TANGAN TERAKHIR
11. 11, JODOH YANG TAK DISANGKA, scene 84-99

84.    INT. KAMAR SAHAT – RUMAH JIWA – SORE

PEMAIN: SAHAT 

 

Sahat berdiri di samping jendela kamar. Ia terpakju mengingat sesuatu. Ingatan itu membuat ia menjadi galau.

 

CUT TO

 

85.    EXT/INT. TERAS DEPAN – RUMAH JIWA – MALAM 

PEMAIN: JIWA, SAHAT 

 

Sahat dan Jiwa bercengkrama di teras depan. Sahat tidak menyetujui Jiwa melamar Salvinia dan membuat Jiwa kecewa. Malam itu suara Sahat memecahkan keheningan.

 

SAHAT

Papa tidak setuju kamu menikahi Salvinia.

 

JIWA

(bingung dan terkejut)

Kenapa, Pa? Orangtua Salvinia sudah setuju.

Apa yang kurang dari Salvinia?

 

SAHAT

Pokoknya papa tidak merestui pernikahanmu dengan Salvinia.

 

JIWA

Pa... Ini masa depan Jiwa. Beri alasan mengapa papa tidak merestui pernikahan Jiwa.

 

SAHAT

Jika kamu ingin menikah, carilah gadis lain.

Bukan Salvinia.

 

Sahat lalu beranjak dari kursi dan masuk ke dalam rumah. Tinggal Jiwa yang kecewa dan semakin galau.

 

CUT TO

 

86.    INT. KAMAR AJI – RUMAH JIWA – MALAM 

PEMAIN: JIWA

 

Jiwa memainkan gitarnya dan bernyanyi lagu galau. Jiwa uring-uringan.

 

MONTAGE

-  Jiwa tampak galau

-  Jiwa uring-uringan, Sahat melihat semua itu. Sahat merasa iba.

 

FADE OUT

 

87.    INT. KAMAR MARTINI – PAGI

PEMAIN: MARTINI, SAHAT 

 

Martini kumat lagi. Kali ini sudah mencapai stadium paling tinggi. Ia menjerit-jerit dan meronta-ronta. Sahat berusaha menenangkan istrinya.

 

CUT TO

 

88.    INT/EXT. TERAS RUMAH – PAGI

PEMAIN: MARTINI, SAHAT, HENNY, GUNNAR, JIWA 

 

Mereka membawa Martini, namun Martini terus meronta-ronta. Mereka memaksa Martini masuk ke mobil dan mobil pun melaju menuju rumah sakit.

 

CUT TO

 

89.    EXT. RUMAH SAKIT – SIANG

PEMAIN: KELUARGA JIWA 

 

Mobil berhenti di rumah sakit. Mereka keluar sambil menarik Martini yang terus meronta dan menjerit-jerit. Kemudian masuk ke rumah sakit. Jiwa tampak nelangsa melihat mamanya ditarik dan disuntik penenang.

 

CUT TO

 

90.    INT. KORIDOR RUMAH SAKIT – SIANG

PEMAIN: JIWA, SAHAT 

 

Jiwa berdiri di tiang koridor sambil melamun. Sahat menghampirinya. Sahat berusaha mencairkan suasana. Jiwa bergeming.

 

SAHAT

Ji... Maafkan papa. Papa tidak merestui pernikahanmu bukan tanpa alasan. Ini demi masa depanmu.

 

Jiwa tetap bergeming. Sahat berdiri di sampingnya.

 

SAHAT

(sambil menarik nafas berat)

Papa tidak ingin menyakiti hatimu. Papa ingin melupakan semua kejadian itu. Kejadian dimana mama kamu jadi seperti ini.

 

JIWA

Maksud papa?

 

SAHAT

Percaya sama papa, tidak ada orang tua yang ingin hidup anaknya menderita.

(hening sesaat)

Kejadian itu sudah lama sekali.

 

Jiwa bingung dengan maksud Sahat. Kemudian Sahat melanjutkan ceritanya.

 

SAHAT

Dulu ada seorang laki-laki yang mencintai mamamu.

Sangat mencintai mamamu. Tapi cinta papa melebihi apa pun.

Apalgi laki-laki itu. Papa bertaruh dengannya untuk mendapatkan mamamu. Dan papa menang.

Laki-laki itu tidak puas dan ia menyerang papa.

Papa berkelahi sengit dengan laki-laki itu.

Walau babak belur tapi papa yang menang.

Laki-laki itu yang membuat mama mu menjadi gila.

 

JIWA

Siapa laki-laki itu, Pa?

(geram dan sedikit emosi)

 

SAHAT

Ayah Salvinia.

Bahar Aditya.

 

Jiwa terkejut dan batinnya terasa dihujani paku. Jiwa menundukan kelanya lalu mengepal jemari tangannya. Matanya tampak memerah.

 

CUT TO

 

91.    INT. KAMAR RUMAH SAKIT – MALAM

PEMAIN: JIWA, MARTINI

 

Jiwa melihat Martini dari lubang di pintu. Ia sedih melihat Martini tergeletak di tempat tidur.

 

JIWA

Maafkan Jiwa, Ma...

(suara parau dan berkaca-kaca)

Jiwa nggak bisa menjaga mama dengan baik....

Ya Allah... Lindungilah ibu hambah...

(menangis sedih)

 

CUT TO

 

92.    EXT. JALA RAYA – PAGI

PEMAIN: JIWA, SILVINIA  

 

Salvinia melihat Jiwa di jalan dan ingin menegurnya. Namun, Jiwa cuek dan meninggalkan Salvinia. Salvinia bingung melihat Jiwa yang pergi tanpa kata-kata.

 

MONTAGE

-  Salvinia melihat Jiwa di kampus dan ngobrol bersama teman-teman bandnya. Ketika Salvinia mendekat, Jiwa justru pergi menghindar.

-  Salvinia galau dan menangis di kamar

 

CUT TO

 

93.  INT/EXT. TERAS DEPAN – RUMAH JIWA – SORE

PEMAIN: JIWA, SALVINIA

 

Salvinia menemui Jiwa dan ingin menanyakan permasalahan yang telah dihadapi. Mengapa Jiwa menghindar dan berusaha menjahui Salvinia. Jiwa yang duduk di teras depan sambil melamun pun terkejut.

 

SALVINIA

Maksud abang apa sebenarnya? Mengapa abang selalu menghindar dari Salvinia? Ada apa bang?

(suara lirih dan menangis)

 

JIWA

Maafkan abang Salvinia.

Abang tidak bermaksud menyakiti hatimu.

Lupakanlah abang. Cari penggati abang untukmu.

 

SALVINIA

Tidak, Bang. Hati Salvinia justru sakit kalau abang berbuat demikian.

Hati Salvinia sudah raib dan abang seenaknya menyuruh Salvinia melupakan abang begitu saja?

Egois itu namanya bang!

Salvinia benci dengan abang!

 

Salvinia pun pergi sambil menangis dan meninggalkan Jiwa. Jiwa hanya bisa meremas rambutnya.

 

CUT TO

 

94.  INT. RUMAH SAKIT-RUANG KHUSUS – MALAM

PEMAIN: MARTINI  

 

Martini kembali menjalali terapi aliran listrik. Martini berteriak dan menjerit kesakitan. Rambutnya acak-acakkan dan kembali mendapat sengatan listrik.

 

MONTAGE

 

-  Jiwa dan gruop band nya sedang manggung

-  Gunar tidak konsentrasi di kerjaan

 

FADE OUT

  

95.  EXT. SEBUAH TEMPAT – SORE

PEMAIN: JIWA, AYAH SALVINIA

 

Jiwa melihat ayah Salvinia berjalan di sekitar kompelk rumah mereka. Jiwa mengikuti langkah ayah Salvinia. Merasa ada yang mengikuti, ayah Salvinia pun berhenti dan melihat Jiwa menatapnya.

 

AYAH SALVINIA

Kamu? Kenapa kamu mengikuti saya?

Kamu naksir saya?

 

JIWA

Tidak usah berpura-pura Bahar Aditya.

Saya sudah tahu siapa anda sebenarnya.

 

Kata-kata itu membuat Bahar terkejut dan mengatur posisinya.

 

AYAH SALVINIA

Apa maksudmu?

 

JIWA

(menatap lekat laki-laki di depannya)

Empat puluh tahun yang lalu, seorang perempuan cantik terkena guna-guna. Karena ada laki-laki busuk mencintainya.

 

AYAH SALVINIA

Kamu?

 

JIWA

Ya. Saya anak Martini. Gadis yang anda guna-guna hingga gila tanpa perasaan! Hari ini saya ingin meminta pertanggung jawaban anda.

 

Ayah Salvinia mengatur kuda-kudanya. Jiwa pun menyerang dan mereka berkelahi sengit. Perkelahian itu membawa mereka di beberapa tempat.

 

-  Shoot gedung kosong

-  Shoot berlari di jalan kecil

-  Shoot areal kosong

 

MONTAGE

-  Martini di kursi yang dialiri listrik.

-  Beberapa shot ia kesakitan dan menjerit (wajah iba)

 

CUT TO

 

96.  EXT. RUMAH KOSONG – MALAM

PEMAIN: JIWA, AYAH SALVINIA, SALVINIA

 

Perkelahian Jiwa dan ayah Salvinia masih berlanjut. Mereka sama-sama babak belur. Ayah Salvinia sudah kelelahan dan Jiwa mengeluarkan jurus yang pernah ia pelajari. Jiwa memberi pukulan jitu ke Ayah Salvinia hingga ia roboh di rereumputan. Saat Jiwa ingin menghajarnya lagi, Salvinia datang dan menjerit.

 

SALVINI

Bang Jiwa! Hentikan!

Jiwa yang ingin membunuh ayah Salvinia pun menghentikan pukulannya.

 

SALVINIA

Salvinia sudah tahu semuanya mengapa abang menghindah dari Salvinia. Jika itu yang abang inginkan. Salvinia minta maaf atas nama ayah Salvinia. Maafkan ayah Salvinia, Bang...

(menangis sambil menghampiri Bahar)

 

AYAH SALVINIA

Maafkan saya, Jiwa

(terbata-bata)

 

Jiwa yang sudah tidak karuan babak belurnya hanya terdiam sambil mengepal tangannya.

 

AYAH SALVINIA

Saya akan memberikan obat penawar untuk mama kamu

(menahan sakit)

 

Jiwa tak menggubris dan pergi meninggalka Salvinia dan ayahnya yang masih tergeletak kesakitan.

 

CUT TO

  

97.  EXT/INT. RUMAH JIWA – MALAM

PEMAIN: JIWA DAN SEMUA KELUARGA  

 

Jiwa bingung ketika tiba di rumah. Ia melihat semuanya berkumpul dan terlihat menangis. Jiwa pun berlari dan masuk ke dalam rumah.

 

CUT TO

 

98.  INT. RUANG TAMU - RUMAH JIWA – MALAM

PEMAIN: JIWA DAN SEMUA KELUARGA  

 

Jiwa melihat mama terbujur kaku di karpet. Martini meninggal dunia. Jiwa menghampiri jasat Martini dan menangis sedih.

 

JIWA

(menjerit dan menangis)

AAAARRRGKKKK

 

DISSOLVE TO

 

99.  EXT. PEMAKAMAN UMUM – PAGI

PEMAIN: JIWA DAN SEMUA KELUARGA, CASILDA  

 

Setelah pelayat pergi, tinggal Jiwa yang masih duduk di pusara Martini. Ia terpaku dengan mata sembab. Kemudian ada tangan yang mengelus pundaknya.

 

CASILDA

Aku turut berduka, Ji

 

Jiwa terkejut mendengar suara itu dan ia mendongak dengan perlahan. Di sampingnya berdiri sosok Casilda yang mengenakan baju ikrhom. Cantik sakali.

 

JIWA

Casilda?

 

CASILDA

Jangan ada air mata.

(tersenyum tipis)

 

JIWA

Bukannya kamu di Singapura?

 

CASILDA

Masih ada yang tertinggal disini.

Apakah kamu masih ingin sendiri?

Aku sangat merindukanmu, Ji

 

Jiwa pun tersenyum dan merasa bahagia. Ia pun mengamit jemari tangan Casilda dan pergi meninggalkan makam.

 

FADE OUT

 

 

TAMAT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar