TANGAN TERAKHIR
7. 7, HADIAH DARI JIWA, scene 54-61

 

54.    INT. RUANG MAKAN – RUMAH CASILDA - PAGI

PEMAIN: CASILDA, PAPA, MAMA

 

Establish rumah Casilda. Terlihat mewah. Di ruang makan Casilda melamun di kursinya. Papa dan mama jadi bingung dan pandang-pndangan. Mama menyikut lengan papa sambil matanya mengarah ke Casilda.

 

 

MAMA CASILDA

Casilda… Kamu kenapa, Nak? Kok melamun aja?

(sambil menyendok sayur ke piring)

 

Casilda tercekat ketika mama menegurnya.

 

CASILDA

Hmmm… Nggak apa-apa, Ma.

Casilda pindah kuliah aja ya, Ma.. Pa…

 

Papa dan mama terkejut dan saling pandang.

 

PAPA

Loh… memangnya kenapa di kampusmu?

 

 

 

CASILDA

Nggak apa-apa. Casilda ingin kuliah di kampus yang lebih baik aja, Pa… Casilda ingin merubah suasana.

 

Papa melirik ke mama.

 

MAMA

Sayang... cerita dong ke mama kalau kamu ada apa-apa.

Jangan dipendam.

 

CASILDA

Casilda nggak apa-apa, Ma.

Beneran, suer deh.

 

PAPA

Ya udah, besok urus semua perlengkapanmu dan paspormu.

Papa akan hubungi om kamu di Singapura.

 

CASILDA

Iya, Pa…

 

Casilda mengurak-arik nasi goreng di piringnya tidak semangat.

 

CUT TO

 

55.    INT. KAMAR MARTINI – PAGI  

PEMAIN: JIWA, SAHAT

 

Sahat sibuk membersihkan kamar. Banyak noda merah yang menempel di beberapa sprey. Jiwa melihat Martini memakai daster berdiri di sudut jendela. Dasternya bernoda merah. Martini mens.

 

JIWA

Astagfirullah... Ma... Kenapa mama jadi kayak gini?

(matanya berkaca-kaca)

 

Jiwa ikut membersihkan noda-noda merah itu. Beberapa shoot.

 

CUT TO

 

56.    INT. KAMAR CASILDA - SIANG

PEMAIN: CASILDA

 

Casilda membuka bungkusan pemberian Jiwa. Ia melihat sebuah baju lengkap dengan hijabnya. Kemudian ia terpaku lama.

 

CUT TO

 

57.    INT. KANTOR GUNAR – SIANG

PEMAIN: GUNAR

 

Ruang kantor yang cukup besar. Ada perabotan yang cukup mewah. Layar komputer yang besar dan di atas meja ada nama GUNAR MANAGER. GUNAR sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Lalu ia terduduk dan tampak jenuh. Ia terpaku sejenak, lalu beranjak dari kursinya.

 

CUT TO

 

58.    INT. MESJID – SIANG

PEMAIN: GUNAR

 

GUNAR melaksanakan sholat untuk menenangkan pikirannya. Setelah sholat, ia duduk di teras mesjid dan terpaku.

 

CUT TO

 

59.    INT. TERAS MESJID – SIANG

PEMAIN: GUNAR, DEDY

 

Dedy menghampiri Gunar dan menepuk pundaknya.

 

DEDY

Kamu kenapa, Gun? Suntuk aja bawaannya?

Kamu ada masalah?

 

GUNAR

Entahlah, Ded... Pikiranku nggak tenang. Kerjaan selalu menumpuk. Pikiranku kacau sekali

 

DEDY

Sebaiknya kamu refresing aja. Tenangkan pikiranmu.

Apalagi yang kamu pikirin? Jabatanmu sudah enak.

Kamu tinggal atur anak buahmu untuk menyelesaikan pekerjaanmu.

 

GUNAR

Aku mau refresing kemana?

 

DEDY

Ya kemana aja. Banyak tempat yang harus kamu nikmati. Hidup ini tidak melulu untuk kerja.

Kapan-kapan kita ngobrol di cafe aja.

Biar enak.

 

Dedy beranjak dari duduknya dan pergi. Gunar duduk sendiri, kemudian ia pun bernjak dan meninggalkan mesjid.

 

CUT TO

         

60.    EXT. JALANAN – MALAM

PEMAIN: GUNAR

 

Mobil Gunar melaju di jalan hitam. Ia mendengar sebuah lagu dari radio mobilnya. Lagu TANGAN TERAKHIR by MAIDANY. Gunar menerawang jauh terbayang dengan kesibukkannya.

 

MONTAGE : Kesibukkan Gunar. Kesombongannya kepada bawahan. Ia mengingat mama. Shoot Martini.

 

Tak sengaja matanya berkaca-kaca.

 

CUT TO

 

61.    INT. KAMAR MARTINI – MALAM

PEMAIN: MARTINI, GUNAR

 

Martini duduk sambil menerawang. Ia diam saja ketika Gunar datang dan bersimpuh di kakinya.

 

GUNAR

Maafkan Gunar, Maa...

Gunar sudah menyia-nyiakan mama....

Maafkan Gunar....

(suara berat dan menangis)

 

Tangan Martini perlahan mengelus kepala Gunar. Matanya berkaca-kaca namun bibirnya tidak berkata apa-apa.

 

CUT TO

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar