SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
19. Part 19

ESTABLISH RUMAH HANIN PAGI

114. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) – PAGI

Terlihat Citra dan Deva sedang membicarakan sesuatu yang serius di depan pintu kamar Hanin.

DEVA

Kamu gila ya Cit!! Oke, aku masih bisa ngasih sedikit kepedulian dan perhatian aku. Tapi untuk ngasih seutuhnya, itu nggak mungkin Cit!!

CITRA

Hanin lebih berhak dari aku. Hanin butuh kamu!! Cuma kamu yang bisa buat dia bahagia.

DEVA

Tapi aku nggak bisa Cit.

CITRA

Aku mohon Dev! Tolong lepasin aku!!

Deva kaget, tidak bisa berkata apa-apa. Hanya air matanya yang menetes.

CITRA

Aku yakin kamu bisa ngelakuin ini Dev. Aku nggak mau Hanin sakit hati.

DEVA

5 tahun Cit!! 5 tahun!!!

CITRA

Aku mohon Dev.

Deva diam membisu sambil menatap wajah Citra.

Prankkkk. Suara benda jatuh yang berasal dari dalam kamar Hanin. Citra dan Deva bergegas masuk ke kamar.

Betapa kagetnya saat mereka melihat Hanin terjatuh di lantai, tepat di samping tempat tidurnya dengan darah yang bercecer, tiang infusan yang tergeletak di lantai, dan Hanin yang meringis kesakitan.

CITRA/DEVA

Hanin!!

Citra dan Deva menghampiri. Mereka panik. Apalagi tiba-tiba Hanin sulit bernafas. Deva langsung membawa Hanin ke atas tempat tidur, sementara Citra langsung mencari bantuan.

Tidak lama Citra kembali bersama Bunda, Sandra, Hans, juga Dewi. Bunda sedih melihat Hanin sulit bernafas, sampai kejang-kejang. Saat Dewi sedang memeriksa keadaan Hanin, tiba-tiba Hans menyadari kalau nafas adiknya mendadak berhenti.

HANS

De!! (ke Dewi) Tante!!

Secara reflexs Dewi langsung memegang nadi Hanin. Sementara Bunda, tangisnya semakin jelas terdengar.

BUNDA

Sayang jangan tinggalin Bunda!! Jangan tinggalin Bunda!!

Bunda histeris. Sandra yang saat itu mendampingi Bunda cukup kewalahan menenangkan Bunda.

Merasakan nadi Hanin masih berdenyut, Dewi langsung menyuruh Hans menyiapkan alat-alat medis untuk melakukan pertolongan. Dewi menyuruh Sandra membawa Bunda keluar kamar. Agar mereka bisa fokus melakukan tindakan medis untuk menolong Hanin. Namun, Bunda tidak ingin meninggalkan Hanin. Dengan bantuan Deva dan Citra, Bunda mau keluar meski dengan berat hati.

CUT TO:

115. EXT.JALANAN DEPAN RUMAH HANIN - SIANG

Citra berjalan cepat keluar dari rumah Hanin. Sepuluh langkah di belakang Citra, Deva terus mengikuti sambil memanggil Citra.

DEVA

Cit, aku mohon berhenti Cit! Citra!!!

Tapi Citra terus melangkah. Sampe Citra tiba di pinggir jalan dan memberhentikan taksi yang kebetulan lewat.

Deva mempercepat langkah dan langsung menarik tangan Citra yang akan membuka pintu taksi.

DEVA

Maaf Pak, nggak jadi.

Taksi pergi. Citra semakin marah pada Deva.

CITRA

Kamu apa-apaan sih Dev?!

Dengan kesal Citra melepaskan tangannya dari genggaman Deva.

DEVA

Kamu yang apa-apaan?! Pliiss jangan egois kaya gini Cit!! Aku nggak mau kamu bersikap kaya gini terus sama aku.

CITRA

Kamu nggak mau aku kaya gini?! Makanya ngertiin perasaan aku Deva!!!

Deva balik kesal.

DEVA

Ngertiin kamu? Kamu minta aku untuk ngertiin kamu?! Sekarang aku tanya, pernah nggak kamu ngertiin perasaan aku?!

Citra diam, melihat kemarahan yang memuncak pada diri Deva.

DEVA

Ini hati Cit, ini hati!!

Deva meletakkan tangan tepat di dada sebelah kiri.

DEVA

Kamu pikir perasaan ini bisa aku kendaliin? Terus dengan kamu minta, aku bakal gitu aja cinta sama Hanin?! Nggak akan Cit, nggak akan semudah itu. Bertahun-tahun kita lewatin hari sama-sama. Apa yang kamu minta selalu aku turutin. Bahkan untuk melakukan hal bodoh seperti sekarang ini pun aku turutin. Kamu tau kenapa?! Karena aku sayang banget sama kamu.

Citra semakin tidak menentu.

CITRA

Dev-

Deva terus bicara, tak memberi Citra kesempatan untuk bicara.

DEVA

Kamu pernah mikir nggak, apa yang aku rasain saat ini? Aku ngerasa jadi cowok bodoh, cowok brengsek, cowok nggak punya otak yang udah ngebiarin orang yang dicintai tersakiti dengan sengaja. Kamu nggak pernah kan mikir ke situ?!

Deva semakin marah. Dan Citra hanya diam.

DEVA

Terus kamu kira dengan cara aku ninggalin kamu, Hanin akan bahagia? Aku rasa enggak. Nggak akan pernah ada kebahagiaan di antara kita bertiga, jika kita melakukan hal itu. Nggak akan pernah ada Cit!!

Citra meneteskan air mata tanpa menjawab apa-apa. Citra malah pergi meniggalkan Deva dengan kembali memberhentikan taksi.

Kali ini Deva diam dan membiarkan Citra pergi meninggalkannya.

DEVA

Aaaaarghhhh..

Deva kesal sambil menendang kosong.

CUT TO:

ESTABLISH PAGI

116. INT.APARTEMEN CITRA–LUAR/DALAM APARTEMEN - PAGI

TING-TONG!!! Bel apartemen berbunyi. Tampak Citra berjalan lalu membuka pintu.

DEVA

Hai Cit.

Citra kesal saat tahu Deva yang datang, Citra kembali menutup bahkan mengunci pintu dan pergi meninggalkan Deva yang terus mengentuk-ngetuk sambil memanggil Citra.

DEVA (O.S)

Cit, buka Cit! Citra aku mohon.

Sementara Citra berpapasan dengan Ririn yang baru keluar dari kamar mandi.

RIRIN

Siapa Cit?

CITRA

Orang salah kamar.

Citra terus melangkah menuju kamar. Ririn hanya mengerutkan alisnya.

RIRIN

Ada yah orang nyasar di apartemen pagi-pagi gini.

Ririn berjalan menghampiri Friska yang sedang sarapan.

CUT TO:

117. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) – PAGI

Bunda duduk di samping Hanin sambil memandang sendu Hanin yang bagai mayat hidup(koma), dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya.

Hans dan Sandra masuk menghampiri Bunda.

SANDRA

Bun, gantian yuk! Biar Sandra yang nemenin Hanin..

Bunda menggeleng sambil terus menatap dan mengelus wajah pucat Hanin.

HANS

Bunda istirahat dulu! Dari kemarin Bunda nggak tidur. Nggak makan juga. Nanti kalo Bunda sakit gimana?

BUNDA

Bunda akan tetap di sini. Nanti Hanin sedih, kalo Bunda nggak ada di sampingnya pas bangun nanti.

SANDRA

Tapi Bunda makan ya! Sandra bawain!

Bunda hanya diam. Tapi Hans memberi isyarat pada Sandra agar mengambil makanan untuk Bunda. Sandra pun mengangguk dan pergi keluar kamar.

CUT TO:

118. INT.DEPAN PINTU APARTEMEN CITRA - PAGI

Pintu apartemen Citra terbuka, Friska dan Ririn keluar. Betapa kagetnya mereka saat melihat Deva yang berdiri tepat di samping pintu.

FRISKA

Deva, ngapain di situ?! Kok nggak mencet bel sih?!

DEVA

Udah Fris, tapi Citra nggak ngebolehin aku masuk.

RIRIN

Ohh, jadi yang Citra maksud orang salah kamar itu kamu Dev?

Deva hanya diam, ia mengerti kenapa Citra bicara seperti itu kepada Ririn. Suasana menjadi tidak enak.

FRISKA

Maafin kita ya Dev, kita nggak bisa bantu kamu dalam masalah ini.

DEVA

Iya nggak apa-apa kok.

RIRIN

Ya udah kalau gitu, kita lagi buru-buru nih. Sorry ya kita tinggal duluan.

Deva tersenyum. Friska dan Ririn pergi meninggalkan Deva yang masih akan stay di samping pintu apartemen Citra.

CUT TO:

ESTABLISH JALANAN KOTA JAKARTA

119. INT.APARTEMEN CITRA - SORE

Friska dan Ririn pulang. Mereka kaget melihat Deva masih nunggu Citra di samping pintu sampe tertidur.

RIRIN

Wah parah nih Citra.

Ririn bergegas masuk. Sementara Friska berdiri di depan pintu sambil merhatiin Deva.

FRISKA

Kasian banget sih lo Dev.

Ririn kembali menghampiri Friska sambil membawa selembar kertas brosur.

FRISKA

Mana Citra nya?

RIRIN

Nggak ada, gue cuma nemu ini doang.

Ririn memberikasn brosur itu kepada Friska.

FRISKA

Tuh anak pasti pergi ke acara ini deh.

RIRIN

Ya udah ayok kesana!

Ririn melangkah, tapi Friska menghentikan.

FRISKA

Lah terus. Ini Deva gimana?

RIRIN

Udah nggak usah diganggu! Kasian. Ngebucin kan pasti cape banget.

Friska dan Ririn pergi meninggalkan Deva yang masih tertidur.

CUT TO:

120. INT.SEBUAH CAFFE - MALAM

Tampak Friska dan Ririn tiba cafe. Kita lihat Citra sudah stay di panggung kecil. Citra mulai memetik senar gitarnya, dan mempersembahkan sebuah lagu milik band indie yang cukup mewakili perasaannya.

Sementara Friska dan Ririn duduk di sebuah meja untuk mendengarkan lagu yang Citra nyanyikan dengan versi akustik.

LAGU YANG DINYANYIKAN CITRA. JUDUL : DEMI SAHABAT.

CITRA

  Ku tutup kisah cinta di antara kita
  Ku biarkan kau jadi milik sahabatku
  Dia yang tak tau tentang hubungan kita
  Menyimpan perasaan cinta untukmu

 

  Tak ingin ku melukainya
  Dialah sahabat yang kusayangi
  Kuharap kau dapat mengerti
  Walau ku tahu tak adil untukmu

 

  Tuhan benarkah semua yang aku lakukan
  Meninggalkan kasihku demi sahabatku
  Ku ingin melihatnya hidup bahagia
  Di dalam menjalani di sisa hidupnya

 

  Ku coba menghilangkan namamu di hati
  Ku coba tuk menghapus rasa cinta ini
  Dia yang tak tau tentang hubungan kita
  Tak mungkin ku katakan engkau milikku

Citra sangat menghayati, sehingga para pengunjung cafe tersentuh. Bahkan Sitra sempat meneteskan air mata saat menyanyikan lagu itu, membuat kedua sahabatnya ikut merasakan apa yang Citra rasakan.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar