SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
21. Part 21

ESTABLISH LANGIT CERAH PAGI

129. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - PAGI

(SUASANA DAN ADEGAN KEMBALI KE SCENE 1)

Hans masuk menghampiri Hanin, yang baru saja selesai membersihkan badannya oleh Sandra.

HANS

Wahh adik cantiknya kakak udah wangi nih.

SANDRA

Iya dong. Emang Kak Hans, belum mandi ya De.

Sandra meledek Hans sambil tersenyum.

HANS

Biarin, yang penting wangi. Dari pada Kak Sandra ya De, bau asem.

Hans ngetawain Sandra.

SANDRA

Iihh Kakak apaan sih.

Sandra cemberut sambil melangkah ke kamar mandi untuk menyimpan handuk kecil dan wadah air.

HANS

Yahh, marah dia.

SANDRA (O.S)

Udah jangan ngomong terus! Kasian Hanin udah nungguin dari tadi. Kalo Bunda tau Kak Hans ngaret, bakalan marah besar Bunda.

Hans tersenyum mendengar omelan Sandra.

HANS

Kakak kamu yang satu itu bawelnya nggak ketulungan ya.

Hans langsung menyiapkan 2 macam suntikan. Suntikan besar berisi makanan, dan suntikan kecil berisi obat. Yang nantinya akan dimasukan ke tubuh Hanin lewat selang NGT dan infusan.

HANIN (V.O)

Senang rasanya melihat Kak Hans dan Kak Sandra bercanda seperti ini. Rasanya aku ingin ikut bercanda bersama mereka, hal sepele yang sudah jarang sekali terjadi di antara kita. Tapi itu tidak mungkin lagi. Jangankan bercanda, untuk makan bahkan membersihkan badan, aku sudah tidak bisa melakukannya sendiri.

Seketika air mata Hanin menetes. Hans yang baru selesai memberi Hanin obat langsung duduk di samping Hanin.

HANS

Hey, kok kamu nangis?

Mendengar itu, Sandra yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampiri dan duduk di sebelah kiri tempat tidur.

HANS

Kakak yakin kamu kuat De.

Hans menghapus air mata di pipi sebelah kanan Hanin.

SANDRA

Kakak tau kamu hebat.

Sandra menghapus air mata di pipi sebelah kiri Hanin. Lalu secara bersamaan Hans dan Sandra mencium kening Hanin. Hans mencium kening kanan, sedangkan Sandra mencium kening kiri. Air mata Hanin langsung berjatuhan.

CUT TO:

ESTABLISH RUMAH HANIN SIANG

130. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - SIANG

Citra, Friska, dan Ririn masuk ke kamar Hanin.

CITRA/FRISKA/RIRIN

Haii Nin..

Hanin hanya mengedipkan mata untuk menjawab sapaan mereka. Rasa rindu begitu jelas terlihat di wajah Hanin, hingga tak terasa air matanya menetes.

FRISKA

Hanin, kok lo nangis sih?

Seketika mimik wajah mereka berubah jadi sendu. Tangan Citra menggenggam tangan kanan Hanin, dan Friska juga Ririn berada di sebelah kiri tempat tidur Hanin. Seakan-akan mereka tau apa yang sedang Hanin rasakan.

CITRA

Nin, gue tau ini nggak mudah buat lo. Tapi gue yakin lo pasti kuat Nin.

RIRIN

Lo nggak boleh nyerah! Lo harus lawan penyakit lo! Masih banyak hal yang belum sempat kita lalui bersama.

Air matanya terjatuh, tapi langsung Ririn hapus.

RIRIN

Ohh iya, lo masih inget keinginan lo kan? Sebentar lagi musim semi. Lo harus sembuh! Kita janji bakal nemenin lo liburan ke sana. Bunda lo udah nyiapin itu buat kita. Lo harus sembuh Nin! Kita harus nikmati pergantian musim sama-sama.

FRISKA

Gue yakin lo pasti sembuh Nin. Ayo kita wujudkan semua mimpi lo jadi nyata! Semangat Nin!! Semangat!!

Tapi Hanin malah putus asa.

HANIN (V.O)

Tapi aku udah nggak sanggup lagi.

Entah apa yang terjadi, tiba-tiba tangis Friska pecah, dan dia langsung berlari keluar kamar.

RIRIN

Friska!!

Ririn menyusul Citra keluar dari kamar.

HANIN (V.O)

Tuhan, jika boleh aku minta. Aku tak ingin lagi melihat lebih banyak air mata orang-orang yang aku sayang terjatuh untuk menangisiku. Jika ingin kau ambil aku, ambil saja aku sekarang! Agar tidak ada lagi orang yang menangis melihat ketidakberdayaanku ini.

Citra yang masih setia di samping Hanin mencoba menyembunyikan kesedihan.

HANIN (V.O)

Tuhan, jika sudah waktunya, aku ikhlas. Tapi aku minta beri satu keajaiban, untuk bisa menggerakkan tanganku dan berbicara. Ada satu hal yang harus aku sampaikan sebelum aku benar-benar pergi nanti.

Hanin mencoba menggerakkan tangan kanannya, meski sangat sulit. Hanin yang terus berusaha akhirnya bisa menggerakkan jarinya dan menyentuh tangan Citra. Spontan Citra kaget.

CITRA

Hanin, jari lo gerak Nin, lo bisa pegang tangan gue. Gue panggil kak Hans ya.

Dengan bahagia Citra beranjak dari duduknya. Namun, tangan Hanin meraih dan menggenggam tangan Citra untuk menahannya pergi.

CITRA

Gue nggak bakal ninggalin lo kok, gue cuma pengen ngasih tau semua tentang keadaan lo sekarang. Mereka pasti seneng banget Nin.

Citra kembali beranjak. Namun, baru saja beberapa langkah, tiba-tiba langkah Citra terhenti saat mendengar Hanin batuk-batuk. Spontan Citra menoleh ke arah Hanin. Citra terlihat kaget dan bergegas balik menghampiri Hanin.

CITRA

Astagfirullah, lo apa-apaan sih Nin?!

Kita lihat selang intubasi yang ada di mulut Hanin, kini menghiasi tangannya.

CITRA

Ngapain sih pake dicabut segala! Emch akhhh..

Citra memarahi Hanin dan hendak pergi lagi. Tapi Hanin kembali mencegahnya. Dengan nafas yang belum stabil dan sedikit terbata-bata Hanin mencoba berbicara meski dengan nada pelan.

HANIN

Cit.. aku.. mau ngomong.. sama.. kamu..

CITRA

Oke, gue siap dengerin apapun yang pengen lo bicarain ke gue, tapi nanti! Gue harus panggil kak Hans dulu. Gue nggak mau lo kenapa-napa Nin!

HANIN

Cit.. aku.. nggak apa-apa kok..

Citra memandang Hanin tajam. Hanin balas menatapnya dan meyakinkan kalau Hanin memang baik-baik saja. Akhirnya Citra kembali duduk.

Citra mendengarkan apa yang ingin Hanin katakan(adegan tanpa suara).

Namun, Citra marah setelah mendengar apa permintaan Hanin.

CITRA

Lo gila ya Nin.

HANIN

Aku mohon Cit.. cuma kamu.. yang bisa bantu aku..

CITRA

Enggak!! Kondisi lo itu nggak memungkinkan Nin.

HANIN

Aku udah nggak.. kenapa-napa kok Cit.. aku.. baik-baik aja..

CITRA

Udah mendingan sekarang lo istirahat! Gue panggil Bunda sama yang lain dulu oke.

Citra beranjak pergi. Hanin mencoba bangun dan mengangkat tubuhnya yang lemas, meski susah payah tapi akhirnya Hanin bisa duduk. Lalu pelan-pelan melepaskan selang NGT di hidungnya, meski ngilu, Hanin tak menghiraukan. Lalu Hanin cabut kabel-kabel kecil yang menempel di dada. Dan dilanjut mencabut paksa selang infusan, karena lumayan sakit sehingga mengeluarkan darah.

HANIN

Awwww..

Citra yang sudah berada di depan pintu menghentikan langkah, dan kembali menghampiri Hanin.

CITRA

Lo tu bener-bener gila ya!!

Citra terlihat begitu marah kepada Hanin.

HANIN

Aku cuma pengen buktiin.. kalo aku nggak kenapa-napa..

CITRA

Udah deh terserah lo!! Oke, gue bakal bantuin lo. Tapi gue mohon lo tidur!! Jangan nyakitin diri lo kaya gini lagi! Ngerti!!

Citra mengancam Hanin. Hanin pun mengangguk. Citra cukup panik ketika melihat tangan Hanin berdarah.

CITRA

Aduh mana tangan lo banyak ngeluarin darah lagi.

Citra merebahkan tubuh Hanin yang masih lemah ke atas tempat tidur.

CITRA

Gue bakal omongin ini sama Bunda lo, oke.

Hanin kembali mengangguk sambil menahan sakit.

CUT TO:

131. INT.RUMAH HANIN(KAMAR HANIN) - SIANG

Bunda duduk tepat di samping Hanin yang masih terbaring. Hanin kembali mengenakan oksigen dan infusan.

Bunda menangis di hadapan Hanin. Sepertinya Citra telah menyampaikan permintaan Hanin kepada Bunda.

BUNDA

Sayang, Bunda mohon jangan siksa Bunda kaya gini! Bunda mohon!

HANIN

Hanin baik-baik aja kok. Hanin mohon ya Bun.

BUNDA

Bunda takut sayang. Bunda nggak berani.

HANIN

Bun, penyakit Hanin udah nggak bisa disembuhkan. Entah hari ini, besok, atau lusa, kemungkinan terburuk itu pasti akan terjadi. Dan bila saat itu tiba, Bunda nggak mau kan kalo Hanin pergi dengan penyesalan? Karena satu lagi keinginan Hanin belum terwujud. Hanin mohon Bun! Untuk yang terakhir!

Bunda malah menangis sambil menciumi tangan Hanin.

BUNDA

Kamu tega ninggalin Bunda sendiri? Kamu tega bikin hati Bunda hancur?

HANIN

Bun, apa Bunda lupa? Bunda masih punya kak Hans sama kak Sandra. Kalaupun Hanin harus pergi, Bunda nggak kesepian. Hanin yakin kalo Bunda itu kuat. Tapi Bunda tenang aja, Hanin janji nggak akan pernah pergi ninggalin Bunda. Nggak akan Bun.

Hanin menangis. Dan Bunda langsung memeluk erat.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar