TANGAN TERAKHIR
8. 8, CASILDA PERGI, scene 62-67

 62.    INT. RUANG TAMU – MALAM

PEMAIN: JIWA, GUNAR

 

Gunar duduk di ruang tamu sambil menunggu Jiwa. Jiwa membuka pintu dan mengucap salam. Ia terkejut melihat Gunar di ruang tamu.

 

JIWA

Assalamualaikum

 

GUNAR

Waalaikumsalam...

 

JIWA

Bang...?

 

GUNAR

Ya... Abang mau minta maaf sama kamu, Ji...

Abang selama ini sibuk tidak menentu

hingga menelantarkan Mama.

JIWA

Sudahlah, Bang... Nggak apa-apa.

Jiwa bisa menjaga mama. Jiwa ikhlas menjaga mama.

 

GUNAR

Ji... kalau kamu butuh bantuan abang, bilang aja.

Abang yakin kamu butuh dana untuk kuliahmu.

 

JIWA

Sudahlah, Bang... Jiwa masih bisa menghidupi Jiwa sendiri. Abang nggak perlu lah repot-repot. Jiwa sudah gak kuliah.

 

GUNAR

Jii...

 

JIWA

Jiwa mau ke kamar, bang. Jiwa mau istirahat.

 

Jiwa berlalu meninggalkan Gunar di ruang tamu.

 

FADE OUT

 

63.    INT. RUANG TAMU – RUMAH CASILDA – PAGI

PEMAIN: CASILDA, PAPA, MAMA

 

Casilda keluar dengan tampilan yang berbeda. Ia mengenakan baju ikhrom dan mengenakan hijab. Mama keheranan, namun mama terlihat senang.

 

 

 

MAMA

Casilda… Kamu cantik sekali, Sayang…

Kamu udah mantap di hati? Lahir dan batin?

 

Casilda mengangguk dan mengulas senyum tipis.

 

CASILDA

Casilda sudah berniat mengenakan hijab ini, Ma….

Mungkin Casilda salah selama ini mengenai hijab.

Jika tubuh kita ditutupi, orang tidak akan semena-mena dengan kita, Ma.

 

MAMA

Sayang… mama senang sekali kalau memang itu dari hatimu yang paling dalam. Jam berapa pesawatmu berangkat?

 

CASILDA

Agak siangan, Ma. Casilda ingin menemui teman dulu

 

MAMA

Baiklah…. Kamu hati-hati ya.

 

Casilda mengangguk lalu keluar dari rumah.

 

CUT TO

 

67.    EXT/INT. TERAS RUMAH JIWA – PAGI

PEMAIN: CASILDA, SAHAT

 

Casilda ke rumah Jiwa. Ia ingin menyampaikan kata-kata perpisahan. Ia mengucapkan salam dan disambut Sahat yang kebetulan ada di teras.

 

CASILDA

Assalamualaikum, om...

 

SAHAT

Waalaikumsalam....

Mau cari siapa ya?

 

CASILDA

Jiwa ada, Om?

 

SAHAT

Ada. Sebentar om panggilkan ya.

 

Sahat beranjak dari duduknya dan masuk ke rumah.

 

CUT TO.

 

65.    INT. DEPAN KAMAR JIWA - RUMAH JIWA – PAGI

PEMAIN: SAHAT, JIWA

Sahat mengetuk pintu kamar Jiwa dan memanggil Jiwa.

 

SAHAT

Ji... Jiwa....

(sambil mengetuk pintu)

 

Tak berapa lama pintu dibuka. Jiwa menatap Sahat sambil mengucek matanya.

 

JIWA

Ada apa, Pa?

 

SAHAT

Ada yang mencarimu…

Dia cantik

(sambil berbisik)

 

Jiwa terkejut.

 

JIWA

Cantik? Siapa, Pa…

(penasaran)

 

SAHAT

Sudah temuin aja. Kasihan dia nunggu kamu.

 

Jiwa pun keluar dari kamarnya.

 

CUT TO

 

66.    EXT/INT. TERAS RUMAH JIWA – PAGI

PEMAIN: CASILDA, JIWA

 

Casilda masih duduk di kursi teras. Jiwa mengintai dari kaca jendela dan bertanya-tanya. Siapa gadis itu? Kemudian ia keluar. Begitu Jiwa keluar langsung disambut salam dengan Casilda.

 

CASILDA

Assalamualaikum Ji….

(ramah)

 

Jiwa terpaku beberapa detik. Ia menatap Casilda yang begitu berubah mengenakan hijab.

 

JIWA

Casilda…

(gugup) Waalaikumsalam...

 

INTER CUT

Sahat mengintai dari cela kaca jendela. Kemudian tersenyum sendiri. Lalu pergi. Back to Teras rumah.

 

CASILDA

Ji… aku ingin minta maaf karena mengganggumu…

Lupakan kata-kataku waktu itu.

Aku ingin melanjutkan kuliahku di Singapura.

Dan mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi.

Aku berharap kamu mendapatkan pendamping sesuai di hatimu.

Walau selama ini aku memendam rindu padamu.

Maafkan aku, Ji. Mungkin aku tidak pantas memiliki cintamu. Aku permisi.

 

Jiwa terdiam dan terpaku. Casilda beranjak dari tempat duduknya dan pergi begitu saja. Jiwa seperti seorang yang dihipnotis tidak bisa berkata-kata.

 

JIWA

Casildaa….

(bergumam pelan)

 

CUT TO

   

67.    EXT. JALANAN MENUJU BANDARA – SIANG

PEMAIN: CASILDA

 

MONTAGE :

·        Casilda di jalan dengan taxi

·        Bandara

·        Jiwa duduk terpaku

 

DISSOLVE

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar