Pesan di Lembar Terakhir
7. Scene 61-70 (Kangen)

61.INT. MALL – KAFE – SIANG

Suasana kafe di dalam sebuah mall tampak ramai. Salah satu meja ada Raina dan Nana sedang menyantap menu makan siang yang sudah tersaji di meja. Lalu Raina melihat SEPASANG KEKASIH yang baru datang di meja depannya. Sepasang kekasih itu tampak mesra. Dari awal si laki-laki menarik kursi untuk si perempuan. Mereka tampak bahagia.

Raina memperhatikan sepasang kekasih itu dengan wajah pias. Nana pun menyadari ekspresi wajah Raina dan ikut melihat ke arah yang dituju Raina.

NANA

Ngeliatin apaan sih?

RAINA

Gue kangen Reiner, Na.

NANA

Iya, kangen. Tapi enggak usah ngeliatin orang kayak gitu juga. Nanti mereka ngerasa terintimidasi.

Raina mengalihkan pandangannya dan melanjutkan menyantap makanannya.

RAINA

Gimanapun caranya, gue harus ketemu sama Reiner lagi. Gue mau pastiin kalau ucapan dia kemarin itu cuma bohong.

NANA

Kalau ternyata bener gimana?

RAINA

Enggak mungkin, Na. Selama gue pacaran bertahun-tahun sama Reiner, enggak pernah sekalipun ada tanda-tanda kalo Reiner punya cewek lain.

NANA

Itu kan menurut elo, Rain. Enggak tau aja kalo yang namanya cowok itu pinter nyembunyiin bau busuknya.

RAINA

Na, jangan gitu dong ngomongnya. Elo kan bisa tau Reiner gimana orangnya.

NANA

Tetep aja, Rain. Selama apapun elo kenal Reiner, pasti ada satu dua hal sisi Reiner yang enggak akan lo tau.

Raina terdiam.

DISSOLVE TO

62.INT. MALL – TOKO BUKU - SIANG (FLASHBACK)

Kita melihat suasana toko buku yang cukup ramai dengan pengunjung. Terutama di bagian tengah terdapat panggung kecil dan beberapa baris tempat duduk yang sudah penuh. Terlihat di panggung ada Reiner dan seorang host yang sedang mewawancarai Reiner. Di belakang mereka ada spandung bertuliskan ‘Launching buku Journey of Love’.

HOST

Sampai ke pertanyaan berikutnya untuk Mas Reiner. Dalam pembuatan novel ini, siapakah orang yang paling berperan di dalamnya?

Reiner belum menjawab. Dia melihat ke arah bangku penonton yang ternyata di salah satunya ada Raina menyaksikan dari sana. Mereka saling melempar senyum tipis.

REINER

Ada satu orang. Dia yang selalu saya bayangkan selama menulis novel ini. Atau mungkin memang selalu dia yang menjadi inspirasi saya dalam menulis.

Ekspresi tersipu dan kagum terlihat dari setiap pengunjung yang mendegarkan Reiner di panggung. Terutama Raina yang tampak mengulum senyumnya melihat ke arah Reiner.

HOST

Wah, perasaan saya langsung berdesir dengar jawaban ini. Saya yakin semua orang di sini juga merasakan hal yang sama. Apa lagi sebagian besar para wanita yang datang hari ini. Kira-kira bersediakan Mas Reiner menyebutkan pembawa inspirasi itu?

Reiner tersenyum dan melihat ke arah Raina lagi.

REINER

Dia ... gadis saya. Namanya Raina.

TERDENGAR SUARA sorak menggoda yang tertuju pada Reiner. Si host pun terlihat heboh menanggapinya.

HOST

Apa Raina ikut ke sini? Atau malah dia duduk di bangku penonton?

REINER

Dia selalu ada setiap peluncurkan novel saya.

HOST

Ohya? Kalau gitu boleh dong, kita dengar ungkapan hati Mas Reiner untuk Raina?

CUT TO

63.INT.RUMAH RAINA – KAMAR RAINA – MALAM (PRESENT DAY)

Kita melihat Raina sedang terlelap di kasurnya. Wajahnya tampak tenang.

REINER (O.S)

Rain ... terimakasih karena selalu ada di sisiku selama ini. Kamu selalu bilang kalau kamu enggak bisa jika aku enggak ada di sisi kamu. Tapi sebaliknya. Aku yang enggak akan sanggup kalau enggak ada kamu. I love you so much, Raina.

Raina membuka matanya dengan tiba-tiba. Dia menangis dengan pandangan ke langit-langit kamarnya. Lalu dia bangun dan duduk di kasur. Napasnya memburu dan Raina menghapus air matanya. Raina pun beranjak dari kasurnya.

CUT TO

64.INT.RUMAH RAINA – RUANG TENGAH – MALAM (CONT)

Raina menuruni anak tangga dengan terburu-buru. Terlihat di ruang tengah ada Radit dan Rita sedang mengobrol. Raina tidak peduli dengan kehadiran Radit. Dia melaluinya begitu saja.

RITA

Rain ... kamu mau ke mana?

RAINA

Aku harus ketemu Reiner.

Radit dan Rita pun berdiri berusaha menghampiri Raina.

CUT TO

65.EXT. RUMAH RAINA – GARASI – MALAM

Raina hendak masuk ke mobilnya, tapi Radit menahan lengannya. Dari teras, Rita hanya memperhatikan tanpa ingin ikut campur.

RADIT

Hei, hei, kamu mau ke mana?

Raina menepis tangan Radit.

RAINA

Lepasin. Udah saya bilang, saya mau ketemu Reiner.

RADIT

Kamu mau ke Bandung malem-malem gini?

Raina tidak menjawab. Dia mencoba masuk lagi ke mobilnya, tapi ditahan lagi oleh Radit.

RADIT (CONT’D)

Setelah kamu sampai sana, apa kamu bisa menjamin bisa ketemu Reiner?

Raina menatap wajah Radit dengan mata berkaca-kaca. Dia membiarkan tangan Radit tetap di lengannya.

RAINA

Saya kangen sama Reiner.

Air mata Raina menetes. Di posisi Rita, dia tampak iba melihat Raina.

RADIT

Besok.
(beat)
Besok kamu bisa ketemu Reiner.

CUT TO

66.INT. HOTEL – KAMAR – SIANG

Terlihat Raina yang tampak gelisah karena menunggu Radit sedang menelepon seseorang di ruang tamu. Setelah selesai, Radit menghampiri Raina.

RADIT

Sebentar lagi Reiner sampai.

RAINA

Gimana caranya kamu mengatur pertemuan ini?

RADIT

Kamu enggak perlu tau. Saya turun dulu, nunggu di lobby.

Radit hendak pergi, tapi Raina menghentikannya.

RAINA

Makasih ya.

Radit mengangguk dan meninggalkan Raina di kamar hotel.

CUT TO

67.INT. HOTEL – KAMAR – SIANG (MOMENTS LATER)

TERDENGAR SUARA bel pintu dari arah luar. Raina berjalan ke pintu dan membukakannya. Raina pikir itu Radit yang kembali.

RAINA

Ada yang ketinggalan?

Raina terkejut ketika Reiner yang berada di depan pintu. Suasana pun hening. Mereka hanya saling diam.

CUT TO

68.INT. HOTEL – KAMAR – SIANG (CONT)

Raina dan Reiner duduk berhadapan di sofa. Selama beberapa saat mereka hanya saling diam.

RAINA

Kalo emang kamu udah nikah, tunjukin buku nikah kamu sama perempuan itu. Jelasin ke aku. Di mana dan kapan kamu nikah. Setelah kamu bisa tunjukin semua itu, baru aku percaya kalau kamu emang udah bener-bener nikah.

REINER

Aku enggak perlu tunjukin semua itu ke kamu. Aku enggak mau.

RAINA

Kenapa? Kamu takut kalau kamu ketauan bohong?

REINER

Aku enggak bohong.

RAINA

Kalau gitu tunjukin sekarang semua bukti yang aku minta.

REINER

Aku ke sini bukan dengan tujuan itu. Tapi untuk meminta kamu agar bisa melepaskan aku. Kamu ... kamu bisa mencari pria lain yang lebih baik dari aku.

Raina tertawa paksa.

RAINA

Gampang banget ya, kamu nyuruh aku cari pria lain. Kamu pikir hati aku buku, yang bisa dibolak-balik sesuka hati?

REINER

Bukan kamu, tapi aku. Buku usang yang harus kamu buang dan enggak perlu dibaca lagi. Cari buku baru yang bisa kamu baca atau tulis semua cerita kamu.

RAINA

Aku bener-bener enggak ngerti sama kamu, Rei. Apa segitu inginnya kamu mau bikin aku pergi dari hidup kamu? Kenapa?

REINER

Karena aku udah punya wanita lain.

Mata Raina mulai memerah. Lalu dia menggeleng pelan.

RAINA

Enggak mungkin. Aku tau kamu bukan laki-laki yang seperti itu. Pasti ada alasan kenapa kamu kayak gini.

REINER

Terserah kamu mau bilang apa. Yang jelas kita udah enggak mungkin bisa bareng-bareng. Aku adalah pria beristri.

Reiner berdiri dan Raina juga buru-buru berdiri untuk menahan lengannya.

RAINA

Oke, kamu udah punya wanita lain. Tapi sekarang aku minta buat bilang ‘aku udah enggak mencintai kamu’. Tatap mata aku saat kamu ngucapin kalimat itu.

Reiner menatap wajah Raina dengan lekat. Mata Reiner juga sudah memerah seperti Raina.

REINER

Aku ...

Reiner tampak ragu untuk mengucapkan apa yang diminta Raina.

REINER (CONT’D)

Udah enggak ...
(beat)
Mencintai kamu lagi.

Air mata Raina menetes dengan cepat. Bersamaan dengan itu tangannya melepas lengan Reiner yang tadinya dia genggam.

RAINA

Oke, berarti kamu enggak keberatan kalaua aku nikah sama laki-laki lain.

Reiner menatap wajah Raina dengan lekat.

REINER

Enggak.
(beat)
Aku enggak keberatan.

CUT TO

69.INT. HOTEL – KAMAR – SORE

Kita melihat Raina sedang mengacak-acak seluruh bagian kamar hotel sampai berantakan. Raina tampak histeris bercampur marah. Dia berteriak kesal. Lalu Raina duduk di lantai sambil bersandar di ujung kasur. Raina menjambak rambutnya dan menangis.

Kemudian datanglah Radit yang langsung terkejut saat melihat kamar hotel berantakan. Fokus Radit berpindah ke Raina dan langsung menghampirinya. Radit berjongkok di sebelah Raina. Dia tampak ingin memeluk Raina, tapi masih ragu. Akhirnya Radit menepuk bahu Raina dengan pelan.

DISSOLVE TO

ACT 3

70.INT. RUMAH RAINA – RUANG MAKAN – PAGI

Rita dan Rudi sedang menyantap sarapan. Lalu Raina datang dari arah anak tangga dengan tergesa-gesa. Raina berdiri di antara kursi mama dan papanya.

RAINA

Aku mau nikah sama Radit.

Rita dan Rudi terkejut. Mereka saling pandang.

DISSOLVE TO

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar