TIGA TAHUN KEMUDIAN
43. INT. KANTOR ODING - RUANG TAMU – SIANG.
Cast: ODING, KODAR (teman Oding), PENGAMBIL RANSEL
ODING kedatangan teman lama. Namanya, kita sebut saja KODAR (29 tahun).
KODAR (teman akrab waktu di Lembaga Permasyarakatan) belum lama mendapatkan kebebasannya.
ODING
Kapan Bang Kodar keluar?
KODAR
Sebulan yang lalu. Oding luar biasa. Bisa jadi kontraktor, hebat! (Mengacungkan jempol).
ODING
Ah, biasa aja, Bang. Merintisnya juga sempat jatuh bangun. Apa Bang Kodar sengaja kemari?
KODAR
Sebetulnya sekalian mampir. Kebetulan saya ada urusan mengantar sesuatu pada teman di sekitar sini. Tapi orangnya ternyata sedang keluar sebentar. Trus, aku ingat alamat kantormu. Maka, sekalian mampirlah aku.
ODING
Berapa lama kita tak jumpa, Bang?
KODAR
Persisnya saya lupa. Ada sekitar tiga tahun lebih. Boleh saya (memberi kode dua jari di depan mulutnya) tapi... sebaiknya me... (mencari-cari di setiap saku, tak menemukan) saya ke warung, sekalian menghilangkan mulut yang asam di luar.
ODING
Silakan, Bang. Nanti kita lanjut ngobrolnya di belakang kantor, tempatnya terbuka.
KODAR
Oke, setuju, Ding! Oh ya, titip
(menunjuk tas ransel yang di taruh di kursi).
ODING
Ya, Bang.
KODAR move keluar dari kantor ODING.
Selang beberapa waktu, datang orang yang mengaku sopirnya KODAR. Ia disuruh KODAR mengambil tas ransel. Ia beralasan KODAR tak melanjutkan silaturrahimnya dengan ODING, karena akan segera mengantarkan barang yang dibawanya.
ODING percaya dan mempersilahkan mengambil tas ranselnya.
Beberapa menit kemudian, KODAR datang kembali, langsung menanyakan tas ranselnya.
ODING menjelaskan apa yang terjadi. Namun KODAR malah menyalahkan ODING.
ODING berfirasat, ia merasa telah masuk jebakan dalam suatu permainan tipu muslihat KODAR. ODING baru menduga.
KODAR
Kita kena masalah! Dalam ransel itu ada barang punya Bos. Nilainya lima ratus juta. Kita akan berurusan dengan psikopat yang sakit jiwa!
ODING
Kalau memang ada barang berharga, kenapa nggak dibawa?!
KODAR
Nada suaramu seperti tak percaya?! Kenapa kamu tak bisa berlaku amanah ketika teman menitipkan barang?
ODING
Saya nggak ngelihat barangnya! Sudahlah, kalau Bang Kodar kesulitan keuangan, tinggal bilang, butuh berapa?
KODAR
Kamu meremehkan! Celaka kamu, Ding! Pokoknya aku tak mau menanggung keteledoranmu sendirian!
ODING
Sama, Bang, saya juga tak mau dilibatkan dengan masalah Bang Kodar!
KODAR mendapat panggilan masuk ke ponselnya.
KODAR
(Sengaja me-loudspeaker ponselnya)
Ya, Bos?
SUARA PONSEL KODAR (O.S)
Koqdarr, selezei? Ana buthuh kamu!
KODAR
Baik, saya akan datang! (Mematikan ponselnya).
Kamu harus ikut bertanggung jawab dengan masalah ini, Ding!
Berkata begitu KODAR sambil keluar dari kantor ODING tanpa permisi lagi.
ODING menghela nafas. Kesal.
FADE OUT
FADE IN
44. INT. KANTOR ODING - RUANG TAMU – PAGI.
Cast: ODING, ORANG SURUHAN
ODING kedatangan seorang tamu lagi. Ia mengaku suruhan Bos.
ORANG SURUHAN itu langsung bicara ke pokok persoalan.
ORANG SURUHAN
Bos mengirim saya, seperti yang dibilang Kodar, kamu harus bertanggung jawab terhadap masalah Kodar yang kamu timbulkan. Itu artinya kamu harus membayar senilai barang yang dibawa kodar.
ODING
Katakan pada Bos kalian, seperak pun saya tak mau bayar! Apalagi uang sebanyak yang diminta Bos kalian! Kalian menjebak! Itu sepenuhnya tanggung jawab Kodar!
ORANG SURUHAN
(Sok kalem)
Bos juga bilang, mungkin kamu belum mau bayar, jadi Bos menyuruh saya mencari cara-cara lain untuk membuatmu segera mungkin membayar.
ODING
(Berdiri tak gentar di hadapan Orang Suruhan)
Oke, sekarang kamu mau apa? Kamu datang ke kantorku, dan kamu menekan saya?!
ORANG SURUHAN
Bos bilang, saya tak perlu tergesa-gesa, kamu di kasih waktu sepekan, dan kamu harus segera membayar dalam jangka waktu itu!
Selesai bicara, ORANG SURUHAN itu keluar kantor ODING dengan sikap tetap tenang.
FADE OUT
FADE IN
45. INT. RUMAH BU ISYANA - RUANG KELUARGA – MALAM.
Cast: DINDA, BU ISYANA, ODING
ODING baru pulang kerja. Ia mendengar dari ruang keluarga BU ISYANA dan DINDA sedang asyik mengobrol berdua. Wajah mereka tampak ceria.
ODING menghampiri BU ISYANA dan DINDA.
ODING
Waduh! Heboh benar mengobrolnya!
BU ISYANA
Kebetulan! Kamu akan jadi saksi nikahnya Dinda, Ding!
ODING
(Kaget, tapi senang)
Saksi nikah? Kok mendadak sekali? Saya bahkan terlambat mengikuti dari awal?
BU ISYANA
Dinda sudah taaruf dan sudah dikhitbah oleh calonnya. Dan sudah menentukan hari akad.
ODING
Dengan siapa, Kak? Kenapa sih Oding nggak tahu menahu tentang Kak Dinda?!
BU ISYANA
Kamu sih, sibuk kerja! Kerja! Kerja terus! Sampai nggak tahu perkembangan di rumah!
DINDA
Sama orang dari Timur Tengah.
ODING
Yah, sama orang mana aja yang penting orangnya baik dan sayang sama Kakak. Kapan akan dilaksanakan akadnya?
DINDA
Sepekan lagi. Kami akan melaksanakannya secara sederhana, di sebuah kafe. Hanya beberapa orang. Ayah sudah memberi ijin. Walinya tetap Ayah lewat video call. Karena Ayah tidak dapat izin keluar dari LP.
ODING
Saya benar-benar menyesal, tak mengikuti dari awal!
DINDA
Tak mengapa. Yang penting Oding nanti menjadi saksi, mewakili keluarga kita. Kakak minta Oding juga ikut bantu Kakak urus segala sesuatu dan persiapannya.
ODING
Siap, Kak, jangan khawatir, akan Oding bantu sepenuhnya!
CUT TO
46. INT. KANTOR ODING, RUANG KERJA ODING – SIANG.
Cast: ODING.
ODING mendapat panggilan dari nomor tak dikenal.
ODING
Halo! Halo! Dengan siapa ini?!
SUARA PONSEL (O.S)
Ini dengan Oding, benar?
ODING
Ya, benar, saya Oding. Anda siapa?
SUARA PONSEL (O.S)
Ana Mahmet Al Jahbri. Orang yang di bilang sama si Koqdar Bosnya. Zangan percaya. Ana kena tipu Koqdar....
ODING
(Menyela)
Saya nggak ngerti yang Anda omongin. Intinya yang mau dibicarakan dengan saya itu apa? Intinya saja! Saya tak punya waktu banyak!
SUARA PONSEL (O.S)
Baik. Ana mau nikah sama Kakak Oding, yang nama Dinda. Ana serius. Ana sungguh cinta benar Dinda, dan... dan Oding akan bisa zadi Ippar ana....
ODING terkejut, namun masih sempat berpikir beberapa saat sebelum menjawab. Butuh waktu untuk menelaah kejadian aneh namun serius yang beruntun di hadapinya.
ODING
Saya sedang sibuk, tapi sebelum saya akhiri pembicaraan ini, jawab pertanyaan saya; apakah Anda Bos-nya Kodar?
SUARA PONSEL (O.S)
Koqdar tipu ana. Koqdar kerja sama ana. Tapi masalah Koqdar sama ana sudah selesai. Ana tak bawa masalah koqdar sama Oding lagi, because... Oding akan zadi famili ana. Ana serius. Tak mau mainkan dengan Dinda.
ODING
Cukup, kalau begitu! (Menutup pembicaraan).
CUT TO
47. INT. RUMAH BU ISYANA - KAMAR TIDUR DINDA – MALAM.
Cast: DINDA, ODING
ODING mengetuk pintu kamar tidur DINDA.
ODING
Kak Dinda, sudah tidur?
DINDA (O.S)
Ya, Ding, ada apa?
Pintu dibuka dari dalam oleh DINDA.
ODING
Kepingin mengobrol aja sama Kakak. Sudah lama kita nggak pernah mengobrol berdua.
DINDA
Tumben. Habis kamu sibuk terus dengan kerjanmu. Apalagi belakangan ini Kakak jarang ketemu kamu.
ODING
Ya, Kak. Oding kerja demi untuk kita semua. Bukan untuk Oding sendiri.
DINDA
Itu bagus sekali, Ding.
ODING
(Menghela nafas)
Kak Dinda, maaf kalau Oding nanti salah kata. Oding mau tanya, apakah Kakak sudah tahu, siapa calon suami Kakak? Latar belakangnya, tempat tinggal di sini dan di negara asalnya, keluarganya? Dan lain sebagainya yang lebih membuat Kak Dinda yakin memilih dia. Selain cinta, tentunya.
DINDA
Semua yang Oding tanyakan sudah Kakak buktiin kebenarannya. Ia pengusaha kebab dan punya beberapa resto khas masakan Timur Tengah. Ia tinggal di apartemenya sendiri, dan Kakak sudah dua kali komunikasi dengan keluarganya di negara asalnya.
ODING
Kakak tahu bahasa mereka dan apa yang mereka bicarakan?
DINDA
Mahmet yang menerjemahkan.
ODING
Sudah berapa lama sih, Kakak kenal dia?
DINDA
Belum lama, baru dua belas hari.
ODING
Dua belas hari?! Apakah Kakak benar-benar cinta? Maaf, Kak, apakah bukan pelarian? Atau dia merayu, menjebak Kakak, atau dia menekan, memaksa?
DINDA
Tak ada tekanan, paksaan atau kekerasan. Bahkan ia cenderung penurut dan lemah lembut. Semua berjalan secara alamiah. Intuisi yang membawa keyakinan Kakak untuk mencapai keputusan. Lalu taaruf. Dua hari kemudian ia mengkhitbah Kakak. Semua yang Kakak lakukan, atas sepengetahuan dan persetujuan Tante.
ODING
Kakak bicara yang sebenarnya, ‘kan?
DINDA
Kakak ngomong apa adanya. Secara fisik, siapa perempuan yang tak suka lelaki seperti Mahmet; tinggi, ganteng, putih. Dan secara materi, siapa perempuan yang tak suka materi? Kakak mencintai dia. Bukan pelarian. Apakah cinta itu mesti tumbuh seiring lamanya masa perkenalan?
ODING
Tidak juga, Kak. Oke, jadi sekarang Oding tahu, Kak Dinda benar-benar serius sama dia. Sudah ya, Kak. Oding ngantuk berat, nih!
DINDA
Ya, Ding, selamat tidur.
ODING
Kakak juga. Semoga Allah selalu melindungi dan merahmati Kakak....
DINDA
Aamiin....
CUT TO