SUNSHINE (Ketulusan, Cinta & Pengorbanan)
22. Part 22

132. EXT/INT.TEPI PANTAI/DALAM MOBIL - SORE

Terlihat dua mobil baru saja tiba di sebuah pantai. Tampak Hanin berada satu mobil bersama Bunda, Hans dan Sandra. Sebelum keluar dari mobil, Hans melepas dulu infusan Hanin dan menutupnya pakai sedikit perekat. Namun, alat pernafasan Hanin yang sudah rusak membuatnya tidak boleh melepaskan selang oksigen terlalu lama. Saat pintu dibuka, tiba-tiba Bunda menangis. Hanin malah tersenyum dan menghapus air mata Bunda.

HANIN

Hanin pasti baik-baik aja Bun.

Bunda sama sekali tidak mengucapkan satu patah kata pun.

HANIN (V.O)

Maaf Bun.. Hanin ngerti perasaan Bunda. Tapi Hanin nggak mungkin melewatkan kesempatan ini. Karena ada sesuatu hal yang lebih penting, dari sekedar melihat matahari tenggelam yang harus Hanin selesaikan.

Citra dan Deva sudah berada di depan pintu mobil Hanin.

Sebelum keluar dari mobil, Hanin menatap wajah Bunda cukup lama lewat pandangan matanya yang mulai buram. Setelah itu Hanin langsung mencium tangan Bunda. Cukup lama Hanin cium tangan Bunda, dilanjutkan mencium kening Bunda, dan setelah itu Hanin peluk erat Bunda.

HANIN

Hanin sayang banget sama Bunda. Terimakasih sudah menjadi Bunda terhebat untuk Hanin.

Bunda sudah tidak bisa menahan lagi kesedihannya. Sandra yang saat itu ada di samping Bunda mencoba menenangkan Bunda.

HANIN

Jagain Bunda ya Kak!

Sandra mengangguk sambil menahan tangis, Hanin tersenyum. Lalu Hanin minta Deva membawanya yang sudah tidak sanggup berjalan untuk pergi ke pinggir pantai bersama Citra yang memegang tabung oksigen kecil yang harus Hanin gunakan.

Sementara Bunda, Hans, Sandra, Friska dan Ririn yang ikut juga hanya melihat Hanin dari kejauhan.

CUT TO:

ESTABLISH OMBAK PANTAI SORE

133. EXT.TEPI PANTAI - SORE

Hanin, Citra dan Deva duduk di atas pasir pantai dengan ombak di laut yang cukup besar, sehingga angin cukup kencang. Deva membuka jaket yang ia kenakan dan menyelimuti kaki Hanin.

Diiringi gemuruh suara ombak. Hanin memperhatikan Citra dan Deva, ia merasa ada isyarat antara mereka, seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi penuh keraguan.

HANIN

Kak Deva, apa Kak Deva benar-benar mencintai aku?

Deva malah diam sambil memandang ke arah Citra.

Hanin tersenyum. Tangan kiri Hanin meraih tangan Citra, dan tangan kanan Hanin meraih tangan Deva, lalu Hanin satukan tangan mereka. Tapi mereka hanya bengong tak mengerti.

CITRA

Nin..

Hanin tersenyum.

HANIN

Jangan biarin aku jadi sahabat yang paling jahat di dunia Cit!

Citra dan Deva masih saling pandang, tak mengerti.

CITRA

Maksud lo apa Nin?

HANIN

Sebagai seorang sahabat, kamu terlalu baik Cit. Nggak seharusnya kamu lakuin semua ini untuk aku. Aku bener-bener merasa jadi orang yang nggak punya hati. Aku bener-bener minta maaf Cit. Gara-gara aku sakit, kamu harus ngorbanin perasaan kamu seperti ini.

CITRA

Tunggu Nin, maksud lo apa? Gue-

Hanin langsung menghentikan ucapan Citra dengan menaruh telunjuk tangannya di bibir Citra.

CUT TO FLASHBACK:

134. MONTAGE

(KEMBALI KE SCENE 109)

Ini bayangan Hanin.

Hanin bangun dari tidurnya. Keadaan kamar yang sepi membuat Hanin mencabut selang infus sehingga tangannya berdarah. Hanin berjalan dan hampir membuka pintu, di situ Hanin mendengar semua obrolan Citra dan Deva. Betapa syok-nya Hanin saat tahu Deva adalah pacar sahabatnya. Dengan kecewa Hanin kembali menuju ke tempat tidur diiringi tangis. Karena darah yang keluar dari tangan Hanin, serta rasa sakit yang muncul menyerang kepala cukup hebat, membuat Hanin kehilangan keseimbangan dan menyenggol tiang infus sampe terjatuh bersamaan dengan tubuhnya ke lantai. Hingga akhirnya Deva dan Citra masuk, sebelum Hanin benar-benar tak sadarkan diri dan koma.

BACK TO REAL:

135. EXT.PINGGIR PANTAI - SORE

Air mata Citra menetes setelah mendengar penjelasan Hanin.

HANIN

Maafin aku ya Cit. Aku mohon kalian kembali! Jangan biarkan aku jadi penghalang. Cinta kalian terlalu berharga untuk dipisahkan. (ke Deva) Kak, janji sama aku! Jangan pernah lakuin hal bodoh kaya gini lagi ya! Sekali pun Citra yang minta. Kakak harus jaga Citra!

Hanin kembali menyatukan tangan Citra dan Deva.

DEVA

Iya Nin, aku pasti bakal jaga Citra. Maafin aku Nin, karena aku udah takut untuk jujur dan menceritakan semuanya. Aku sama sekali nggak bermaksud mempermainkan perasaan kamu.

HANIN

Nggak apa-apa Kak, aku ngerti posisi Kakak.

CITRA

Tapi Nin, lo lebih-

Ucapan Citra terhenti ketika Hanin kembali meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Citra.

HANIN

Suutttttt!! Ketulusan hati kamu dan pengorbanan cinta kamu udah cukup Cit, cukup buat aku! Dengan ketulusan dan pengorbanan yang udah kamu lakukan selama ini, cukup bikin hidup aku yang singkat ini terasa indah. Secara tidak langsung kamu sama Kak Deva udah ngajarin aku bagaimana rasanya jatuh cinta. Dan dengan kejadian ini pula, kalian ngajarin aku gimana rasanya sakit hati dan kecewa. Tapi, kalian lupa ngajarin aku satu hal. Kalo cinta itu tidak harus memiliki. Bukan begitu?

Hanin tersenyum. Tapi Citra malah menangis sambil memeluk Hanin.

HANIN

Janji ya! Apapun yang terjadi, kalian harus tetap bersama!

Deva dan Citra mengangguk secara bersamaan, dan Hanin bisa tersenyum lega.

Kita lihat Hanin menyandarkan kepalanya di bahu Citra sambil memandang matahari yang perlahan-lahan akan tenggelam.

HANIN

Kalo nanti aku pergi, sisain sedikit tempat di hati dan pikiran kalian untuk aku ya! Biar kalian selalu ingat, bahwa aku sempat hadir di hidup kalian.

DEVA

Kamu ngomong apa sih Nin? Kamu nggak akan pergi. Kita akan sama-sama terus. (ke Citra) Iya kan Cit?

Citra mengangguk sambil mencoba menahan kesedihannya.

HANIN

Kak, setiap manusia yang terlahir ke dunia, pasti akan kembali lagi pada sang pencipta-Nya. Kematian adalah hal yang pasti, dia sudah memiliki waktu yang tepat kapan dia akan datang. Seperti halnya matahari, yang sudah mempunyai waktu yang tepat kapan ia harus terbit dan kapan ia akan tenggelam.

Citra dan Deva semakin menggenggam erat tangan Hanin.

INSERT: Matahari tenggelam.

CITRA

Matahari-nya udah mulai tenggelam. Indah ya Nin.

Hanin mengangguk sambil tersenyum. Matahari perlahan mulai tenggelam, membuat langit senja semakin terlihat indah.

HANIN (V.O)

Tuhan, hidup singkat yang kau berikan ini sangat indah. Dengan takdirku seperti ini, Kau hadirkan orang-orang yang begitu menyayangiku. Terimakasih karena Kau telah hadirkan cahaya untuk menerangi hidupku yang gelap.

Terlihat Bunda, Hans, Sandra, Friska dan Ririn masih setia memperhatikan Hanin dari kejauhan.

Pandangan Hanin masih fokus ke matahari tenggelam.

HANIN (V.O)

Tuhan, bila kisahku harus berakhir hari ini. Aku sama sekali tidak akan pernah menyesal, karena apa yang aku inginkan semuanya telah aku dapatkan.

Hanin mengalihkan pandangannya sebentar kepada Deva. Lalu kembali melihat langit senja.

HANIN (V.O)

Tuhan, ternyata memang benar. Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. Selalu ada makna dari setiap rencana-Mu. Selalu ada hikmah dari setiap ujian-Mu. Kau telah menciptakan semua berpasang-pasangan. Seperti halnya sebuah pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Terimakasih untuk semua ini, terimakasih untuk hari yang indah ini.

Matahari mulai meninggalkan Bumi, dan dengan bersamaan tubuh Hanin melemas, matanya terpejam.

Terdengar tangis Citra pecah, mengetahui tubuh Hanin yang tergulai lemas dipangkuan Citra dan Deva.

CITRA

Nin, bangun Nin!!

Bunda, Hans, Sandra, Friska dan Ririn langsung berlari menghampiri. Dengan sigap Hans langsung mengecek kondisi Hanin. Mengetahui nadinya masih berdenyut, Hans langsung membawa Hanin pergi dari tepi pantai diikuti Bunda, Sandra, dan sahabat-sahabat Hanin, juga Deva.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar