TANGAN TERAKHIR
5. 5, MAMA KABUR LAGI, scene 32-45

32.    INT. RUMAH HENNY – RUANG TAMU - SORE

PEMAIN: HENNY, TEGUH

Terlihat Henny merapikan tasnya, lalu pamit ke suaminya ke rumah orantuanya. 

HENNY

Bang, aku ke rumah mama dulu ya.

TEGUH

Kamu nggak bawa anak-anak?

HENNY

Nggak usah, Bang. Aku sebentar aja kok

TEGUH

Ya udah, hati-hati di jalan.

Henny menggangguk lalu keluar dari rumah.

CUT TO

33.    INT. DAPUR-RUMAH JIWA – SORE

PEMAIN: JIWA, HAFSA

Jiwa lagi sibuk menggiling bumbu, tiba tiba saja ada yang menggetoknya pakai sendok sayur. Ternyata Martini. Jiwa kesakitan sementara Martini cekikian dan keluar dari dapur.

CUT TO

34.    EXT. DEPAN GERBANG – SORE

PEMAIN: HENNY

Henny tiba di rumah Jiwa.

CUT TO

35.    INT. DAPUR-RUMAH JIWA – SORE

PEMAIN: JIWA, HAFSA, HENNY

Henny langsung masuk ke dapur dan menyapa Jiwa.

HENNY

Assalamualaikum…

Kamu lagi masak apa, Ji?

JIWA

Waalaikumsalam. Eh, kak Henny.

Nih lagi masak sambal terasi.

HENNY

Kakak bantu ya.

Jiwa mengangguk. Henny segera mengambil sayuran dan memotong-motongnya.

HENNY

Bagaimana mama, Ji?

JIWA

Ya gitulah, Kak. Tadi mama lari lagi dari rumah.

Untung Hafsa melihatnya.

HENNY

Lari dari rumah?

Kasihan mama kita Ji. Apa nggak sebaiknya mama dirawat di rumah sakit aja, biar lebih terawasi?

Kakak khawatir dengan keadaan mama.

JIWA

Maksud Kakak? Mama dikirim ke rumah sakit jiwa?

Kasihan mama, Kak. Mama sudah terlalu lama menderita. Jangan kita tambahi lagi penderitaanya.

HENNY

Maksud kakak bukan begitu. Kalau mama dirawat di rumah sakit jiwa kan lebih terkontrol. Mama bisa lebih tenang.

Kakak khawatir apa yang dilakukan mama bisa lebih buruk lagi. Kamu juga bisa lebih tenang, Ji.

JIWA

Sudahlah, Kak. Biar mama di rumah saja.

Jiwa yang tanggung jawab.

Henny menarik nafas dengan berat, lalu memasukkan sayuran ke dalam kuali.

CUT TO

36.    INT. RUMAH JIWA – RUANG TAMU - MALAM

PEMAIN: SAHAT, HENNY

Sahat masih asyik menonton tivi ketika Henny datang dan duduk di kursi. Ia ingin bicara ke papanya kalau mama sebaiknya di rumah sakit.

HENNY

Pa... Apa tidak sebaiknya mama kita kirim ke rumah sakit jiwa aja? Henny khawatir, Pa dengan keadaan mama.

SAHAT

Hen... Kasihan mama mu kalau di rumah sakit jiwa.

Papa gak tega.

HENNY

Tapi mama lebih tenang disana, Pa.

SAHAT

Sudahlah kamu nggak usah mengurusi mama mu.

Fokus aja sama keluargamu dan anak-anakmu.

Soal mama mu biar papa yang urus.

Sahat mematikan tv nya dan beranjak dari tempat duduk. Henny menghela berat.

CUT TO

37.    INT. KAMAR MARTINI - RUMAH JIWA – MALAM

PEMAIN: JIWA, MARTINI

Jiwa masuk ke kamar Martini, kemudian ia menyelimuti Martini sambil memperhatikannya dengan lekat.

FADE OUT

38.    EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: CASILDA, SHARLA

Casilda dan Sharla terlihat di areal kampus sambil bercengkrama. Casilda masih memikirkan Jiwa

SHARLA

Kamu masih memikirkan cowok itu?

Casilda… please…. Jangan seperti orang begok gitu.

Kamu senyum-senyum sendiri dan menyueki aku.

CASILDA

Ayolah, Sharla… Bantu aku mengungkapkan perasaanku.

Aku sangat mencintainya.

SHARLA

Aku nggak mau membantumu, Casilda. Kamu pasti akan melupakanku dan kamu bersenang-senang dengan cowok itu

CASILDA

Aku tidak akan melupakanmu Sharla. Kamu itu sahabat baikku dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

SHARLA

Masa bodoh ah

Sharla berlalu meninggalkan Casilda.

CUT TO

39.    EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: JIWA, PINBO

Terlihat Jiwa dan Pinbo memasuki areal kampus.

CUT TO

40.    EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: SIJIWA, CASILDA, PINBO, SHARLA

Casilda melihat Jiwa masuk ke areal kampus.

CASILDA

Sharla…. Itu cowok yang aku ceritain.

SHARLA

Mana?

Casilda memberi isyarat dengan ekspresi wajahnya. Casilda pun segera menghampiri Jiwa.

INTER CUT

CASILDA

Jiwa… Tunggu…!

Jiwa menghentikan langkahnya ketika melihat Casilda mengejarnya.

CASILDA

Ji… Kamu mau kemana?

JIWA

Aku ada perlu dengan Raka

CASILDA

Aku temeni ya

JIWA

Nggak usah, Casilda.

Biar aku aja sama Pinbo

Pinbo manggut-manggut sambil cengengesan.

CASILDA

Ji… sejak kita tamat sekolah kamu berubah. Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kamu ada masalah?

JIWA

Enggak. Nggak ada apa-apa kok. Biasa aja. Mungkin itu hanya perasaanmu saja, Casilda. Aku pergi dulu.

Jiwa lagi-lagi meninggalkan Casilda dan membuat gadis itu semakin galau. Sharla menghampiri Casilda.

SHARLA

Jadi itu cowok yang kamu idam-idamkan itu?

Oh, Casildaaaa…. Bangun segera.

Dia aja cuek sama kamu.

CASILDA

Uhg… kamu nggak tau bagaimana rasanya jatuh cinta, Sharla. Aku naksir dia sejak kami sama-sama di SMU.

Aku ingin dia juga mencitaiku.

SHARLA

Huh, jangan mimpi!

Sharla melangkahkan kakinya meninggalkan Casilda.

CUT TO

41.  EXT. AREAL KAMPUS – PAGI

PEMAIN: SIJIWA, PINBO

Pinbo lagi-lagi seperti cacing kepanasan. Ia heran mengapa Jiwa selalu menjauhi Casilda.

PINBO

Kau kenapanya Ji. Kasihan gadis itu kau cuekin aja.

JIWA

Memangnya kenapa?

PINBO

Apa kau nggak suka sama gadis itu? Sebaik kau katakan aja, Ji. Sepertinya dia berharap samamu

JIWA

Udahlah… Nggak usah kau pikirkan gadis itu.

Dia itu nggak selevel denganku, Bo.

Pinbo geleng-geleng kepala sambil berlari kecil mengikuti langkah Jiwa.

CUT TO

42.  INT. RUMAH JIWA – SIANG

PEMAIN: MARTINI

Martini bangun dan beranjak dari tempat tidur menuju pintu. Pintu kamar dikunci dan ia berusaha membuka pintu kamar.

MARTINI

Buka pintunyaaa….

Bukaaaaa…

Ade dan Hafsah yang mendengar teriakkan Martini terkejut dan ketakutan.

ADE

Gimana nih kak? Ade takut.

Kita keluar aja yuk.

HAFSA

Yuk…

Hafsa dan Ade buru-buru keluar dan menumpang di rumah tetangga.

Pintu kamar Martini pun terbuka setelah dirusak. Ia lari lagi dari rumah.

CUT TO

43.  INT. RUMAH JIWA – SORE KE MALAM

PEMAIN: JIWA, SAHAT, HAFSA, ADE

Jiwa bingung melihat Papa dan adiknya duduk di ruang tamu sambil terdiam. Wajah papa tampak nelangsa.

JIWA

Assalamualaikum…. Papa? Ada apa?

ADE

Mama kabur lagi, Bang…

JIWA

Kabur lagi? Kemana?

SAHAT

Sebaiknya segera kau cari mama mu, Ji…

JIWA

Iya, Pa…

Jiwa buru-buru keluar dan menyalakan sepeda motornya.

CUT TO

44.  EXT. JALANAN – MALAM

PEMAIN: JIWA

Jiwa mencari di sepanjang jalan. Beberapa shoot di jalanan. Akhirnya Jiwa menemukan Martini di jalanan. Martini diganggu beberapa laki-laki di sana. Jiwa segera turun dari motornya.

JIWA

Heiii... jangan ganggu ibuku!

Beberapa laki-laki itu menoleh ke Jiwa. Satu dari mereka berkacak pinggang.

LAKI-LAKI 1

Jadi orang gila ini ibumu?

Hahaha....

(sambil mencengkram dagu Martini)

Bawa dia ke gudang. Aku ingin menikmati tubuhnya.

Jiwa terlihat marah. Ia berlari dan menendang laki-laki itu. Laki-laki itu tersungkur. Kemudian tiga temannya mengeroyok Jiwa. Terjadi perkelahian. Jiwa menghajar dengan tangan kosong. Akhirnya mereka tersungkur dan babak belur. Mereka lari meninggalkan Martini. Jiwa menghampiri Maritini yang sudah acak-acakkan. Jiwa merengkuh tubuh Marini.

JIWA

Kita pulang ya, Ma.

Martini menangis dan memeluk Jiwa.

CUT TO

45.  INT. RUMAH JIWA– KAMAR MARTINI – MALAM

PEMAIN: MARTINI, JIWA, SAHAT

Jiwa memapah Martini masuk ke dalam kamarnya. Kemudian membaringkannya di tempat tidur. Setelah itu Jiwa keluar.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar