudmu?

RAKA

Mata panda (telunjuk melingkari matanya yang cekung khas pengguna narkoba)

MAYA

Pertanyaan yang sudah kau jawab sendiri.

RAKA

Maksudmu?

Maya hanya tersenyum penuh arti. Lantas, Raka menatap kembali mata dan bibirnya yang merah muda, serasa ada yang mendorongnya dari belakang. Begitu juga dengan Maya.

Mereka berciuman, lama, dan dalam. Lalu terhenti oleh suara dering ponsel Raka.

RAKA (VO)

Brengsek! Ngapain Rendi menelponku!?

MAYA

Siapa? (sambil membetulkan duduknya)

RAKA

Rendi, sepertinya kepencet (balas sekenanya dengan sebal)


INT. ROOM KARAOKE — GELAP

Dua lampu warna di kiri-kanan yang menyala memutar seperti ‘Space Room’ ketika sang Dj mulai mengoperasikan musik party.

Dari celah pintu toilet yang sedikit terbuka, seorang lelaki tampak bercinta dengan wanita, toilet kerap dipakai untuk Fuck Job oleh purel ketika tamu tidak lagi mampu menahan berahi walau sebenarnya itu hanya alasan para tamu yang ogah mengeluarkan uang untuk menyewa hotel.

RAKA

May, bagaimana jika bibirmu monyong kayak ikan lohan? (Raka cengengesan setengah mabuk)

MAYA

Pertanyaanmu selalu membuatku bingung (balas Maya dengan kepala goyang-goyang sambil menyulut rokok dan menghisapnya dengan mimik penuh nikmat)

Raka meminta satu pil boti milik Maya. Wanita itu memberikannya yang langsung dikunyah oleh Raka.

Maya menuju meja bar dan memesan long Island Blue dan Water vool kesukaannya. Maya berjalan menyibak beberapa orang yang gloyoran, disusul waiters membawakan pesanan.

Mereka menikmati malam dengan banyak tawa, bercanda.

MAYA

Apa kau mengizinkanku striptease di sana? (tunjuk Maya di atas panggung tempat seorang wanita melenggak-lenggokkan tubuhnya)

Raka menggeleng. Matanya menatap Maya dengan tatapan yang dalam, Maya membalas tatapan itu dengan penuh rasa.

MAYA

Hemmm. Aku hanya bercanda, Ka. Segila-gilanya aku, tak mungkin melakukan hal itu.

Raka mengangguk, dan mengambil satu sloki serta meneguknya perlahan. Mereka lalu berciuman.

MAYA

Papamu pejabat, kenapa anaknya tidak mengikuti jejaknya?

RAKA

Papamu juga pejabat, kenapa anaknya tidak mengikuti jejaknya juga?

Mereka lantas tertawa terpingkal-pingkal. Sloki tarik ulur tanpa henti. Lantas mereka tak sadarkan diri. Satpam membangunkan Raka dan Maya. Suasana yang semula ramai berganti senyap. Mereka dibantu security untuk naik taksi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar