Pesan di Lembar Terakhir
13. Scene 121-130 (Melupakan)

121.INT. RUMAH SAKIT – KAMAR RAWAT – PAGI

Kita melihat Reiner sedang setengah berbaring di ranjang pasien. Dia sedang membaca novel miliknya yang berjudul ‘Pesan di Lembar Terakhir’. Lalu Reva datang bersama Astri yang sudah berkaca-kaca. Astri langsung mendekat ke Reiner dan memeluknya.

ASTRI

Maafin mama ya, Sayang. Mama baru sempat menemui kamu.

Reiner tampak bingung. Astri melepas pelukannya dan memegang sisi wajah Reiner sambil memandanginya.

ASTRI (CONT’D)

Anak mama yang tampan jadi kurus begini.

Astri tidak kuat menahan tangisnya. Di belakannya, Reva hanya berusaha menguatkan dengan mengelus punggung belakang Astri. Sementara Reiner masih tampak bingung dengan wanita di depannya ini.

REINER

Mama?

Astri bingung dan menoleh ke Reva.

REVA

Seperti yang aku ceritain di telpon kemarin, Mah. Ada saatnya Kak Reiner kayak gini.

Astri menangis lagi.

REINER

Maafin saya kalau saya tidak mengingat Anda sebagai mama saya.

Astri mengangguk sambil menangis. Dia memeluk Reiner lagi.

CUT TO

122.INT. RUMAH SAKIT – KORIDOR – SIANG

Kita melihat Raina berjalan dengan terburu-buru.

REVA (O.S)

Kak Reiner ada di taman rumah sakit. Kalau dia tiba-tiba enggak inget kamu, tolong jangan kamu paksain ya.

Air mata Raina menangis. Dia berlari menyusuri koridor yang tampak ramai.

CUT TO

123.EXT/INT. RUMAH SAKIT – TAMAN – SIANG

Kita melihat ada beberapa pasien di sudut taman. Di antaranya juga ada perawat yang menemani. Termasuk Reiner yang duduk di kursi roda, bersama seorang perawat di belakangnya. Raina datang dari arah depan. Raina mendekat perlahan ke Reiner. Seorang perawat bergerak mundur membiarkan Raina dan Reiner berdua.

RAINA

Hai.

Raina mengepalkan tangannya demi menahan gugup sekaligus air mata yang akan menetes. Dia tidak tega melihat keadaan Reiner.

REINER

Kamu siapa? Kamu kenal saya?

Raina hanya mengangguk.

REINER (CONT’D)

Maaf ya, kalau saya enggak kenal kamu. Soalnya saya ...

RAINA

Aku tau. Enggak usah dijelasin ya. Aku ... boleh duduk sama kamu di sini kan?

REINER

Oh iya, silakan.

Raina duduk di bangku sebelah kursi roda Reiner.

REINER (CONT’D)

Kamu teman saya atau salah satu keluarga saya?

Raina tidak menjawab. Dia seperti akan menangis, tapi masih berusaha menahannya. Seorang perawat yang tadi pun mendekat.

PERAWAT

Maaf, Mas Reiner udah harus kembali ke kamar.

REINER

Oh, oke.

Perawat hendak memutar kursi roda Reiner, tetapi Raina menahannya.

RAINA

Maaf, sus. Biar saya aja ya yang nemenin Reiner ke kamarnya.

PERAWAT

Baik.

CUT TO

124.EXT/INT. RUMAH SAKIT – BANGSAL – SIANG

Raina mendorong kursi roda Reiner dengan pelan. Di belakang Raina ada seorang perawat yang mengikuti.

REINER

Kata adik saya, saya penulis novel.
(beat) (terkekeh)
Saya masih enggak nyangka kalau saya bisa membuat sebuah novel.

Diam-diam Raina menjatuhkan air matanya, tapi cepat-cepat menghapusnya sebelum Reiner tahu.

RAINA

Iya. Kamu penulis novel yang hebat.

REINER

Dari kemarin saya lagi baca salah satu novel saya. Judulnya ‘Pesan di Lembar Terakhir’. Belum selesai sih. Tapi kenapa kayaknya cerita itu sedih ya? Kamu udah baca belum?

Raina mengangguk.

RAINA

Udah.

Reiner menoleh ke Raina di atasnya. Cepat-cepat Raina membersihkan sisa air matanya

REINER

Udah baca sampai selesai?

RAINA

Udah. Ceritanya enggak bagus. Aku enggak suka sama novel kamu yang itu.

Reiner tersenyum dan kembali menghadap ke depan.

REINER

Kamu jujur banget ya? Saya jadi penasaran gimana ending ceritanya sampai kamu bilang enggak bagus.

CUT TO

125.INT. RUMAH SAKIT – KAMAR RAWAT – SIANG

Seorang perawat membantu Reiner kembali rebahan di ranjang pasien. Setelah itu perawat keluar kamar. Menyisakan Reiner bersama Raina wajahnya tampak kusut dan sembab. Lalu Reiner mengambil novel di meja sebelahnya.

REINER

Saya paling enggak suka pas bagian tokoh Re menyembunyikan penyakitnya ke Ra. Dia malah bilang ke Ra kalo dia menikah dengan wanita lain. Harusnya Re jujur sama Ra. Gimana menurut kamu?

Raina tampak kesulitan menelan ludahnya. Lalu setelahnya dia berusaha untuk bersikap biasa saja.

RAINA

Iya, aku setuju sama kamu. Dari awal, enggak seharusnya Re nyembunyiin penyakitnya ke Ra. Re enggak peduli sama perasaan Ra saat dia tahu nanti. Apalagi saat Ra tahu semua itu, dia sadar kalau waktunya udah enggak banyak buat Re.

REINER

Nah, kamu bener banget. Saya sampai enggak habis pikir, kenapa saya bisa nulis cerita seperti ini.

Reiner terkekeh kecil. Tanpa Reiner tau, mata Raina kembali memerah. Kemudian Reva datang.

REINER (CONT’D)

Kenalin ini adik saya. Namanya Reva. Ya ... walaupun saya juga belum ingat benar tentang ini.

Reva dan Raina saling berbagi pandang.

REVA

Kak Reiner harus istirahat. Kamu bisa balik lagi besok.

Raina mengangguk. Lalu dia melihat ke arah Reiner.

RAINA

Aku pulang dulu ya. Besok aku ke sini lagi.

Reiner mengangguk sambil tersenyum. Raina beranjak pergi. Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Reiner mengeluh sakit kepala dan mengerang kesakitan. Reva pun panik.

REVA

Kepala kamu sakit lagi kak?

Mendengar itu, Raina langsung berbalik dan kembali ke Reiner. Suasana tampak tegang. Reva cepat-cepat memanggil dokter dengan menekan bel yang ada di dekat meja.

CUT TO

126.EXT/INT. RUMAH SAKIT – DEPAN KAMAR RAWAT – SORE

Kita melihat Raina sedang duduk dengan tampak begitu gelisah dan cemas. Di sebelahnya ada Reva yang sejak tadi berusaha menenangkannya.

REVA

Sejak dirawat di rumah sakit, kak Reiner emang lebih sering ngeluh sakit kepala.

Raina menoleh ke Reva dan menatapnya serius.

RAINA

Dan itu bukan hal yang baik kan?

Reva mengagguk dengan wajah pasrah.

REVA

Tapi ... kenapa kamu bisa enggak ngenalin aku sebagai adiknya kak Reiner?

RAINA

Reiner Cuma pernah nunjukin foto saat kalian masih kecil. Jadi mana mungkin aku bisa ngenalin kamu saat ini. Aku ketemu tante Astri juga Cuma dua kali pas dia pulang ke sini.

Astri datang dengan berlari dan wajah yang cemas.

ASTRI

(panik)

Gimana kakak kamu?

Raina berdiri dan saling menatap dengan Astri.

RAINA

Tante?

Astri memeluk Raina.

CUT TO

127.INT. HOTEL – MALAM

Raina sedang setengah berbaring sambil menyandar di kasur. Dia sedang melamun. Dia mengingat wajah Reiner tadi siang (Scene 123). Lalu tiba-tiba Raina beranjak dari kasurnya dan pergi.

CUT TO

128.INT. RUMAH SAKIT – KAMAR RAWAT – MALAM

Raina masuk pelan-pelan ke kamar rawat Reiner. Dia tersentak saat melihat Reiner yang terjaga sendirian. Raina menghampiri Reiner dan tersenyum.

RAINA

Hai.

Kita fokus pada Reiner yang tampak terkejut dengan kedatangan Raina.

REINER

(ketus)

Enggak seharusnya kamu di sini.

Raina mengerutkan keningnya dengan bingung.

RAINA

Kamu inget aku?

REINER

Aku enggak tau apa yang terjadi sebelum ini. Tapi aku mohon, jangan datang lagi ke sini. Kamu dan aku udah sama-sama menikah.

Raina tampak santai. Dia malah mengambil kursi dan memindahkannya ke sebelah ranjang pasien Reiner.

RAINA

Aku udah ijin sama Radit. Dan soal kamu udah punya istri, aku enggak peduli. Toh, kita juga enggak ngapa-ngapain kan? Emang salah kalo aku Cuma mau jenguk kamu?

REINER

Reva yang kasih tau kamu kalau aku di sini?

Raina mengangguk sambil tersenyum tipis.

RAINA

Kamu sendirian? Mama kamu sama Reva, mana?

REINER

Aku yang harusnya nanya ke kamu. Ngapain kamu malam-malam ke sini?

RAINA

Aku enggak bisa tidur di hotel. Terus aku kepikiran kamu. Yaudah, aku langsung ke sini deh.

REINER

Rain ... please.

Raina terkekeh kecil.

RAINA

Udah lama enggak denger kamu panggil nama aku kayak gitu. Bikin aku jadi kangen masa-masa kita pacaran.

Reiner tampak bingung dan gelisah. Lalu Raina mengambil tangan Reiner dan menggenggamnya. Reiner ingin melepas, tapi Raina semakin menguatkan genggamannya.

RAINA (CONT’D)

Sebentar aja ya. Aku kedinginan.

Reiner membiarkan tangannya digenggam Raina. Reiner menatap wajah Raina yang sedang memandangi tangannya. Mata Raina mulai berkaca-kaca. Raina menunduk dan menjatuhkan air mata.

REINER

Rain?

Raina mendekatkan keningnya ke tangan Reiner yang sedang dia genggam. Raina menangis. Reiner tampak bingung. Kemudian Raina mengangkat wajahnya dan menatap Reiner dengan serius.

RAINA

Aku udah tau semuanya.

Reiner terkejut dan matanya memerah.

DISSOLVE TO

129.INT. HOTEL – PAGI

Terlihat Raina sudah berpakaian rapi dan bersiap pergi. Ponsel di tasnya berdering. Itu dari Radit.

RAINA

Iya, Dit?

RADIT (O.S)

Aku lagi di jalan nyusul kamu. Nanti kamu share alamat hotel tempat kamu nginep ya?

Raina tampak terkejut.

RAINA

Lho, kok mendadak? Lagian aku juga belum mau pulang, Dit. Aku masih mau nemenin Reiner.

INTERCUT TO

130.EXT/INT. MOBIL – DALAM PERJALANAN – PAGI

Terlihat Radit sedang menyetir di sebuah jalan tol. Dia sambil menelepon Raina dengan earphone bluetooth.

RADIT

Iya, enggak apa-apa. Aku juga Cuma mau ketemu kamu sebentar. Aku enggak akan maksa kamu pulang. Jadi kamu tenang aja ya.

RAINA

Makasih ya, Dit.

RADIT

Enggak usah makasih terus. Sekitar sejam lagi aku sampai Bandung. Kamu udah sarapan?

RAINA

Nanti aja di kantin rumah sakit. Aku udah mau berangkat lagi ketemu Reiner.

RADIT

Oke. Hati-hati ya.

Panggilan pun terputus.

CUT TO

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar