28. INT. KAFE ARMAN - SUDUT TERTUTUP – SIANG.
Cast: ODING
ODING menemukan tempat yang ideal di dalam kafe.
Tempat itu di sudut tertentu, masih di dalam kafe. Tapi agak menjauh dari BAIM dan DINDA. Tempatnya agak tertutupi dari setiap pandangan mata. Tetapi ODING masih bisa mengawasi setiap orang yang datang ke kafe itu.
Ponsel ODING ada panggilan masuk.
ODING
Halo! Met! Kenapa?!
SUARA PONSEL (O.S)
Oding zangan pergi. Ane sebentar lagi sampe. Pokok zangan pergi.
ODING
(Tersenyum)
Emang mau ke mana? ‘kan nungguin kamu?! Tapi penghulunya juga belum datang!
SUARA PONSEL (O.S)
Penghulu belum datang?
ODING
Ya! Tapi coba nanti mau saya hubungi lagi.
SUARA PONSEL (O.S)
Ya. Harus dihubungi segera.
ODING
Ya udah! Pokoknya kamu sampai peghulu sudah ada!
SUARA PONSEL (O.S)
Ane akan cepat, Ding!
ODING merasa sedikit lega. ODING kembali menghubungi seseorang. Selanjutnya masih di tempat yang sama, ODING duduk di lantai dan berusaha membuang seluruh kekacauan dan ketegangan pikirannya dengan menyalakan sebatang rokok.
FLASH BACK
29. INT. RUMAH BU ISYANA - RUANG TAMU – SORE.
Cast: DINDA, PAK SOBRI, BU ISYANA, ODING
BU ISYANA benar-benar merasakan kebahagiaan yang sempurna atas kedatangan anak bungsunya yang sudah sekian tahun di tahan di LP. Ia adalah ZARNODING dengan nama panggilan ODING.
ODING bisa cepat bergaul akrab dengan ayah tirinya, PAK SOBRI. ODING juga ikut senang melihat ibunya ada yang menemani di hari tuanya.
Saat ini mereka sedang bercengkerama sambil menunggu kedatangan DINDA.
Mereka rencananya akan merayakan kembalinya ODING ke rumah dengan makan bersama di rumah makan.
ODING
Nanti kalo sudah bosan nganggur, boleh nih, Oding ikut kerja Ayah?
PAK SOBRI
O, boleh banget. Ayah malah senang ada yang bantu.
ODING
Oding pengin jadi kontraktor. Tapi kalau sekarang, bisa ngapain, ya?
BU ISYANA
Bantuin ngaduk semen aja, Ding.
PAK SOBRI
O, jangan, Bu. Kasihan Oding. Berat.
BU ISYANA
Lantas mau dijadiin apa, Pak?
PAK SOBRI
(Berpikir)
O ya! Jadi mandor plumbing saja, paling gampang. Nanti belajar sama Ayah.
Saat ODING mau bertanya lebih lanjut, muncul DINDA.
DINDA
Asalamu’alaikum!
PAK SOBRI, BU ISYANA, ODING
(Berbarengan)
Waalaikumussalam!
DINDA
(Menunjuk Oding)
Ini pasti Oding!
ODING
Ya, Kak Dinda.
DINDA
(Ke Bu Isyana)
Tante capek menunggu Dinda, ya?
BU ISYANA
Ah, nggak, sayang. kita langsung berangkat, ya?! Ngobrolnya di mobil aja!
Mereka semua keluar rumah dengan wajah penuh kegembiraan.
CUT TO
30. INT/EXT. JALANAN - DALAM MOBIL BU ISYANA – SORE.
Cast: DINDA, PAK SOBRI, BU ISYANA, ODING
PAK SOBRI pegang kemudi. Di sampingnya BU ISYANA. Duduk di belakang, DINDA dan ODING. Meski sedang pegang kemudi, PAK SOBRI masih sempat berbincang dengan DINDA.
PAK SOBRI
Din, katamu sekarang Baim sedang mondar-mandir ke Yogya, kamu nge-kos saja, ya?
DINDA
Nanti aja, dipikirin, Ayah.
BU ISYANA
Apa mau tinggal sama kita, Din?
DINDA
Nanti biar Dinda pikirkan lagi Tante.
ODING
Pacar Kakak namanya Baim?
DINDA
Ibrahim, panggilannya Baim.
ODING
Masih kuliah, Kak?
DINDA
Baru mau. Lagi mengurus beasiswa.
ODING
Wah, perlu banget didukung itu, Kak.
DINDA
Iya, pasti, Ding.
Mobil terus melaju menuju restoran yang dituju.
FADE OUT
FADE IN
31. INT/EXT. AREA PARKIR - DALAM MOBIL DEDI – SIANG.
Cast: ODING, DEDI.
Ketika DEDI sampai di tempat parkiran dan akan memasuki mobilnya, ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Bukan hal yang berhubungan dengan gaib yang membuat kuduknya merinding. Itu intuisi dari perasaan yang sering merasa gamang karena beban tekanan kerja.
Saat DEDI sudah duduk di dalam mobilnya, barulah perasaan aneh itu terbukti. DEDI melihat ke tempat duduk belakang.
DEDI
(Kaget saat melihat Oding sudah duduk santai
di jok belakang mobilnya)
Mencoba bikin kejutan rupanya?
DEDI benar-benar terkejut ketika mobil mewahnya yang terkunci mampu dimasuki ODING tanpa ada kerusakan sedikit pun.
ODING
Tak perlu kejutan, bukankah kita sudah sepakat?
DEDI
Tentang?
ODING
Bantuan. Sekarang aku sudah ada di mobilmu!
DEDI
Aku sudah kirim tiap bulan ke ibumu!
ODING
Yang ke Ibu sudah nggak usah di bahas lagi. Aku perlu modal dalam pekan-pekan mendatang. Terserah kalau akan kamu anggap sebagai pinjaman.
DEDI
Sudah, cari duit dengan kerja yang benar.
ODING
Sayangnya, kerja yang benar cuma mudah diucapkan, tapi sangat sulit dilaksanakan. Aku tak perlu nasihatmu, Ded.
DEDI
Aku tak bisa kasih pinjaman.
ODING
Setelah kukorbankan hidupku di dalam selama empat tahun? Dan telah kau dapatkan apa yang telah kuperjuangkan?
DEDI
Tapi bukankah kau juga ikut menikmati? Dan telah kubantu keluargamu selama ini?!
ODING
(Buka pintu, siap keluar dari mobil) Oke, tak mengapa. Aku bisa mendapatkan dengan caraku! (Keluar dari mobil)
DEDI melihat kepergian ODING yang berjalan sangat santai dari dalam mobilnya.
FADE OUT
FADE IN
32. INT. KANTOR DEDI - RUANG KERJA DEDI – PAGI.
Cast: ODING, DEDI
ODING masuk ke ruang kerja DEDI dengan santai tanpa permisi lebih dulu layaknya ruang kerjanya sendiri. ODING langsung duduk di hadapan DEDI.
DEDI terkejut didatangi tamu tak bertatah krama, meskipun ODING adalah koleganya sejak lama.
DEDI
(Dengan nada sarkastis)
Etika sopan santunmu hilang di mana, Ding?!
ODING
(Sok santai)
Waktu aku di dalam, kali! Aku sudah tak ingat lagi!
DEDI
Ayahmu saja begitu sopan, sehingga aku segan!
ODING
Kamu tak perlu segan, kalau tak menyalahi kesepakatan. Omong-omong, ada yang bisa kubantu? Kamu panggil aku mau nego soal pinjamanku? Kayaknya aku nggak butuh lagi!
Sejenak DEDI menatap ODING dengan tatapan mata seorang yang ingin mengatakan ‘kamu cuma bisa menggertak!’
DEDI
Aku terobsesi dengan Dinda.
ODING
(Sok berlagak pilon)
Terus apa hubungannya dengan aku?
DEDI
Jangan berlagak nggak tahu! Aku butuh serangkaian foto romantis dengan Dinda. Tugasmu cuma bawa keluar Dinda, pertemukan denganku. Sisanya biar itu menjadi urusanku.
ODING
(Menatap tajam ke mata Dedi)
Aku memang kotor, Ded! Tapi aku masih punya etika menjunjung martabat keluarga! Aku tak mau mengorbankan keluargaku!
DEDI
Kalau begitu, aku bisa melakukannya tanpa kamu!
Tanpa bicara lagi, ODING keluar dari ruang kerja DEDI.
CUT BACK TO
33. INT. KAFE ARMAN - RUANG AKAD NIKAH – SIANG.
Cast: BAIM, DINDA
Waktu kian mendekati kesepakatan yang harus ditepati DINDA.
Seiring waktu pertemuan kembali, BAIM dan DINDA mulai ada pendekatan dengan memudarnya rasa benci dan sesal.
BAIM dan DINDA menyadari, yang telah terjadi tak luput dari takdir Illahi. Mereka bisa memaklumi dan pasrah pada keadaan yang memaksa mereka harus menjalani.
BAIM mulai bisa ikhlas, DINDA mulai bisa memahami. Dan kenangan indah waktu bersama itu kian tak mau pergi. Kenangan terakhir itu seperti layaknya mereka tak ‘kan terpisahkan. Namun justru di malam itulah titik akhir kebersamaan mereka.
Betapapun, DINDA masih suka mengenangnya.
FLASH BACK
34. INT. RUMAH BAIM - KAMAR TIDUR BAIM – MALAM.
Cast: DINDA
DINDA sedang menelpon BAIM yang ada di Yogya. BAIM sudah dua pekan di Yogya, persiapan mulai kuliah semester pertama.Hampir tiap malam DINDA tak pernah tidak berkomunikasi dengan Baim. Kali ini, sesudah berkali-kali mencoba menghubungi, baru BAIM mengangkat ponselnya.
DINDA
Kok lama baru di angkat. Kemana?
BAIM (O.S)
Barusan aku ketiduran.
DINDA
Bagaimana persiapan kuliahnya hari ini?
BAIM (O.S)
Capek banget, Din. Kepala pusing, kena hujan. Di Yogya hujan terus.
DINDA
Aduh, kasihan kamu Im. Sudah diminumin obat?
BAIM (O.S)
Obatnya kayaknya banyak istirahat. Hari ini kau ke mana saja?
DINDA
Aku tak ke mana-mana. Mbak Ayu yang pergi sama Mas Arman. Aku titip beli kado untuk ultahnya Sella.
BAIM (O.S)
Kapan ke ultahnya Sella?
DINDA
Lusa. Sekalian izin ke kamu, boleh nggak, kalo aku ke ultahnya Sella?
BAIM (O.S)
Asal jangan terlalu malam pulangnya. Sama siapa?
DINDA
Bertiga. Sama Ning dan Inda.
BAIM (O.S)
Yang penting jaga diri, dan jaga cinta kita.
DINDA
Ya, Baim sayang. Kamu ‘kan capek, mau tidur lagi?
BAIM (O.S)
Iya, Din. Makasih, ya? Aku sayang kamu. Assalamualaikum!
DINDA
Waalaikumussalam, aku juga sayang kamu, Im!
Sesaat DINDA tercenung. Rasa rindu tiba-tiba datang. Rindu ada di dekat BAIM, kemudian menjalar rindu pada almarhumah Ibu. Ada keharuan menyenak. Tak terasa matanya basah. DINDA membawanya berbaring.
CUT BACK TO
35. KAFE ARMAN - SUDUT TERTUTUP – SIANG.
Cast: ODING
ODING tersentak kaget saat masuk panggilan ke ponselnya. Ia buru-buru mengangkatnya.
ODING
Halo, Met, sudah di mana?
SUARA PONSEL (O.S)
Sebentar lagi sampai, Ding. Pokok Oding tunggu aza.
ODING
Kalo masih jauh ganti ojek aja!
SUARA PONSEL (O.S)
Tidak zauh, Ding, tunggu azza!
ODING
Ya udah, saya tunggu! (mematikan ponselnya)
ODING (V.O)( CONT’D )
Semua akan baik-baik saja. Akan berjalan sebagai mana rencana akan lancar. Jangan khawatir, Ding!
ODING berusaha tenang. Berusaha menenangkan diri. Karena dia yang tahu, sesungguhnya keadaan tidak baik-baik saja.
FLASH BACK