Retak Yang Mengutuh (Skrip)
8. (Scene 28 - 35)

28. INT. KAFE ARMAN - SUDUT TERTUTUP – SIANG.

Cast: ODING

ODING menemukan tempat yang ideal di dalam kafe. 

Tempat itu di sudut tertentu, masih di dalam kafe. Tapi agak menjauh dari BAIM dan DINDA. Tempatnya agak tertutupi dari setiap pandangan mata. Tetapi ODING masih bisa mengawasi setiap orang yang datang ke kafe itu.

Ponsel ODING ada panggilan masuk.

ODING

Halo! Met! Kenapa?!

SUARA PONSEL (O.S)

Oding zangan pergi. Ane sebentar lagi sampe. Pokok zangan pergi.

ODING

(Tersenyum)

Emang mau ke mana? ‘kan nungguin kamu?! Tapi penghulunya juga belum datang!

SUARA PONSEL (O.S)

Penghulu belum datang?

ODING

Ya! Tapi coba nanti mau saya hubungi lagi.

SUARA PONSEL (O.S)

Ya. Harus dihubungi segera.

ODING

Ya udah! Pokoknya kamu sampai peghulu sudah ada!

SUARA PONSEL (O.S)

Ane akan cepat, Ding!

ODING merasa sedikit lega.  ODING kembali menghubungi seseorang. Selanjutnya masih di tempat yang sama, ODING duduk di lantai dan berusaha membuang seluruh kekacauan dan ketegangan pikirannya dengan menyalakan sebatang rokok.

FLASH BACK

29. INT. RUMAH BU ISYANA - RUANG TAMU – SORE. 

Cast: DINDA, PAK SOBRI, BU ISYANA, ODING

BU ISYANA benar-benar merasakan kebahagiaan yang sempurna atas kedatangan anak bungsunya yang sudah sekian tahun di tahan di LP. Ia adalah ZARNODING dengan nama panggilan ODING.

ODING bisa cepat bergaul akrab dengan ayah tirinya, PAK SOBRI. ODING juga ikut senang melihat ibunya ada yang menemani di hari tuanya.

Saat ini mereka sedang bercengkerama sambil menunggu kedatangan DINDA.

Mereka rencananya akan merayakan kembalinya ODING ke rumah dengan makan bersama di rumah makan.

ODING

Nanti kalo sudah bosan nganggur, boleh nih, Oding ikut kerja Ayah?

PAK SOBRI

O, boleh banget. Ayah malah senang ada yang bantu.

ODING

Oding pengin jadi kontraktor. Tapi kalau sekarang, bisa ngapain, ya?

BU ISYANA

Bantuin ngaduk semen aja, Ding.

PAK SOBRI

O, jangan, Bu. Kasihan Oding. Berat.

BU ISYANA

Lantas mau dijadiin apa, Pak?

PAK SOBRI

(Berpikir)

O ya! Jadi mandor plumbing saja, paling gampang. Nanti belajar sama Ayah.

 

Saat ODING mau bertanya lebih lanjut, muncul DINDA.

DINDA

Asalamu’alaikum!

PAK SOBRI, BU ISYANA, ODING

(Berbarengan)

Waalaikumussalam!

DINDA

(Menunjuk Oding)

Ini pasti Oding!

ODING

Ya, Kak Dinda.

DINDA

(Ke Bu Isyana)

Tante capek menunggu Dinda, ya?

BU ISYANA

Ah, nggak, sayang. kita langsung berangkat, ya?! Ngobrolnya di mobil aja!

Mereka semua keluar rumah dengan wajah penuh kegembiraan.    

CUT TO

30. INT/EXT. JALANAN - DALAM MOBIL BU ISYANA – SORE.

Cast: DINDA, PAK SOBRI, BU ISYANA, ODING

PAK SOBRI pegang kemudi. Di sampingnya BU ISYANA. Duduk di belakang, DINDA dan ODING. Meski sedang pegang kemudi, PAK SOBRI masih sempat berbincang dengan DINDA.

PAK SOBRI

Din, katamu sekarang Baim sedang mondar-mandir ke Yogya, kamu nge-kos saja, ya?

DINDA

Nanti aja, dipikirin, Ayah.

BU ISYANA

Apa mau tinggal sama kita, Din?

DINDA

Nanti biar Dinda pikirkan lagi Tante.

ODING

Pacar Kakak namanya Baim?

DINDA

Ibrahim, panggilannya Baim.

ODING

Masih kuliah, Kak?

DINDA

Baru mau. Lagi mengurus beasiswa.

ODING

Wah, perlu banget didukung itu, Kak.

DINDA

Iya, pasti, Ding.

Mobil terus melaju menuju restoran yang dituju.

FADE OUT

FADE IN

31. INT/EXT. AREA PARKIR - DALAM MOBIL DEDI – SIANG.

Cast: ODING, DEDI.

Ketika DEDI sampai di tempat parkiran dan akan memasuki mobilnya, ia merasakan ada sesuatu yang aneh. Bukan hal yang berhubungan dengan gaib yang membuat kuduknya merinding. Itu intuisi dari perasaan yang sering merasa gamang karena beban tekanan kerja.

Saat DEDI sudah duduk di dalam mobilnya, barulah perasaan aneh itu terbukti. DEDI melihat ke tempat duduk belakang.

DEDI

(Kaget saat melihat Oding sudah duduk santai

di jok belakang mobilnya)

Mencoba bikin kejutan rupanya?

 

DEDI benar-benar terkejut ketika mobil mewahnya yang terkunci mampu dimasuki ODING tanpa ada kerusakan sedikit pun.

ODING

Tak perlu kejutan, bukankah kita sudah sepakat?

DEDI

Tentang?

ODING

Bantuan. Sekarang aku sudah ada di mobilmu!

DEDI

Aku sudah kirim tiap bulan ke ibumu!

ODING

Yang ke Ibu sudah nggak usah di bahas lagi. Aku perlu modal dalam pekan-pekan mendatang. Terserah kalau akan kamu anggap sebagai pinjaman.

DEDI

Sudah, cari duit dengan kerja yang benar.

ODING

Sayangnya, kerja yang benar cuma mudah diucapkan, tapi sangat sulit dilaksanakan. Aku tak perlu nasihatmu, Ded.

DEDI

Aku tak bisa kasih pinjaman.

ODING

Setelah kukorbankan hidupku di dalam selama empat tahun? Dan telah kau dapatkan apa yang telah kuperjuangkan?

DEDI

Tapi bukankah kau juga ikut menikmati? Dan telah kubantu keluargamu selama ini?!

ODING

(Buka pintu, siap keluar dari mobil) Oke, tak mengapa. Aku bisa mendapatkan dengan caraku! (Keluar dari mobil)

DEDI melihat kepergian ODING yang berjalan sangat santai dari dalam mobilnya.

FADE OUT

FADE IN

32. INT. KANTOR DEDI - RUANG KERJA DEDI – PAGI.

Cast: ODING, DEDI

ODING masuk ke ruang kerja DEDI dengan santai tanpa permisi lebih dulu layaknya ruang kerjanya sendiri. ODING langsung duduk di hadapan DEDI.

DEDI terkejut didatangi tamu tak bertatah krama, meskipun ODING adalah koleganya sejak lama.

DEDI

(Dengan nada sarkastis)

Etika sopan santunmu hilang di mana, Ding?!

ODING

(Sok santai)

Waktu aku di dalam, kali! Aku sudah tak ingat lagi!

DEDI

Ayahmu saja begitu sopan, sehingga aku segan!

ODING

Kamu tak perlu segan, kalau tak menyalahi kesepakatan. Omong-omong, ada yang bisa kubantu? Kamu panggil aku mau nego soal pinjamanku? Kayaknya aku nggak butuh lagi!

Sejenak DEDI menatap ODING dengan tatapan mata seorang yang ingin mengatakan ‘kamu cuma bisa menggertak!’ 

DEDI

Aku terobsesi dengan Dinda.

ODING

(Sok berlagak pilon)

Terus apa hubungannya dengan aku?

DEDI

Jangan berlagak nggak tahu! Aku butuh serangkaian foto romantis dengan Dinda. Tugasmu cuma bawa keluar Dinda, pertemukan  denganku. Sisanya biar itu menjadi urusanku.

ODING

(Menatap tajam ke mata Dedi)

Aku memang kotor, Ded! Tapi aku masih punya etika menjunjung martabat keluarga! Aku tak mau mengorbankan keluargaku!

DEDI

Kalau begitu, aku bisa melakukannya tanpa kamu!

Tanpa bicara lagi, ODING keluar dari ruang kerja DEDI.

CUT BACK TO

33. INT. KAFE ARMAN - RUANG AKAD NIKAH – SIANG.

Cast: BAIM, DINDA

Waktu kian mendekati kesepakatan yang harus ditepati DINDA.

Seiring waktu pertemuan kembali, BAIM dan DINDA mulai ada pendekatan dengan memudarnya rasa benci dan sesal.

BAIM dan DINDA menyadari, yang telah terjadi tak luput dari takdir Illahi. Mereka bisa memaklumi dan pasrah pada keadaan yang memaksa mereka harus menjalani.

BAIM mulai bisa ikhlas, DINDA mulai bisa memahami. Dan kenangan indah waktu bersama itu kian tak mau pergi. Kenangan terakhir itu seperti layaknya mereka tak ‘kan terpisahkan. Namun justru di malam itulah titik akhir kebersamaan mereka.   

Betapapun, DINDA masih suka mengenangnya.

FLASH BACK

34. INT. RUMAH BAIM - KAMAR TIDUR BAIM – MALAM.

Cast: DINDA

DINDA sedang menelpon BAIM yang ada di Yogya. BAIM sudah dua pekan di Yogya, persiapan mulai kuliah semester pertama.Hampir tiap malam DINDA tak pernah tidak berkomunikasi dengan Baim. Kali ini, sesudah berkali-kali mencoba menghubungi, baru BAIM mengangkat ponselnya.

DINDA

Kok lama baru di angkat. Kemana?

BAIM (O.S)

Barusan aku ketiduran.

DINDA

Bagaimana persiapan kuliahnya hari ini?

BAIM (O.S)

Capek banget, Din. Kepala pusing, kena hujan. Di Yogya hujan terus.

DINDA

Aduh, kasihan kamu Im. Sudah diminumin obat?

BAIM (O.S)

Obatnya kayaknya banyak istirahat. Hari ini kau ke mana saja?

DINDA

Aku tak ke mana-mana. Mbak Ayu yang pergi sama Mas Arman. Aku titip beli kado untuk ultahnya Sella.

BAIM (O.S)

Kapan ke ultahnya Sella?

DINDA

Lusa. Sekalian izin ke kamu, boleh nggak, kalo aku ke ultahnya Sella?

BAIM (O.S)

Asal jangan terlalu malam pulangnya. Sama siapa?

DINDA

Bertiga. Sama Ning dan Inda.

BAIM (O.S)

Yang penting jaga diri, dan jaga cinta kita.

DINDA

Ya, Baim sayang. Kamu ‘kan capek, mau tidur lagi?

BAIM (O.S)

Iya, Din. Makasih, ya? Aku sayang kamu. Assalamualaikum!

DINDA

Waalaikumussalam, aku juga sayang kamu, Im!    

Sesaat DINDA tercenung. Rasa rindu tiba-tiba datang. Rindu ada di dekat BAIM, kemudian menjalar rindu pada almarhumah Ibu. Ada keharuan menyenak. Tak terasa matanya basah. DINDA membawanya berbaring. 

CUT BACK TO

35. KAFE ARMAN - SUDUT TERTUTUP – SIANG.

Cast: ODING

ODING tersentak kaget saat masuk panggilan ke ponselnya. Ia buru-buru mengangkatnya.

ODING

Halo, Met, sudah di mana?

SUARA PONSEL (O.S)

Sebentar lagi sampai, Ding. Pokok Oding tunggu aza.

ODING

Kalo masih jauh ganti ojek aja!

SUARA PONSEL (O.S)

Tidak zauh, Ding, tunggu azza!

ODING

Ya udah, saya tunggu! (mematikan ponselnya)

ODING (V.O)( CONT’D )

Semua akan baik-baik saja. Akan berjalan sebagai mana rencana akan lancar. Jangan khawatir, Ding!

ODING berusaha tenang. Berusaha menenangkan diri. Karena dia yang tahu, sesungguhnya keadaan tidak baik-baik saja.

FLASH BACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar