TANGAN TERAKHIR
4. 4, MAMA DIGUNA-GUNA, scene 20-31

20.    EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: JIWA, PINBO

Pinbo bingung mengapa Jiwa meninggalkan cewek cantik begitu saja. Pinbo pun jadi kepo sambil mengikuti langkah Jiwa.

PINBO

Siapa dia, Ji? Cantik sekali?

Kenapa kamu tinggalin gitu aja?

JIWA

Teman sekolahku dulu waktu di SMU.

PINBO

Pacarmu?

JIWA

Bukan.

PINBO

Kenapa nggak kamu pacarin aja dia, Ji…

Bodoh amat sih. Dia itu nyaris sempurna.   

Kalau aku jadi kamu, udah ku pacarin dia.

JIWA

Ya udah kamu pacaran aja ama dia.

PINBO

Hehehe… apa dia mau sama cowok kayak aku ya?

Jiwa geleng-geleng kepala sambil terus berjalan.

CUT TO

21.    EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: CASILDA, SHARLA

Casilda berjalan sambil melamun. Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Sharla menghampiri Casilda yang terlihat galau.

SHARLA

Casildaaa… Tunggu…

Casilda berhenti dan menoleh ke belakang. Sharla berlari kecil menghampiri Casilda.

SHARLA

Kamu kenapa? Kok melamun gitu?

CASILDA

Hmmm… tadi aku ketemu ama temen waktu di SMU dulu, Sharla.

Dia tampan sekali sekarang.

SHARLA

Dan itu yang membuatmu jadi galau kayak orang gila?

Memangnya dia siapa? Pacarmu?

Atau mantanmu?

CASILDA

Belum sempat jadian tau. Huh.

SHARLA

Belum jadian? Yaelaah… segitu gegananya dirimu?

CASILDA

Aku mengaguminya, Sharla…

Sampai sekarang dia sangat mempesona.

SHARLA

Dan kamu jatuh cinta sama dia kan?

Udah ngaku aja.

CASILDA

(Diam sesaat)

Tapi dia dingin kali jadi cowok.

Nggak mungkin kan aku duluan yang nembak dia?

Apa dia nggak doyan ama cewek ya, Shar?

SHARLA

Lebih baik kamu ungkapkan aja perasaanmu.

Dari pada kamu terbayang-bayang terus.

Bisa gila beneran.

CASILDA

(tersipu)

Udah ah, baru aja ketemu. Dia punya temen di sini.

Anak seni. Raka namanya. Aku akan cari tahu nomor hapenya. Kita masuk yuk.

Casilda melangkahkan kakinya dan terus berjalan sampai Sharla tertinggal beberapa langkah.

CUT TO

22.    EXT. HALAMAN RUMAH JIWA – PAGI

PEMAIN: MARTINI, RIA (50 TAHUN)

Martini menuju halaman dan memeriksa bunga-bunganya. Ia mencabuti rumput yang sudah rimbun. Tiba-tiba saja tetangga rumahnya mencibir dirinya dengan sinis. Wajahnya sewot-sewot.

RIA

Ciiihh... Wong edan. Gila!

Martini menatapnya dengan lekat. Kemudian ia masuk ke dalam rumah dengan ekspresi kesal. Mulutnya komat-kamit. Martini tidak mau ada orang menyebutnya gila. Itu membuatnya menjadi kumat.

CUT TO

23.    INT. RUMAH JIWA – KAMAR MARTINI–PAGI

PEMAIN: MARTINI ( 50 TAHUN)

Martini masuk ke kamarnya. Lalu duduk di sisi tempat tidur. Ia diam dan melamun. Pikiran-pikiran lain mengusiknya kembali. Perlahan, Martini melepas ikat di rambutnya dengan pandangan semu. Kemudian menggunting sebagian rambutnya dan ngoceh tak karuan.

MARTINI

Aku gak gila... aku gak gilaa!!!

(teriak)

Hening sesaat sambil memperhatikan wajahnya di cermin.

MARTINI

Kau yang gila!

(marah, sambil melotot)

Aku gak gilaaaaaaa!!!

(Berteriak)

Martini berteriak sambil menangis. Ia meremat spray tempat tidur, lalu menghapus air matanya. Setelah beberapa saat terdiam, ia pun tertawa terbaha-baha.

CUT TO

24.    EXT. AREAL KAMPUS – SIANG

PEMAIN: CASILDA, SHARLA

Sharla geleng-geleng kepala ketika melihat Casilda melamun. Ia melambaikan tangannya di wajah Casilda, namun Casilda tidak merespon.

SHARLA

Haloo, Casildaaaa!

(sedikit menjerit)

Emang enak dicuekin?

Casildaaaa... Kamu kemana ajaaa?

Casilda terkesiap.

CASILDA

Eh, Sharla ada apa?

SHARLA

Ada apa...???

Sedari tadi kamu melamun sambil senyum-senyum.

Kamu kesambet setan mana?

CASILDA

Setan? Setan apa-an?

SHARLA

Setan di kepalamu!

CASILDA

Hmmm, aku lagi bete nih. Kita ke Mall yuk.

Casilda melangkahkan kakinya dengan segera. Sharla berlari kecil mengejar Casilda.

CUT TO

25.    EXT. AREAL KAMPUS – SIANG

PEMAIN: CASILDA, SHARLA, JIWA, PINBO

Casilda melihat Jiwa di parkiran dan menyalakan motornya. Casilda yang sudah berada di mobil hanya memperhatikan saja. Kemudian ia tersenyum tipis. Sharla yang melihat Casilda jadi bingung. Ia melihat pandangan Casilda dan melihat Cowor berjaket blue jeans yang mengendari motor.

SHARLA

Ohh... Jadi itu cowok yang kamu taksir?

E hem...(berdehem)

CASILDA

Aku menyukainya sejak dulu. Sejak di bangku SMU.

Casilda melajukan mobilnya keluar kampus.

CUT TO.

26.    EXT. JALANAN – SIANG

PEMAIN: MARTINI, HAFSA, JIWA, PINBO

Martini terlihat di jalan sambil menangis dan tertawa. Rambutnya awut-awautan. Hafsah melihat Martini ada di jalanan langsung saja menghampiri Martini dan mengajaknya pulang. Awalnya Martini meronta dan menolak

HAFSAH

Maaa… Mama kenapa ada disini?

Ayo kita pulang, Maa…

(sambil menarik lengan Martini)

Matini menghempaskan tangan Hafsa. Ia melihat Hafsa dengan tatapan tajam.

MARTINI

Siapa kau?

HAFSA

Ini Hafsa, Ma… Anak mama. Ayo kita pulang, Ma…

Malu dilihati orang… Ayo, Maa…

(mata Hafsa merebak)

MARTINI

Aku nggak mau pulang!

Enak aja kau nyuruh-nyuruh aku pulang!

Hafsa menangis.

INTER CUT :

Dari jauh terlihat Jiwa mengendarai sepeda motornya. Kemudian ia berhenti ketika melihat Hafsa. Jiwa buru-buru turun begitu melihat Martini. Ia menghentikan sepeda motornya dan memberikannya ke Pinbo. Jiwa menghampiri Martini.

JIWA

Ma… kenapa ada disini?

Ayo kita pulang, Ma… Malu dilihati orang. Ayo, Ma.

(pujuk Jiwa)

Ayolah, Ma….

(sambil mengamit jemari Martini)

MARTINI

Kamu nggak kuliah, Ji? Kok ada disini?

JIWA

Jiwa memang nggak kuliah, Ma. Kan Jiwa mau jaga mama.

Ayo, Ma kita pulang.

Martini mengangguk dan mengikuti ajakan Jiwa. Mereka pulang naik taksi. Motor Jiwa dibawa Pinbo.

CUT TO

27.    INT. RUMAH JIWA–SORE

PEMAIN: JIWA, MARTINI

Jiwa sampai di depan rumahnya dan keluar dari taksi. Jiwa memapah Martini masuk ke rumah. 

CUT TO

28.    INT. DEPAN KAMAR MARTINI – SORE

PEMAIN: JIWA

Jiwa melihat Martini dari balik pintu. Matanya merebak melihat keadaan Martini.

O.S. JIWA

Ya Allah berikan kesabaran atas cobaan yang Kau berikan kepada kami.

Jiwa menghampus air matanya dengan kedua jari tangannya.

CUT TO

29. INT/EXT. TERAS RUMAH JIWA–SORE

PEMAIN: JIWA, HAFSAH

Jiwa melihat Hafsah duduk termenung di teras rumah. Jiwa heran dan menghampiri adiknya.

JIWA

Hafsah..? Kenapa di luar?

HAFSAH

Hafsah sedih melihat mama, Bang...

Kasihan mama. Kenapa ya mama kita jadi seperti itu?

(sedih)

JIWA

Sudahlah... kita bersabar aja. Mungkin ini cobaan dari Allah, Hafsa...

HAFSA

Sampai kapan mama kayak gini, Bang?

Hafsa kasihan melihat mama.

Jiwa terdiam sejenak dan berusaha memberi jawaban ke Hafsa.

JIWA

 Hafsa… semuanya kita serahkan saja sama Allah.

Semua itu datangnya dari Allah. Yuk kita masuk. Udah sore.

Hafsa mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Mereka masuk ke dalam rumah.

CUT TO

30.  INT. TERAS DEPAN – RUMAH JIWA – MALAM

PEMAIN: SAHAT, JIWA

Sahat duduk di teras sambil membaca majalah. Jiwa keluar dari pintu dan duduk di samping Sahat. Mereka kemudian bercengkrama. Jiwa menanyakan tentang penyakit mama yang tdak kunjung sembuh.

JIWA

Pa, sebenarnya penyakit mama itu apa?

Kasihan mama, Pa. Sebaiknya kita bawa mama berobat ke alternatif.

SAHAT

(Diam sejenak lalu menatap Jiwa dengan lekat)

Papa juga tidak sampai hati melihat mamamu begitu, Ji.

Ini menyangkut masa lalu.

JIWA

Masa lalu? Masa lalu apa, Pa?

Sahat meletakkan majalahnya di atas meja.

SAHAT

Dulu ada seorang laki-laki yang sangat mencintai mamamu. Tapi mama mu tidak mencintainya.

Laki-laki itu pun kecewa dan menguna-gunai papa.

Tapi guna-guna itu tidak bisa tembus ke tubuh papa dan mengenai mama mu.

JIWA

Santet? Siapa yang menyantet mama, Pa?

SAHAT

Sudahlah... semua sudah berlalu. Papa sudah berusaha menyembuhkan mama kamu. Tapi tidak ada hasilnya.

JIWA

Dan papa putus asa? Kasihan mama, Pa.

Jiwa kana cari orang yang sudah menyakiti mama.

(tampak emosi)

PAPA

Kamu jangan gegabah. Papa hanya ingin mama kamu sembuh, itu aja.

JIWA

Pa... Jiwa kasihan melihat mama begitu.

Mama sangat lelah, Pa.

Jiwa tidak akan membiarkan orang itu, Pa.

Jiwa akan cari dia.

Jiwa bangkit dari tempat duduknya dan masuk ke dalam rumah.

CUT TO

31.  INT. KAMAR CASILDA – MALAM

PEMAIN: CASILDA (18)

Casilda melamun di kamarnya. Ia terbayang dengan wajah Jiwa. Ia jatuh hati pada Jiwa.

CASILDA

Hmmm... kamu memang beda dari cowok lain, Ji...

Saat memandangmu.... Saat dekat denganmu...

Aku terasa nyaman...

Casilda terus melamun.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar