TANGAN TERAKHIR
2. 2, REMBUK KELUARGA, scene 8-9

LIMA TAHUN KEMUDIAN

8.    INT. RUANG TAMU – MALAM

PEMAIN: SAHAT(55 TAHUN), JIWA (20 TAHUN), HENNY (23 TAHUN), DODY (25 TAHUN), GUNAR (27 TAHUN)

Establish rumah Sahat. Lampu ruang tamu sudah menyala. Ruang tamu cukup besar dengan interior tahun delapan puluhan. Ada kursi tamu, buffet kayu dengan hiasan vas bunga. Lukisan di dinding tampak elegan. Sahat mengenakan kemeja kerja warna krem berlengan panjang yang digulung sampai kesiku. Ia duduk diam sambil menunduk. Ada beban pikiran yang harus ia pecahkan.

Gunar mengenakan kemeja kotak-kotak berlengan pendek, celana kantoran. Ia juga duduk dengan wajah tertekan.

Dody yang duduk dekat papanya juga berekspresi tak enak dilihat. Ia memberontak ketika papa menyuruhnya untuk mengurus sang mamak.

Henny juga menolak permintaan sang Bapak.

JIWA memakai kaos oblong dan duduk anteng di kursi. Sahat mulai pembicaraan.

Sahat mulai bicara

SAHAT

Anak-anak, papa mengumpulkan kalian di sini hanya mau minta tolong. Papa sangat sayang dengan mama kalian, namun papa tidak bisa menjaga mama sepanjang waktu. Papa hanya minta sedikit waktu kalian untuk mengurus mama. Gunar, kamu yang paling tua dan udah mapan. Bagaimana kalau kamu menyisahkan waktumu untuk mengurus mama mu?

GUNAR

Gunar nggak bisa, Pa ngurusin mama. Pekerjaan Gunar banyak, belum lagi kegiatan di luar. Mungkin Dody yang lebih banyak waktu.

Terlihat ekspresi Sahat sangat kecewa. Dody juga langsung menolak tawaran Sahat.

DODY

Dody juga nggak bisa, Pa. (Beat, menatap Gunar) Aku gak bisa, Bang. Kamu pikir kamu aja yang sibuk? Kan masih ada kak Henny

HENNY

Kakak juga gak bisa, Dod. Kakak ngurus anak-anak aja sudah repot. Apalagi ngurus mama. Bagaimana kalau mama dikirim ke panti jompo, atau....

Sahat bereaksi. Ia tidak suka kalau istrinya dikirim ke panti jompo.

SAHAT

Apa maksud kamu? Mama sudah melahirkan kalian. Membesarkan kalian dengan penuh kasih. Kamu tega mengirim mama mu ke panti jompo? Hehk... (Kesal/marah)

Henny tertunduk.

DODY

Trus siapa yang mau menjaga mama kalau semua nggak bisa?

Jiwa akhirnya bicara dengan hati berat dan miris.

JIWA

Biar aku saja yang mengurus mama.

Kalian tidak perlu repot menghabiskan waktu kalian untuk mama, uruslah keluarga kalian masing-masing.

HENNY

Ji……

JIWA

Nggak apa-apa, Kak. Aku ikhlas menjaga mama. Kasihan mama kalau dibiarkan seperti itu. Mama butuh perhatian dari kita. Aku juga nggak perlu meneruskan pendidikanku. Aku ingin berbakti kepada mama di sisa hidupnya.

Gunar, Dody dan Henny menunduk diam. Papa juga tidak bicara apa-apa. Jiwa kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi.

Tinggal mereka yang berdiam diri di ruang keluarga.

CUT TO

9.    INT. KAMAR MARTINI – MALAM

PEMAIN: JIWA, MARTINI

Jiwa melihat mama yang tertidur dari balik pintu kamar. Ia menatap sedih dan menangis.

MONTAGE :

·        Jiwa membasuh kaki mama

·        Jiwa menyuapi makanan untuk mama

·        Jiwa menyisir rambut mama

END MONTAGE

Mama terbangun ketika Jiwa duduk di samping mama.

MARTINI

Ji... Kamu nggak kuliah?

(suara lembut)

JIWA

(mendongak menatap mama)

Enggak, Ma....

MARTINI

Kenapa kamu nggak kuliah? Nanti gimana masa depanmu?

Trus nanti kamu kerja apa?

JIWA

Mama nggak usah khawatir.

Saat ini kuliah, kerja dan masa depan Jiwa adalah berbakti kepada mama, bolehkan, Ma?

Mata mama berkaca-kaca sambil menahan tangisnya. Suara mama terdengar berat.

MARTINI

Maafkan mama ya, Ji. Mama sudah menyusahkan kalian.

Mama juga nggak mau seperti ini. Mama capek, Ji...

Mama gak tahu apa yang sudah terjadi pada mama.

                         

JIWA

Ma... Jiwa sayang mama

(sambil menahan tangisnya.)

Mama jangan ngomong begitu ya…

O.S. JIWA

Ya Allah… berilah kesembuhan kepada mamaku.

Mata mama berkaca-kaca sambil menatap langit-langit kamar.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar