Pesan di Lembar Terakhir
3. Scene 21-30 (Berpikir Negatif)

21.EXT. RUMAH RAINA – GERBANG – MALAM

Kita melihat Raina baru saja keluar dari gerbang. Secara bersamaan Rita dan RUDI (48) keluar dari mobil yang baru selesai parkir di depan gerbang.

RITA

Kamu mau ke mana malem-malem gini?

RAINA

Ke rumah Nana, Ma.

RITA

Kan bisa lewat telpon. Ada perlu apa sih?

RAINA

Rain Cuma mau nanya sesuatu sama Nana. Takut enggak jelas kalo lewat telpon. Udah ya, Ma. Nanti Nana keburu tidur.

Raina buru-buru meninggalkan mama dan papanya. Terlihat Rita ingin menghalangi Raina, tapi Rudi menahannya.

RUDI

Udah biarin, Ma. Paling mereka Cuma ngobrol biasa. Enggak mungkin kan, kita terus-terusan mengurung Raina di rumah aja.

RITA

(cemas)

Tapi, Pa. Kalo nanti Nana tau suatu hal tentang Reiner dan ...

RUDI

Enggak akan. Cuma kita yang tahu. Nana enggak tau apa-apa. Yaudah yuk, kita masuk.

Wajah Rita tampak cemas.

CUT TO

22.INT. RUMAH NANA – KAMAR NANA – MALAM

Kita melihat NANA (26) sedang mengetik sesuatu di laptopnya. Sedangkan Raina duduk bersila di ujung kasur di belakang Nana.

NANA

Elo udah coba hubungin nomor keluarganya?

RAINA

Udah, Na. Dan nomornya enggak ada yang aktif. Gue juga kan, emang jarang nelpon-nelpon nyokap atau adeknya.

Nana menutup laptopnya, lalu memutar kursi menghadap Raina.

NANA

Terus elo mau ke Bandung?

Raina mengangguk. Sejak tadi wajahnya cemas dan gelisah.

NANA (CONT’D)

Emang dibolehin sama nyokap bokap lo?

RAINA

Itu dia, Na. Kemaren gue udah pake alibi si Radit buat ke rumah Reiner. Tapi ...

NANA

Tunggu-tunggu. Radit siapa nih?

Raina menghela napas frustrasi sambil memandangi Nana dengan wajah lemas.

CUT TO

23.EXT/INT. SEKOLAH – KORIDOR – SORE (FLASHBACK)

Kita melihat suasana koridor sudah sepi. Raina berjalan menghampiri Reiner yang sedang berbicara sesuatu dengan SEORANG SISWI di depan ruang OSIS. Raina melihat sinis ke Reiner yang berdiri terlalu dekat dengan siswi itu.

RAINA

(agak ketus)

Udahan rapat OSIS-nya?

REINER

Udah, kok. Bentar ya.

SEORANG SISWI

Yaudah, Kak. Kalo gitu aku coba kasih laporan rapat hari ini ke Bu Mira, ya.

Reiner mengangguk, lalu seorang siswi itu pergi. Raina melirik siswi itu dengan sinis.

RAINA

Siapa tuh?

REINER

Tarla maksud kamu?

Raina berjalan lebih dulu. Lalu Reiner mengikutinya.

REINER (CONT’D)

Emangnya kamu enggak tau siapa Tarla?

RAINA

Penting ya, aku tau siapa dia?

Reiner terkekeh geli. Dia tampak gemas melihat ekspresi Raina yang cemberut. Dari yang kita tahu, Reiner sadar kalau Raina sedang cemburu.

REINER

Bukan soal penting enggak penting. Tapi satu sekolah ini tau siapa Tarla kecuali kamu. Dia itu ketua OSIS angakatan sekarang. Kamu beneran enggak tau?

RAINA

Oh, cuma ketua OSIS. Kirain siapa sampai aku juga harus tau siapa dia. Enggak penting buat aku kalo begitu. Karena bagi aku, yang penting itu ...

Raina berhenti, begitupun Reiner yang menatapnya dengan semringah.

REINER

Apa yang penting buat kamu?

RAINA

Yang perlu aku tau cuma kamu milik aku. Reiner punyanya Raina seorang.

Reiner terkikik geli dan Raina senyam-senyum. Mereka kembali berjalan pelan.

REINER

Terus maksud muka jutek tadi itu, karena kamu cemburu sama Tarla?

RAINA

Ya, abis kamu sama dia terlalu nempel ngobrolnya. Kan bisa jaga jarak beberapa langkah.

Reiner terkekeh geli.

REINER

Kamu tau enggak Rain?

RAINA

Soal apa?

REINER

Setelah beberapa hari masa orientasi angkatan kamu waktu itu, Tarla itu kan ngelamar jadi anggota OSIS. Dan kebetulan dia satu kelas sama kamu. So, aku minta dia buat jadi mata dan telinga aku. Aku suruh dia cari tahu semua hal tentang kamu. Jadi bisa dibilang, Tarla adalah orang yang berjasa untuk hubungan kita.

Raina menghentikan jalannya. Dia menatap Reiner serius lalu hendak berbalik ke jalan sebelumnya. Cepat-cepat Reiner menahan lengannya.

REINER (CONT'D)

Kamu mau ke mana?

RAINA

Mau nyamperin Tarla, terus bilang makasih.

Reiner tertawa geli.

REINER

Gemes banget sih, kamu. Udah biar besok aku yang sampein ucapan terimakasih kamu ke dia ya.

Raina mengangguk. Kemudian Reiner menggandeng tangan Raina. Mereka kembali berjalan.

REINER (CONT’D)

Makanya, Rain. Jangan suka negatif thinking dulu kalo enggak tau yang sebenernya.

RAINA

Iya-iya.

DISSOLVE TO

24.INT. RUMAH RAINA – KAMAR RAINA – MALAM

Kita melihat Raina sedang berbaring dengan posisi menyamping sambil melihat-lihat foto dirinya bersama Reiner di ponsel.

RAINA

Kalo kayak gini, gimana aku enggak mau berpikiran negatif.

CUT TO

25.INT. RUMAH RAINA – RUANG MAKAN – PAGI

Kita melihat Rita dan Rudi sedang menyantap sarapannya. Lalu Raina yang sudah berpakaian rapi terlihat menuruni anak tangga. Dia duduk di ruang makan dan memandang mama papanya dengan serius.

RAINA

Aku mau ke rumah orang tua Reiner di Bandung.

Rita dan Rudi saling pandang.

RAINA (CONT’D)

Walaupun kalian ngelarang, aku tetep mau ke sana.

RITA

Rain ...

RAINA

Ma ... hari pernikahanku udah seminggu lagi. Undangan udah harus disebar. Jadi aku perlu tau gimana keadaan Reiner sekarang. Enggak biasanya dia lost contact lebih dari tiga hari begini.

RUDI

Soal undangan, kita bisa tunda dulu.

Raina mengerutkan kening tampak bingung memandangi papanya.

RAINA

Enggak bisa gitu, Pa. Yang udah dijadwalin sebelumnya, ya harus dilakuin. Aku Cuma perlu cari tau kabar Reiner aja kok. Siapa tau dia emang lagi cari inspirasi di Bandung buat tulisannya.

Mbok Iyem datang dari arah luar.

MBOK IYEM

Permisi, Nyonya Tuan. Di luar ada Mas Radit.

RITA (KE RAINA)

Kalo kamu tetep kekeh mau ke Bandung. Kamu harus pergi sama Radit.

RAINA

Ma ... Kenapa harus sama dia lagi sih?

RITA

Kalau gitu kamu enggak boleh pergi. Mama bakalan kunciin kamu di kamar.

RAINA

Ma! Raina bukan anak kecil.

Suasana pun tampak tegang.

CUT TO

26.EXT. MOTOR – DALAM PERJALANAN – SORE (FLASHBACK)

Kita melihat Reiner sedang mengendarai motornya. Raina membonceng di belakang sambil memeluk pinggang Reiner. Mereka masih memakai seragam sekolah.

RAINA

Rei?!

Selama perjalanan, Raina dan Reiner mengeraskan suaranya karena suara berisik jalanan lebih mendominasi.

REINER

Apa, sayang?

RAINA

Sebenarnya apa, sih, yang bikin kamu suka sama aku? Padahal di sekolah banyak cewek cantik yang deketin kamu. Emang sih, aku lebih cantik dari mereka. Tapi, ya, aku cuma mau tau aja langsung dari kamu.

REINER

Sekarang aku tanya sama kamu. Kenapa kamu mau nerima aku sebagai pacar kamu? Padahal katanya banyak cowok ganteng yang selalu ngantri buat dapetin kamu. Tapi kenapa kamu pilih aku?

RAINA

Kok, malah jadi main tanya-tanyaan sih, Rei. Kalo begitu enggak akan ada yang jawab. Terus aja begini sampai nobita lulus SD.

Reiner tertawa geli.

REINER

Boleh enggak sih, aku berhentiin motornya dulu terus cubit pipi kamu.

RAINA

Jangan dong. Itu namanya tindakan kriminal karena termasuk kekerasan dalam pacaran.

CUT TO

27.EXT. JALANAN – SORE (CONT)

Reiner menghentikan motornya di pinggir jalan. Lalu dia turun dari motornya dan menghampiri Raina yang masih duduk di motor. Reiner memandangi wajah Raina, lalu mencubit pipi Raina dengan pelan.

REINER

Hal yang begini nih, yang bikin aku jadi takut.

RAINA

(bingung)

Takut apa?

REINER

Takut kehilangan kamu.

RAINA

Sama. Aku juga enggak tau gimana jadinya aku tanpa kamu.

Mereka sama-sama tersenyum. Reiner mengacak rambut Raina dengan gemas.

DISSOLVE TO

28.EXT/INT. MOBIL – DALAM PERJALANAN – SIANG (PRESENT DAY)

Kita melihat Radit sedang fokus mengendarai mobilnya. Lalu kita bergerak ke Raina yang memejamkan matanya, kemudian pelan-pelan terbangun.

RADIT

Udahan tidurnya?

RAINA

(ketus)

Kalo belum, enggak mungkin saya melek.

RADIT

Mau berenti di rest area dulu enggak? Ini udah waktunya makan siang.

RAINA

Enggak usah. Makin lama nanti sampenya.

RADIT

Yaudah kalo gitu.

Radit mengambil sesuatu di dashboard depan Raina. Terlihat Raina risi karena bisa melihat wajah Radit terlalu dekat.

RAINA

Ngapain sih?

Radit mengambil sekotak susu UHT dan menyerahkannya ke Raina.

RADIT

Buat ganjel perut.

Raina mengembalikan susu itu ke Radit.

RAINA

Enggak perlu.

CUT TO

29.EXT. SEBUAH RUMAH – SIANG

Kita melihat Raina dan Radit turun dari mobil. Mereka memperhatikan sebuah rumah sederhana yang tampak sepi dan kosong seperti tidak ada penghuni satupun.

RADIT

Kamu yakin ini rumahnya?

RAINA

Kalo enggak yakin, ngapain saya jauh-jauh mau ke sini?

RADIT

Mungkin karena kamu udah putus asa?

Raina menatap Radit sinis dan tajam.

RAINA

Enggak usah sok tau deh.

Raina berjalan memasuki area rumah yang gerbangnya tidak terkunci. Lalu Raina mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban. Sedangkan Radit mencoba melihat ke sekitar rumah yang tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Radit juga mengintip ke kaca jendela.

RADIT

Kayaknya enggak ada orang deh. Di dalem gelap dan barang-barangnya juga enggak ada.

Raina tampak bingung dan putus asa.

CUT TO

30.INT. RESTORAN – SORE

Kita melihat suasana restoran yang cukup ramai. Di salah satu meja tampak Radit sedang menyantap makanan. Namun, Raina hanya mengaduk makanannya sambil melamun.

RADIT

Makan dulu. Nanti kamu sakit dan enggak bisa nyari Reiner lagi.

Raina menyuap sedikit makanannya. Wajah Raina tampak pucat dan tiba-tiba saja dia merasakan sakit di perutnya.

RADIT (CONT'D)

Kamu kenapa?

Raina tidak menjawab. Dia terus merintih kesakitan, sampai akhirnya dia pingsan.

CUT TO

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar