Pesan di Lembar Terakhir
12. Scene 111-120 (Kebenaran)

111.EXT. VILLA - GERBANG - PAGI

Raina keluar dari mobil dengan tergesa-gesa. Dia menuju gerbang dan menekan bel di pojok sana.

RAINA

Rei! Reiner! Bukain pintunya! Aku tau kamu pasti di dalam kan?!

Dari dalam mobil, Radit keluar dan menghampiri Raina.

RADIT

Villanya sepi, Rain. Kayaknya Reiner juga udah enggak di sini deh.

Raina tampak bingung, gelisah, dan frustrasi.

RADIT (CONT'D)

Kamu yang tenang ya. Apa yang kamu cemaskan itu belum tentu terjadi. Semuanya cuma sekedar novel

INTERCUT TO

112.EXT/INT. VILLA - JALANAN - PAGI

Kita melihat sebuah mobil terparkir tidak jauh dari depan vila yang sekarang di depannya ada Raina dan Radit. Di dalam mobil itu ada Reva sedang memperhatikan Raina. Reva tampak berpikir keras. Lalu akhirnya Reva keluar dari mobil menghampiri Raina.

CUT TO

113.EXT. VILLA - GERBANG - PAGI (BACK TO)

Radit berhasil membujuk Raina untuk masuk ke mobil. Namun sebelum Raina membuka pintu, Reva datang menghampiri. Raina langsung buru-buru mendekat ke Reva.

RAINA

Reiner mana?

Reva terdiam. Mata Raina berkaca-kaca sambil menatap Reva dengan nanar.

RAINA (CONT'D)

Aku enggak peduli kamu istrinya Reiner atau bukan. Yang penting sekarang aku cuma mau ketemu Reiner.

REVA

Apa ... kamu lupa sama aku, Rain?

Kening Raina berkerut. Dia tampak bingung menatap Reva.

RAINA

Emang kita pernah ketemu?

REVA

Kita belum pernah ketemu, tapi aku yakin kalau kakak aku pernah cerita beberapa kali tentang aku dan mama.

RAINA

Kakak kamu ?
(beat)
Kamu adiknya Reiner?

Reva mengangguk.

REVA

Selama ini kamu salah paham. Dan Kak Reiner sengaja membiarkan hal itu demi bisa menjauh dari kamu.

Air mata Raina menetes sambil menggelengkan kepalanya.

RAINA

Sekarang di mana Reiner? Please ... aku mau ketemu sama dia.

Reva dan Raina saling menatap.

CUT TO

114.EXT/INT. MOBIL - DALAM PERJALANAN - SIANG

Kita melihat Radit mengendarai mobilnya dengan cepat. Dia menoleh ke Raina dengan wajah cemas. Sedangkan Raina matanya sudah memerah. Sesekali air matanya jatuh, tapi dengan cepat pula Raina menghapusnya.

REINER (V.O)

Re berbohong pada Ra. Dia tidak pernah mencintai wanita lain kecuali Ra. Jadi mana mungkin kalau Re menikah dengan wanita selain Ra. Semuanya demi Ra. Karena Re tidak ingin jika Ra mengetahui kebenarannya. Jika ternyata ...

Air mata Raina semakin deras.

RAINA

Dit, tolong cepetan ya mobilnya.

RADIT

Iya, Rain.

CUT TO

115.INT. RUMAH SAKIT - BANGSAL - SIANG

Suasana salah satu bangsal cukup padat dengan pasien dan perawat yang berlalu-lalang. Di antaranya ada Raina yang mengikuti Reva dari belakang. Di sebelah Raina ada Radit yang tidak berhenti memperhatikannya dengan cemas.

REINER (V.O)

Masa depan yang Re impikan bersama Ra hancur dengan satu kalimat pria berjubah putih itu. Hanya satu yang dipikirkan Re ketika untuk pertama kalinya dia tahu kalau hidupnya sudah di ujung tanduk. Bagaimana dengan Ra?

Air mata Raina terus mengalir. Radit yang melihatnya tampak tidak tega. Radit ingin menggenggam tangan Raina, tapi tidak dia lakukan.

CUT TO

116.EXT/INT. RUMAH SAKIT – DEPAN KAMAR RAWAT – SIANG

Reva sudah sampai di depan sebuah kamar rawat. Dia berhenti tepat di depan pintu. Reva berbalik menghadap Raina yang tampak gugup.

REVA

Ini kamarnya Kak Reiner. Kamu masuk aja. Biar aku tunggu di sini.

RADIT

Aku juga tunggu di sini ya, Rain.

Raina hanya memandang Radit dengan perasaan tidak enak. Lalu Radit mengangguk.

RAINA

Makasih ya, Dit.

Radit tersenyum. Kemudian Raina mengembuskan napasnya baru dia membuka pintu dengan gugup.

CUT TO

117.INT. RUMAH SAKIT – KAMAR RAWAT – SIANG

Raina membuka pintu dengan perlahan. Dia melangkah masuk ke kamar rawat dan melihat ke arah Reiner yang tertidur di ranjang pasien.

REINER (V.O)

Kebodohan terbesar Re adalah mengabaikan semua rasa sakit yang selama ini diam-diam sudah merajai tubuhnya. Re masih berharap kalau pikiran buruk itu hanya penghalang untuk hari indahnya bersama Ra.

Pelan-pelan Raina mendekat dengan mata merah dan berkaca-kaca. Kita fokus pada bibirnya yang bergetar menahan tangis. Hidung Reiner dipasang selang oksigen dan wajahnya tampak pucat. Reiner juga memakan topi rajut sampai tidak ada sehelai rambut pun yang terlihat.

REINER (V.O)

Namun ternyata, setelah kenyataan benar-benar ada di depannya, Re hanya bisa menangis dalam diam. Memikirkan bagaimana dia bisa meninggalkan Ra? Cara apa yang akan digunakannya agar Ra tidak menangis setetespun saat perpisahan itu terjadi? Mustahil.

Raina sudah berdiri di sebelah Reiner. Raina menggerakan tangannya yang bergetar menuju tangan Reiner yang pucat. Raina terisak tanpa suara. Dia membekap mulutnya.

CUT TO

118.EXT/INT. MOBIL – DEPAN RUMAH RAINA – MALAM

Radit mematikan mesin mobilnya ketika sudah sampai di depan gerbang rumah Raina. Dia melihat ke arah Raina yang tertidur. Radit memperhatikan wajah Raina dengan sedih. Radit merapikan anak rambut Raina yang sdikit menghalangi wajahnya.

Radit keluar dari mobil dan menghampiri pintu penumpang. Lalu menggendong tubuh Raina dengan penuh hati-hati.

CUT TO

119.INT. RUMAH RAINA – KAMAR RAINA – MALAM

Kita melihat Radit menggendong Raina. Sampai di ranjang, Radit pelan-pelan meletakan tubuh Raina ke atas kasur. Lalu menyelimuti tubuh Raina. Radit duduk di sebelah Raina dan memandangi wajah Raina.

Beberapa saat kemudian, Raina yang masih tertidur tampak mengeluarkan setetes air mata. Radit menghapusnya pelan-pelan.

RADIT (V.O)

Maafin aku, Rain. Aku enggak melakukan apa-apa untuk kamu.

DISSOLVE TO

120.INT. KANTOR – LOBBY - PAGI

Kita melihat Radit keluar dari lift. Dia berlari ke arah sofa lobby. Di sana sudah ada Raina.

RADIT

Rain? Kamu kok enggak bilang dulu kalau mau ke sini? Ada apa?

RAINA

Ada yang mau aku omongin sama kamu.

RADIT

Apa enggak bisa di rumah aja?

Radit melirik jam di pergelangan tangannya.

RADIT (CONT’D)

Sebentar lagi saya mau meeting soalnya.

RAINA

Sebentar aja. Aku cuma perlu waktu 5 menit.

Radit duduk di sofa dekat Raina.

RADIT

Oke. Kamu mau ngomong apa?

Raina tampak sedikit ragu.

RAINA

Aku ... mau ke Bandung.

Radit terdiam beberapa saat. Dia sudah tampak tahu apa yang akan dibicarakan Raina. Lalu Radit mengangguk sambil tersenyum tipis.

RADIT

Selesai meeting, saya antar kamu ya.

RAINA

Enggak usah. Aku sendiri aja. Ada supir yang antar aku. Aku ke sini mau minta ijin kamu ... sebagai suamiku.

RADIT

Yaudah. Hati-hati ya.

Raina mengagguk sambil tersenyum lega.

CUT TO

 

 

 






Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar