LORD OSIS
15. Martabak Manis Buat Si Manis

1. EXT. LAPANGAN — SIANG

Sabtu siang yang terik ini, Rafa dan Zoya menghadiri acara pensi yang diadakan oleh SMA 60 Jakarta. Rafa menunjukkan wajah sumringah, berbanding terbalik dengan Zoya yang cemberut dan malas melihat partner kerjanya.


RAFA
Senyum dong, Lord. Kita disini buat senang-senang loh. (Menatap Zoya)


ZOYA
Tahu ah. Lu tuh sukanya ngotot! Kesel gue.


RAFA
Nanti gue traktir deh. Lu mau beli apa? Tuh stand makanannya banyak banget dah. Lord tinggal milih.


ZOYA
Gak. Ntar gue tambah gendut.


RAFA
Loh, justru disini lu gak usah diet. (Cekikikan)


ZOYA
Sudah ah. Gue mau duduk.


RAFA
Yahh. Itu ada boba, thai tea, jus. Gak mau beli kesana?


ZOYA
Gak gak. Gue mau duduk. Ayo sini!


Mereka akhirnya duduk di tempat yang telah disediakan. Mereka duduk di bangku VIP yang posisinya paling depan, berdekatan dengan panggung. Saat duduk, Zoya berkenalan dengan beberapa OSIS dari sekolah lain. Sedangkan Rafa bertemu dengan Ketua OSIS dari SMA 60 Jakarta.


RAFA
Oh, gue Ketua 1. Itu ketos umum di sekolah gue. Zoy.


ZOYA
(Menoleh ke arah Rafa. Berdiri. Tersenyum)


RAFA
Nih kenalin. Ketos SMA 60, Argan. Gan, kenalin ini Zoya, ketos SMA 55.


ARGAN
Wah. Halo. Saya Argan. (Menyatukan telapak tangan)


ZOYA
Halo Argan. Saya Zoya.


RAFA
Ini teman SD gue, Zoy.


ARGAN
Iya. Sudah lama gak ketemu ya, Raf. Eh, sekolah kalian kapan ngadain pensi?


ZOYA
Kayaknya nanti bulan Februari.


ARGAN
Oh, gitu. (Mengangguk) Oh iya, mumpung kalian disini. Kalau kalian lapar atau haus... Kalian bisa langsung ke stand-stand disana.


RAFA
(Menunjuk ke Zoya) Dia tadi gue ajakin, kagak mau.


ZOYA
(Menyengir) Haha, iya, Argan. Gue masih kenyang, nanti aja.


FORZA (O.S.)
Woi! Rafa!


RAFA & ARGAN
(Berbalik badan)


ZOYA (V.O.)
(Melihat ke arah Forza. Pupil membesar) Dia lagi.(Menghindari kontak mata dengan Forza)


FORZA
(Mendekati Rafa) Hei. Selamat datang di Night Party!


RAFA
Yaelah. (Bertos ria dengan Forza) Ini masih siang, Za!


FORZA
Loh. Makanya itu... Tunggu disini sampai malam. Semakin malam, semakin asoy!


RAFA
Wah. Gue sih mau. Tapi partner gue... (Menoleh ke Zoya. Menyengir) Gimana, Zoy?


ZOYA
(Menahan kaget. Mata melebar) Hm? Apa?


FORZA
Oh, kalau Zoya tuh. Seingetku, dulu orang tuanya lumayan strict. Pulang gak boleh malam. Ya kan?


RAFA
Kok lu tahu?


FORZA
Ya, gue satu SD sama Zoya.


RAFA
(Diam sejenak)


ZOYA
(Tatapan tajam. Menggigit bibir bawah) Ish! Ni anak kenapa sih?! 


RAFA
Berarti lu kenal Dafin?


FORZA
Huum. Dia sering ribut sama gue, gara-gara rebutan Zoya. Hahaha!


RAFA
Hah?


ZOYA
Oh hehe, itu- tuh biasalah, masih kecil. Rebutan teman.


FORZA
Nah bener. Terus gue aja yang ngalah. Biar Dafin sama Zoya barengan terus.


ZOYA
Kenapa? Kenapa lu biarin gue sama dia?


RAFA
Karena lu (menunjuk Forza) lu sama kakel? Gitu?


FORZA
Iya dong. Awalnya temenan sih. Terus gue ngerasa cocok, nyaman sama kakel itu. Terus jadian deh. (Menyimpulkan senyum) 


RAFA
Ck. Hobi banget jadi brondong.


ZOYA
(Berbalik badan. Wajah dengan raut sedih. Tanpa permisi langsung duduk kembali)


FORZA
Nanti kalau butuh apa-apa, hubungi gue ya. Gue mau ke sana.


RAFA
Oh, iya ya. Kenapa keburu banget sih? Lu mau kemana?


FORZA
Mau ke ayang beb. Bye, Raf! (Berlari. Melambaikan tangan. Tersenyum lebar)


RAFA
Ya ampun. Yoi! Bye! (Melambaikan tangan)


Rafa kembali duduk di samping Zoya. Dia celingak-celinguk ke depan, kanan dan kiri.


ZOYA
Lu nyari siapa? Rosmalia? (Wajah kesal dan nada suara yang kesal)


RAFA
Hehe. Iya.


ZOYA
(Menghembuskan nafas) Habis salat ashar, gue pulang.


RAFA
Lah? Seriusan, Zoy?


ZOYA
Iya, serius!


RAFA
Zoy. Balik habis maghrib aja. Ya ya ya?


ZOYA
(Menatap netra Rafa sejenak) Gak.


RAFA
Please, Lord. Lu bebas mau beli apa, terserah, nanti gue yang traktir. Ya ya ya?


ZOYA
Ya udah. Gue bisa pulang sendiri. Lu tungguin aja mantan lu itu. Beres 'kan?


RAFA
(Menghela nafas. Hampir menyerah membujuk Zoya) Gak mau. Kita kesini barengan, pulang ya juga barengan dong. Emangnya gue si Forza, yang ninggalin lu sama si pinter ngibul itu.


ZOYA
Hah? Siapa yang pinter ngibul?


RAFA
Dafin.


ZOYA
Lu sekali lagi ngata-ngatain sahabat gue, gue beneran pulang sekarang nih!


RAFA
E-eh eh! Canda, Lord.


Zoya memalingkan pandangannya dari Rafa, dan memilih fokus menatap panggung yang sedang menampilkan band.


RAFA
(Mendekatkan kepala. Berbisik ke Zoya) Zoy. Kok lu gak cerita ke gue...


ZOYA
(Kukuh tak menoleh ke Rafa) Hm?


RAFA
Kalau lu kenal Forza.


ZOYA
Emang kenapa? Masalah buat lu?


RAFA
Dulu kalian lumayan dekat. Tapi pas ketemu sekarang, jadi agak canggung ya?


ZOYA
(Menghembuskan nafas) Biar lu gak tanya-tanya lagi. Huft...


RAFA
Ada apa? (Semakin mendekat. Pandangan tetap ke arah panggung)


ZOYA
Dulu Forza itu... He was my crush.


RAFA
(Terbelalak. Menoleh ke Zoya) Lu? Sama Forza?


ZOYA
Yaa... namanya juga dekat, ya gue jadi suka dong. Dia itu humoris, friendly parah, paling depan buat ngelindungin gue. Kalau diinget, dulu tuh Forza sama Dafin berasa kayak bodyguard gue.


RAFA
Terus... lu suka sama dia?


ZOYA
Yes. Gue gak bisa jauh-jauh dari dia. Tiap dia deket sama yang lain, gue langsung kesel sama dia. Tapi reaksinya, lu pasti bisa nebak, 'kan?


RAFA
Si ngaco itu pasti nyengir sambil cekikikan. Bener 'kan?


ZOYA
(Mengangguk)


RAFA
Gak jelas banget tuh anak. Sampe sekarang tingkahnya gak berubah, Zoy. Tetep gitu, gak peka. Pantesan aja dia dikit dikit cerita kalau pacarnya ngambek.


ZOYA
Terus, waktu gue mau putusin buat confess, eh keduluan sama dia yang cerita ke gue kalau dia sudah jadian sama kakel. Sejak itu, gue gak mau diajakin pulang bareng. Gue males lihat mukanya, tapi lu malah maksa gue buat kesini. Puas 'kan lu?


RAFA
Eh? (Kaget. Menoleh ke Zoya) Engga gitu maksudnya. Gue gue baru tahu setelah lu cerita. Sumpah dah.


ZOYA
Gak. Lu sengaja biar gue kepikiran masa lalu gue. Jujur aja deh, lu tuh sebenarnya sudah tahu cerita gue dari Forza, 'kan?


RAFA
Gue gak tahu, Lord. Gue juga gak tahu kalau dulu lu akrab banget sama dia.


ZOYA
Halah! Lu juga dekat sama Forza. Gak mungkin dia gak cerita apa-apa ke lu soal gue.


RAFA
Engga, Lord. Dia lebih sering cerita kocak, gak jelas yang dia alamin sehari-hari.


ZOYA
Duh. Diem lu. Capek gue. (Tangan kanan memegang dada kiri. Mengernyitkan dahi)


RAFA
Loh. Lord kenapa? (Salah satu tangan bersiap ikutan menyentuh dada Zoya)


ZOYA
Eh, apa?! (Menepis tangan Rafa. Posisi duduk menjauh) Geser. Jangan deket deket. (Wajah cemberut)


RAFA
(Bergumam) Astaghfirullah.


CUT TO:

2. EXT. LAPANGAN — SORE

Seusai salat ashar di masjid sekolah, Zoya mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok berkemeja hitam dengan jaket ber-hoodie kelabu. Tak butuh waktu lama, kedua netra Zoya berhasil melihat sosok itu sedang asyik mengobrol.


ZOYA (V.O.)
Ternyata Rafa disana. Kayaknya asyik banget ngobrol bareng Rosmalia ya? (Menunduk. Menghela nafas) Kalau gitu, aku cari ketos disini deh.


Zoya melangkah pergi dari masjid. Dia juga menjauhi tempat berdirinya Rafa. Menghilang di kerumunan para siswa yang mengantri di stand-stand makanan. Lalu masuk ke suatu ruangan.


CUT TO:

3. EXT. PELATARAN MASJID — SORE

Sejam kemudian, Rafa mulai panik. Dia menunggu Zoya hingga duduk di pelataran masjid. Namun yang ditunggu tak juga muncul.


RAFA
Masjid sudah sepi. Apa Zoya balik ke tempat duduknya ya? (Berdiri. Langsung berlari)


CUT TO:

4. EXT. LAPANGAN — SORE

Sesampainya di lapangan, Rafa bertemu Argan. Dia akan maju untuk duduk, tapi para siswa yang memenuhi bagian belakang justru menghalangi langkahnya menuju bangku depan. Alhasil Rafa hanya bisa pasrah.


RAFA
Yah. Gue gak bisa ke depan.


ARGAN
Oh, maaf ya. Mereka jadi agak semrawut.


RAFA
Gak apa. Moga partner gue gak ngamuk ke gue karena ditinggal, haha. (Gawai menempel di telinga. Bersiap menelpon Zoya)


ARGAN
Partner?


RAFA
(Mengangguk. Gawai masih menempel di telinga) Iya. Zoya.


ARGAN
Tadi. Itu. Zoya izin pamit duluan. Katanya masih ada kamu yang bisa wakilin dia.


RAFA
(Terbelalak) Hah?! (Panik. Segera mengecek gawainya dan mengetikkan sesuatu di gawai) Kapan Zoya bilang gitu, Gan?


ARGAN
Dia bilangnya... Pas tadi gue habis salat ashar.


RAFA (V.O.)
Ya ampun, Lord. Huft. Gue lupa... Kalau dia keras kepala banget! Sekalinya ada mau, harus dikabulin.


RAFA
Oke. Thanks infonya, Gan.


ARGAN
Yoi. Tapi lu tetep disini, 'kan?


RAFA
Iya. Gue mau ke sana dulu. Laper gue.


ARGAN
Gue temenin. Yok! Sekalian ngobrol.


RAFA
Wah, siap! Yok!


CUT TO:

5. INT. RUMAH ZOYA — MALAM

Zoya duduk di ruang tamu bersama buku-bukunya yang bertumpuk di atas meja. Dia juga sedang mengobrol dengan Dafin via telepon.


ZOYA
Terus hari kamisnya?

DAFIN
Hari kamis ada UH Bahasa Inggris, tugas Fisika, tugas Matematika, sama hafalan agama islam.


ZOYA
Oke.


DAFIN
Hari Jumat. Ada UH matematika sama biologi, terus cek suhu refrigerator.


ZOYA
Hah? Suhu apaan?


DAFIN
Eh, sorry. Itu tugasku di warung. Maaf, maaf, hehe.


ZOYA
Ya Allah, Dapin. (Tertawa) Emang si paling suhu soal kerjaan.


DAFIN
Hehe. Kalau gak ditulis gini, aku bisa lupa, Zoy.


ZOYA
Iya. Iya.


Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.


ZOYA
Eh. Sudah dulu ya, Dap. Assalamu'alaikum.


DAFIN
Waalaikumsalam.


RAFA
(Kepala muncul dari balik pintu) Harusnya aku yang bilang "Assalamu'alaikum!" (Tersenyum lebar)


ZOYA
(Teriak. Membuka buku gambar, lalu mengapit kepala dengan buku gambar.) Ih! Ngapain lu kesini?!


RAFA
Owh. Sorry, Lord. Gue cuma bentar kok. Ini, gue mau kasih ini. (Meletakkan sekantung plastik di atas meja. Duduk di sofa yang agak jauh dari Zoya)


ZOYA
Apa itu?


RAFA
Buka aja.


ZOYA
Gak mau.


RAFA
Hhm. Ini martabak manis, buat si senyum manis. (Tersenyum)


ZOYA
(Wajah datar) Gue sudah kenyang.


RAFA
Dicoba dulu, Zoy. Ini enak loh.


ZOYA
Nanti aja, setelah lu pergi dari sini.


RAFA
Oke. Gue cabut sekarang. Assalamu'alaikum.


ZOYA
Waalaikumsalam.


Rafa segera keluar dari rumah Zoya. Sedangkan Zoya membuka buku gambar yang mengapit kepala, lalu mengintip dari balik jendela rumahnya.


ZOYA (V.O.)
Thanks, Raf. (Tersenyum tipis)


DISSOLVE TO.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar