TANGAN TERAKHIR
6. 6, JIWA MENOLAK CINTA CASILDA, SC 46-53

 

46.    INT. RUMAH JIWA– KAMAR MARTINI –PAGI 

PEMAIN: MARTINI, JIWA, SAHAT

 

Martini tampak semakin depresi. Ia memegang pisau sambil menceracau. Papa menyelamatkan pisau di tangan Martini.

 

SAHAT

Ma, berikan pisaunya… Ingat anak-anak kita, Maa..

 

MARTINI

Mama sudah nggak kuat, Pa… Mama nggak kuat…

(sambil menangis)

Mama ingin mati aja pa…

 

SAHAT

Istiqfar, Maa…. Istiqfar….

Mama harus sabar…. Kita akan terus mencari obat untuk mama biar mama sembuh…

 

INTER CUT

Jiwa datang ke kamar Martini setelah mendengar jeritannya. Martini terus meronta-ronta dan menangis. Jiwa juga berusaha membujuk Martini.

  

JIWA

Maa… jangan lakukan itu. Ini Jiwa, Maa…

Jiwa akan bantu mama. Jiwa akan merawat mama…

Tidak ada lagi yang akan meninggalkan mama…

(suara parau dan sedih)

 

Martini akhrinya luluh dan melepaskan pisaunya, kemudian menangis sambil terduduk. Tak lama berselang itu Martini tertawa-terbaha-baha.

 

MARTINI

Kalian bodoh..! Mau saja aku bohongi.

Kalian pikir aku mau mati?

Weekkk… Hahahahaha

 

Papa dan Jiwa saling pandang dengan wajah cemas. Papa mengeleng-gelengkan kepalanya. Martini kembali tertawa tawa.

 

CUT TO

 

47.    INT. RUMAH JIWA– RUANG TAMU – SIANG  

PEMAIN: JIWA, GUNAR

 

Jiwa menelpon abangnya, Gunar. Gunar yang bekerja di sebuah perusahaan tidak ambil pusing.

 

JIWA

Bang… Mama kambuh lagi.

 

FARALEL CUT

GUNAR. O.S

Mama memang selalu kambuh, Ji… Mama memang menyusahkan. Abang masih banyak kerjaan. Sebaiknya kamu tangani aja dulu. Besok abang ke rumah papa.

 

Klik. Gunar menutup ponselnya. Jiwa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

 

CUT TO

 

48.    INT. RUMAH GUNAR – SORE  

PEMAIN: GUNAR, MELLY

 

Gunar baru saja pulang dari kantor. Ia disambut sang istri, Melly.

 

MELLY

Ada apa bang?

 

GUNAR

Mama kambuh lagi. Mama memang selalu begitu. Nggak pernah bisa diajak senang sedikit. Sembuh seminggu kambuhnya beminggu-minggu

 

MELLY

Sudahlah, Bang… Kasihan mama. Papa sudah berjuang membawa mama berobat kemana-mana. Tapi mama tetap saja begitu. Kalau ada waktu luang, sempatkan menjenguk mama, Bang

 

GUNAR

Aku sibuk, Mell… Kamu lihat saja. Aku kerja pagi pulang malam. Aku capek dan butuh istirahat. Otakku juga bisa pecah kalau semua masalah aku pikul.

 

MELLY

Ya udah kalau begitu, biar Melly aja yang jenguk mama, bang. Abang istirahatlah. 

 

GUNAR

Iya. Abang mandi dulu

 

Melly mengangguk dan tersenyum. Gunar ke kamar mandi.

 

FADE OUT

   

49.    EXT. PERSIMPANGAN JALANAN – PAGI 

PEMAIN: JIWA, CASILDA

 

Di persimpangan jalan Casilda memberhentikan mobilnya, ia melihat Jiwa dan segera keluar dari mobil. Casilda memanggil Jiwa sebelum berlalu.

 

CASILDA

Jiwa…

 

Jiwa menoleh dan menatap Casilda dengan lekat.

 

JIWA

Ada apa, Casilda?

 

CASILDA

Hmmm…

(gugup)

Jiii… Aku… aku…. Mau bicara sama kamu.

Nanti temui aku cafe depan kampus

 

Casilda melajukan kembali mobilnya. Sedangkan Jiwa bertanya-tanya heran.

 

CUT TO

 

50.    INT/EXT. CAFE – PAGI 

PEMAIN: JIWA, CASILDA

 

Casilda memberanikan diri ngomong ke Jiwa. Ia sangat mengagumi Jiwa. Di cafe mereka duduk berhadapan. Sesaat sausana hening.

 

JIWA

Apa yang ingin kamu bicarakan?

 

Jiwa bertanya sambil memainkan sedotan di gelasnya.

 

CASILDA

Mmmm... sebenarnya...

(hening sejenak)

Aku suka kamu, Ji. Maaf jika aku lancang.

 

Jiwa terdiam mendengar penuturan Casilda, lalu berujar.

 

JIWA

Maafkan aku, Casilda.

(menunduk sejenak, lalu mendongak)

Aku nggak bisa menerima ucapanmu.

 

CASILDA

Maksud kamu?

 

JIWA

Mmm…

(terdiam lama)

 

CASILDA

Kamu egois, Jiwa! Aku sudah lama sekali memendam rasa ini di hatiku? Kamu menolak cintaku begitu saja? Di mana perasaanmu, Ji?! Aku sangat sakit hati mendengar jawabanmu. Kamu membuat harga diriku diinjak-injak sama cowok sepertimu!

(sedikit emosi dan kecewa)

 

Jiwa terdiam dan menunduk. Lalu mendongak menatap Casilda.

 

JIWA

Maafkan aku Casilda. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Mungkin kamu tidak akan pernah menerima cowok sepertiku, Casilda. Aku memikirkan bagaimana dirimu saat bersamaku.

  

CASILDA

Apa masalahmu? Kamu memang egois, nggak punya hati! Dan..!

(geram)

 

JIWA

Aku anak orang gila. Ibuku sakit jiwa. Dia gila ketika aku masih kecil. Apa kamu mau pacaran dengan cowok dari anak orang gila?

 

CASILDA

Aku tidak pernah membandingkan kamu anak siapa.

Aku mencintaimu.

(suara parau)

 

JIWA

Maafkan aku, Casilda

 

CASILDA terdiam lama. Kemudian ia memalingkan wajahnya dan pergi meninggalkan Jiwa. Jiwa memperhatikan CASILDA yang menjauh, namun ia tetap tegar.

 

CUT TO

 

51.    INT. RUANG TAMU – SIANG

PEMAIN: MARTINI, JIWA

 

Jiwa memarkirkan motornya lalu masuk ke rumah. Ia melihat Martini duduk terpaku di ruang tamu. Jiwa menghampiri Martini.

 

JIWA

Maa....

 

Martini menoleh menatap Jiwa.

 

MARTINI

Kamu nggak ke kampus?

 

JIWA

Jiwa udah selesai kuliahnya, Ma...

 

MARTINI

Trus? Kamu udah kerja?

 

Jiwa menggelengkan kepalanya.

 

JIWA

Kerja Jiwa ngurusin mama aja

 

MARTINI

Untuk apa kamu ngurusin mama? Mamak baik-baik aja kok.

Udahlah, kamu kerja sana.

 

JIWA

(tersenyum tipis)

Jiwa buatin teh manis ya, Ma...

 

MARTINI

Iya...

 

Jiwa beranjak ke dapur.

 

CUT TO

  

52.    INT. KAMAR CASILDA – SORE

PEMAIN: CASILDA

 

Casilda menangis sesenggukan di kamarnya.

 

CUT TO

 

53.    INT. KAMAR JIWA – MALAM

PEMAIN: JIWA

 

Jiwa terpaku di kamarnya. Galau.

 

DISSOLVE

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar