Pesan di Lembar Terakhir
6. Scene 51-60 (Bayangan)

51.MONTAGE – TAMAN BERMAIN – FLASHBACK

A. Di depan pintu masuk, Raina menggandeng tangan Reiner dan berjalan ke arah dalam.

B. Raina dan Reiner menaiki wahana komidi puter.

C. Raina dan Reiner menaiki roller coaster. Mereka selalu bergandengan tangan.

D. Raina dan Reiner masuk ke istana boneka.

CUT TO

52.EXT. TAMAN BERMAIN – KINCIR ANGIN – SIANG (CONT)

ESTABLISH : SELURUH AREA TAMAN BERMAIN DARI ATAS

Kita melihat Raina dan Reiner berada di salah satu kabin kincir angin yang berputar lambat. Mereka duduk berhadapan. Raina tampak semringah sambil melihat ke arah luar kincir angin. Sedangkan Reiner memperhatikan Raina dengan tersenyum.

REINER

Kamu enggak takut ada di ketinggian kayak gini?

Raina tidak menoleh ke Reiner. Dia terlalu asyik melihat pemandangan di bawah sana.

RAINA

Apa yang perlu ditakutin dengan tempat sekeren ini.

REINER

Emangnya kamu belum pernah naik ini?

Raina menoleh ke arah Reiner.

RAINA

Kalo belum pernah, emangnya enggak boleh aku kesininya baru sekarang?

Reiner tersenyum.

REINER

Setelah naik ini, kamu mau ngelakuin apa lagi?

Raina tampak berpikir, lalu tersenyum penuh arti.

CUT TO

53.EXT. TAMAN BERMAIN – SORE

Kita melihat Raina dan Reiner berjalan di tengah keramaian taman bermain. Mereka sedang memakan es krim. Kemudian di dekat tempat duduk, Reiner berhenti diikuti Raina.

RAINA

Ada apa?

REINER

Kamu tunggu di sini dulu ya. Aku mau ke toilet. Kebelet.

Raina terkekeh geli.

RAINA

Dasar. Mau ke toilet aja pake bikin orang panik. Yaudah sana buruan.

REINER

Kamu jangan ke mana-mana ya. Di sini aja.

RAINA

Iya. Emangnya aku mau ke mana sih. Udah cepetan sana.

Reiner memberikan es krim miliknya ke Raina. Reiner pun berlari meninggalkan Raina yang duduk di bangku dekatnya.

DISSOLVE TO

54.INT. RUMAH RAINA – DAPUR – PAGI (PRESENT DAY)

Kita melihat Raina sedang duduk di kursi konter sambil melamun. Di depannya ada kotak es krim yang terbuka.

RAINA (V.O)

Kamu nyuruh aku jangan ke mana-mana, tapi malah kamu yang ninggalin aku.

Kemudian TERDENGAR SUARA Rita dari arah kamar utama.

RITA (O.S)

Iya. Semuanya dibatalin aja. Saya akan ganti rugi semua biaya yang udah dikeluarkan WO-nya.

Lalu Rita muncul di hadapan Raina. Rita buru-buru mematikan panggilannya di ponsel. Rita tampak terkejut.

RAINA

Mama enggak berhak batalin acara pernikahan aku sama Reiner.

RITA

Raina ... udah jelas-jelas Reiner bilang kalo dia sudah menikah denganw wanita lain. Jadi buat apa kamu masih berharap sama pernikahan yang enggak akan pernah terjadi?

RAINA

Belum ada yang pasti sampai aku liat dengan mata kepala aku sendiri, Ma. Bisa aja Reiner cuma bohongin aku.

RITA

Kamu yang bohongin diri kamu sendiri, Rain.

Mata Raina merah dan berkaca-kaca. Dia mengepalkan tangannya dengan kuat.

REINER (O.S)

Perasaan Ra pun hancur ketika pernikahannya yang sudah di depan mata, akhirnya musnah tak terelakan.

CUT TO

55.EXT. VILLA – BALKON – PAGI

Kita melihat Reiner sedang duduk di kursi sambil mengetik sesuatu di layar laptopnya. Dia tampak fokus.

REINER (V.O)

Di sisi lain, Re juga merasakan hal yang lebih menyakitkan. Dia harus meninggalkan Ra dengan alasan terpedih yang dibuatnya.

Reiner berhenti mengetik. Dia hanya memandangi layar laptopnya. Lalu dia menutup laptopnya. Reiner menunduk dengan menopang keningnya menggunakan genggaman tangannya.

Reiner terkejut ketika Reva datang dengan meletakan jaket tebal di belakang punggungnya. Reva duduk di kursi kosong depan Reiner.

REVA

Udah sampai mana novelnya?

REINER

Pertengahan.

REVA

Udah boleh aku baca?

Reiner menggeleng.

REINER

Jangan dulu. Nanti aja kalo udah selesai.

REVA

Kali ini tentang apa? Cinta anak SMA? Anak kuliahan? Atau pernikahan?

Reiner memandangi wajah Reva.

DISSOLVE TO

56.INT. RUMAH RAINA – RUANG TENGAH – MALAM (FLASHBACK)

Kita melihat Reiner sedang duduk di karpet sambil mengetik sesuatu di laptopnya. Lalu dari belakang Raina datang sambil membawakan secangkir teh hangat dan meletakannya di meja. Raina duduk di dekat Reiner dan menggelayuti bahunya.

RAINA

Kali ini ceritanya tentang apa?

REINER

Nanti ya, kalo udah terbit dan ada di toko buku.

RAINA

(merajuk)

Yah, kok gitu? Emangnya enggak ada pengecualian buat pacar penulisnya? Harusnya aku bisa baca duluan sebelum bukunya beredar buat umum.

Reiner menghentikan ketikannya. Dia menghadap ke arah Raina.

REINER

Ceritanya tentang pasangan suami istri yang melakukan perjalanan ke seluruh Indonesia.

RAINA

Wah, seru dong. Pasti berasa kayak lagi jalan-jalan gitu kan?

Reiner mengangguk sambil tersenyum.

RAINA (CONT’D)

Nanti kita juga gitu ya?

Reiner mengangguk lalu memeluk Raina.

CUT TO

57.INT. VILLA – PAGI (PRESENT DAY)

Kita melihat Reiner dan Reva sedang menyantap sarapan. Suasana tampak hening karena tidak ada obrolan. Lalu ponsel Reiner yang ia letakan di sebelah piringnya pun berdering. Terlihat ‘nomor tak dikenal’ di layar ponselnya dan membuat Reiner mengerutkan dahi.

Reva melihat ke arah Reiner yang tampak bingung.

REVA

Kenapa enggak diangkat?

Reiner memandang Reva sebentar, lalu menerima panggilan di ponselnya.

REINER

Halo?

INTERCUT TO

58.EXT/INT. DALAM MOBIL – DEPAN RUMAH SAKIT

Radit sedang berada di dalam mobilnya yang berhenti di depan rumah sakit. Dia sedang menelepon Reiner.

RADIT

Reiner?

REINER

Iya, saya. Anda siapa?

RADIT

Saya yang menemani Raina kemarin di rumah sakit. Kalau kamu sadar, kamu pasti melihat saya.

REINER

Ada apa?

RADIT

Saya mau ketemu. Sekarang saya ada di depan rumah sakit kemarin. Kalau kamu tidak ingin bertemu Raina, dia tidak ikut. Saya sendiri.

REINER

Ada perlu apa Anda bertemu saya?

RADIT

Kalau kamu mau tau, jelas kamu harus menemui saya di sini. Saya tunggu sekarang juga. Jangan bikin saya menyesal udah jauh-jauh ke Bandung hanya untuk bertemu kamu.

Radit menutup panggilan. Tidak lama kemudian ada sebuah pesan di ponselnya dari Reiner.

REINER (ON MESSAGE)

Kita ketemu di ‘Kafe The Last’ Jln Braga No 6.

Radit menutup ponselnya dan segera melajukan mobilnya.

CUT TO

59.INT. RUMAH RAINA – KAMAR RAINA – PAGI

Kita melihat Raina masih terlelap di ranjangnya. Ada Nana di sebelah Raina, berusaha membangunkannya.

NANA

Rain, bangun yuk. Weekend nih. Kita nge-mall.

Raina hanya menggeliat sebentar, lalu kembali memeluk guling dengan malas-malasan.

NANA (CONT’D)

Rain, ayo bangun.

RAINA

(serak)

Enggak mau. Gue masih ngantuk.

NANA

Enggak usah alesan. Kata Tante Rita udah dua hari elo di kamar aja. Buruan deh rapi-rapi, masih ada hal yang menyenangkan yang bisa elo lakuin sama gue.

Raina menyibak selimutnya. Dia bangun dengan malas-malasan.

RAINA

Gue enggak butuh nge-Mall, Na. Gue cuma butuh ketemu Reiner.

NANA

Yaudah, ayo ketemu Reiner. Kita ke Bandung sekarang.

RAINA

Terus, setelah sampai sana? Gue harus geledah setiap sudut di Bandung?

NANA

Emang elo enggak tau alamat Reiner di sana?

RAINA

Gue tau alamat rumah orang tuanya, tapi enggak ada orang di sana.

Nana tampak berpikir sambil memandangi wajah Raina.

NANA

Yaudah, nanti kita pikirin lagi gimana caranya ketemu Reiner. Sekarang elo rapi-rapi, gue tunggu di meja makan. Nyokap gue bawain pancake durian buat elo.

CUT TO

60.INT. KAFE – PAGI

Kita melihat suasana kafe yang masih sepi. Reiner dan Radit sudah duduk saling berhadapan. Mereka tampak serius.

REINER

Apa yang mau Anda bicarakan? Saya enggak bisa lama-lama.

RADIT

Oke, saya akan langsung ke intinya.
(beat)
Temui Raina.

REINER

Kemarin kami sudah bertemu dan bicara.

RADIT

Lagi. Secara baik-baik untuk membicarakan perpisahan kalian dengan benar.

Reiner terdiam.

REINER

Saya enggak bisa.

RADIT

Kenapa? Apa karena kamu takut kalau kamu tidak bisa melepaskan Raina?

Reiner terdiam lagi.

RADIT (CONT’D)

Saya sudah tau alasan kamu meninggalkan Raina. Kamu hanya perlu memperkuat alasan itu agar Raina bisa melupakan kamu. Dengan begitu, saya bisa mulai masuk ke hatinya Raina.

Diam-diam Reiner mengepalkan tangannya dengan kuat. Matanya mulai memerah, menahan sebuah amarah.

CUT TO

 

 

 

 

  

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar