LORD OSIS
6. Voli Air

1. EXT. HALAMAN SEKOLAH — PAGI

Pagi ini, semua pengurus OSIS berbaris rapi dan memulai acara senam bersama. Musik berdetum kencang supaya menambah semangat gerakan tubuh. Instruktur senam pagi ini adalah Alex karena bagi teman-temannya, dia lumayan lincah. Di pojok belakang, ada Rafa beserta para OSIS senior lain yang tidak terlalu lincah bergerak karena mereka menyempatkan diri untuk saling berdiskusi.


RAFA
Berarti sudah siap semua ya?


ANDRA
Sudah kok. Kursi-kursinya ada di sebelah situ. Tepung buat hukuman juga sudah di meja itu. Balon airnya juga sudah di kresek dekat meja itu, Raf.


RAFA
Terus, itu, Ndra. Sedotan buat nanti, gimana?


ERTA
Beres. Gue sudah siapin. (Jempol)


ANDRA
Karetnya gak lu habisin, 'kan?


ERTA
(Menoleh ke Andra. Wajahnya menjadi kesal) Dih. Bukan gue yang habisin karetnya. Tanya tuh ke tiga orang disana. Mereka pakai karet buat rambut mereka. Gue mah, punya tali rambut sendiri, gak kayak si sok cakep disana itu!


Meski Erta berkerudung, dia tetap memakai tali rambut miliknya. Alhasil Andra melangkah pergi ke tiga perempuan yang dimaksud oleh Erta. Dia ingin mengantisipasi kurangnya karet untuk acara selanjutnya.


RAFA
Erta. Zoya mana?


ERTA
Masih di tenda.


RAFA
Kenapa?


ERTA
Masih siap-siap. Katanya semalem dia susah tidur. Makanya tadi habis subuh, molor lagi dia. (Menoleh ke arah tenda) Oh, tuh dia.


RAFA
(Menatap Zoya yang sedang sibuk menyapa teman-teman dari kejauhan)


ERTA
Woi! Gitu amat lu ngelihat Zoya! (Berbisik) Lu suka ya?


RAFA
Apaan... Engga ah. 


ERTA
Sebenarnya aneh aja sih kalau lu suka sama Zoya. Pacar lu 'kan sering gonta-ganti. Tinggal main tunjuk aja, tuh cewek-cewek pada kegirangan, ck.


RAFA
Haish. Itu cuma kelakuan fans gue aja yang ngaku jadi pacar gue.


ERTA
Kalau lu emang suka Zoya, ya gak apa. Eh, tapi saingan lu agak berat sih.


RAFA
Oh, Zoya sudah punya pacar?


ERTA
Gue gak tahu sih. Tapi di kelas, Zoya lumayan deket sama satu cowok ini yang juga tetangganya beda gang.


RAFA
Siapa?


ERTA
Dafin. Anak OSN Kimia.


RAFA
Oh, gue pernah denger, pas upacara dia yang maju itu, ya 'kan?


PIYO (O.S.)
Erta!


ERTA
(Berbalik badan. Meninggalkan Rafa tanpa pamit)


Rafa melihat kembali ke arah panggung. Senam masih berlanjut, tapi energi tubuh Rafa berkurang. Dia lebih memilih untuk melangkahkan kaki menuju Zoya.


RAFA (V.O.)
Lah. Kenapa gue jadi nyamperin dia sih?! 


Zoya melihat kedatangan Rafa dengan wajah datar. Namun Zoya tetap sibuk dengan pikirannya. Pandangannya dialihkan ke panggung. Meski musiknya enak untuk berjoget ria, tapi Zoya sedang malas menggerakkan sedikit badannya.


ANDRA
Eh, Zoy (Berbisik) Ternyata mereka OSIS senior, sama kayak kita. Tapi nih lihat kelakuannya. Karetnya tinggal segini dong!


ZOYA
Oalah. Masih cukup kok, Ndra. Tenang aja. (Mengangkat kaki kiri. Bersiap melangkah pergi)


RAFA
Zoya...


ZOYA
(Menoleh) Hm?


RAFA
Ada roti disana. Lu mungkin mau makan, biar gak lemes.


ANDRA
Ah, iya. Lu belum makan. Itu tuh minta ke Asti. 


ZOYA
Oke. Thanks.


Zoya berjalan dengan menyeret kakinya. Tak bisa dibohongi kalau Rafa menjadi khawatir dengan kondisi Zoya. Alhasil dia berinisiatif untuk merangkul Zoya.


RAFA
Lu gak apa-apa?


ZOYA
(Membelalakkan netra sedetik. Lalu melihat ke samping) Menurut lu? Menurut lu, gue harus senang gitu?


RAFA
Hah?


ZOYA
(Melepas rangkulan Rafa) Gue bisa sendiri, ini urusan gue. Katanya lu benci gue. Lu gak perlu sok baik ke gue.


RAFA
(Berdiri mematung sembari menatap punggung Zoya yang semakin menjauh. Menggeleng dan tak ambil pusing dengan omongan Zoya) Mungkin dia masih marah. Memang gue benci, tapi... gue gak tega sama Lord Zoya.


CUT TO:

2. EXT. HALAMAN SEKOLAH — PAGI

Acara selanjutnya yaitu games seru yang akan dimainkan oleh pengurus OSIS. Awalnya Zoya mengira kalau panitia tak akan ikut bermain. Nyatanya Zoya ditarik oleh Alex untuk bergabung. Hanya penanggung jawab games yang tidak ikut bermain.


Game pertama: Kursi panas. Di tengah mereka telah disiapkan kursi-kursi yang disusun melingkar. Nantinya para peserta akan mengelilingi kursi selama musik dimainkan. Saat musik berhenti, barulah peserta akan berebut duduk di kursi. Peserta yang tidak mendapat tempat duduk, akan langsung keluar dengan wajah cantik berlumuran tepung.


Zoya dan Rafa yang sama-sama lemas, hanya bisa pasrah pada kenyataan. Mereka berjalan tanpa berjoget atau heboh berebut kursi. Alhasil, Zoya tereliminasi tanpa paksaan siapapun. Tak lupa Zoya mendapat coretan putih di pipi kanannya. Sedangkan Rafa masih mendapat tempat duduk karena jiwa kompetitifnya mulai bangkit.


Beberapa menit berlalu, kursi panas semakin panas. Seiring berkurangnya pemain, jumlah kursi juga ikut berkurang. Saat musik berhenti, tiba-tiba Rafa jatuh bersama adik kelas yang tidak sengaja mendorongnya untuk berebut kursi. Sehingga Rafa tertindih oleh adik kelas.


SEMUA ORANG
CIE!!


Zoya melihat kejadian itu dan mengingat perkataan Baro dan Erta mengenai sosok Rafa. Mata sayunya berkaca-kaca. Hingga ingatannya sampai di kejadian tadi malam.


ZOYA (V.O.)
Ternyata dia memang seperti itu. Entah berapa banyak cewek yang dia kasih gratisan kayak gitu. Harusnya aku bisa lebih hati-hati, bukan malah peduli. Dasar buaya!



CUT TO:

3. EXT. HALAMAN SEKOLAH — PAGI

Game kedua: Estafet karet. Tiap peserta diharuskan berkelompok untuk memindahkan karet menggunakan sedotan di mulut. Kali ini Zoya satu kelompok dengan Alex. Di samping kelompok mereka, ada kelompok yang beranggotakan Rafa serta Erta.


Saat lomba dimulai, dua barisan kelompok itu langsung mengestafetkan satu karet menggunakan sedotan dan mulut mereka. Semua orang tampak heboh. Hingga putaran pertama, dimenangkan oleh kelompoknya Rafa.


Saat menunggu game kedua berakhir, Zoya mengobrol dengan Asti mengenai makanan. Pandangan Zoya sesekali melihat ke arah Rafa yang fokus bermain dan tertawa santai.


ZOYA
Emang nanti jadinya mau makan dimana? Sudah survey?


ASTI
Sudah, tempatnya engga jauh dari sini kok. Tempatnya cozy, cocok buat rame-rame, harganya juga bersahabat.


ZOYA
(Mengangguk)


ASTI
Lu maunya apa, Zoy? Yang manis atau yang pedas?


ZOYA
Kayaknya enak pedas, sih. Menurut gue, gak perlu ada reward aneh-aneh lah. Mending dikasih yang wajar aja, gak perlu ada membanding-bandingkan.


ASTI
Oh, kalau reward, sudah disiapin sama Rafa, Zoy.


ZOYA
Hah? Emangnya apa, Asti? 


ASTI
Ya, semacam bingkisan gitu. Nanti bakal ada bingkisan buat yang juara di game kesatu, dua, tiga.


RAFA (O.S.)
Hei. Lagi bicarain apa? Kok ada pedas-pedas?


ZOYA
(Refleks membalikkan kepala.) Ya Allah, kaget gue. Lu tuh suka banget bikin gue kaget ya?! (Langsung berdiri dan maju satu kaki)


RAFA
Eh. (Menahan Zoya dengan memegang pundak) Sorry, Lord. Sini duduk dulu.


ASTI
(Tertawa kecil) Kalian tuh, sama-sama ketua tapi ribut mulu.


ZOYA
Lah dia duluan yang ngajak gelut!


RAFA
Iya, iya. Kapan kapan kita gelut ya? (Cekikikan)


ASTI
Heh. Sudah, Raf.


ZOYA
Raf, lu isi bingkisan itu sama apa? Kayaknya tadi pagi gak ada bahasan soal bingkisan buat yang juara, ya 'kan?


RAFA
Lah, lu 'kan tidur, Zoy? Tadi pagi udah sepakat bakal diisi sama jajan. Jajan sekotak itu loh. Biar irit. Sisanya buat makan bersama.


CUT TO:

4. EXT. HALAMAN SEKOLAH — SIANG

Game terakhir: voli air. Tiap peserta diharuskan berkelompok untuk bermain voli yang terbuat dari balon berisi air, kemudian balon tersebut dilempar menggunakan kain lebar berbentuk persegi empat. Zoya langsung menggaet Andra, Alex, dan satu juniornya.


Tak lama kemudian, kelompok lawan telah berkumpul. Zoya membelalakkan kedua netranya ke arah Rafa yang berhadapan dengannya. Kedua kelompok itu dibatasi oleh satu net. Lagi-lagi Zoya akan melawan kelompok yang beranggotakan Rafa dan tiga juniornya.


ZOYA
Hah! Itu adik kelas yang tadi jatuh bareng Rafa. Sekarang mereka jadi dekat banget! Dasar buaya.


Bermain voli air menjadi tontonan seru karena tiap tim harus saling kompak mengangkat kain supaya bola air terlempar ke kandang lawan. Beberapa menit berlalu, tim Zoya masih unggul 3 poin dari tim Rafa. Semua itu karena Zoya sangat bersemangat untuk melempar bola tepat di wajah rivalnya.


ZOYA (V.O.)
Gue pastikan, bola ini bakal kena tepat ke muka lu, Raf!


Dan terjadi lagi. Insiden bola mengenai wajah berhasil dilakukan oleh Zoya kepada Rafa. Bola tersebut berguling dan pecah saat jatuh. Wajah Rafa tidak basah, tapi terasa sakit karena dihantam bola air. Sorakan semakin lantang karena salah satu junior memberi perhatian kepada Rafa.


BUNGA
Kak, Kak Rafa gak apa-apa? Yang mana yang sakit?


RAFA
Engga kok, Bunga. Aku gak apa. (Menatap tajam ke arah Zoya)


ZOYA
(Menaikkan alis sedetik. Tersenyum miring.)


CUT TO:

5. INT. WARUNG — MALAM

Seusai acara LDKS, semua pengurus OSIS berkumpul di warung. Semua orang terlihat rapi dengan pakaian santai. Disini, mereka akan mengobrol sembari evaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan selama dua hari. Tak lupa, mereka telah memesan makan malam.


Sembari mengobrol, Zoya menyuapkan makanan ke dalam mulut. Sedangkan di ujung kursi yang lain, Rafa memilah-milah makanannya sebelum akhirnya disuapkan ke dalam mulut.


ANDRA
Kenapa, Bro? Ada yang kurang?


RAFA
Oh. Engga. Gue masih kenyang.


Andra langsung peka melihat temannya yang kurang suka dengan makanan malam ini. Bahkan jus wortel milik Rafa saja belum habis. Rafa justru meminta air botol untuk menghanyutkan makanan di mulut supaya mudah ditelan.


RAFA
Ndra, gue ke toilet bentar ya.


CUT TO:

6. INT. GALERI — MALAM

Seusai dari toilet, Rafa berkeliling sejenak di antara lukisan-lukisan yang sengaja dipajang oleh pihak warung. Tak disangka, dirinya menangkap sosok Zoya yang tengah fokus menikmati lukisan dihadapannya.


ZOYA
(Menatap lukisan. Memakan gorengan dan menggigit cabai)


RAFA (V.O.)
(Kaget) Nih anak emang unik. Kesini pakai hoodie, mana sambil makan gorengan lagi. Tapi, Lord Zoya mah, bebas!


Rafa berniat untuk mengejutkan Zoya. Tapi sayangnya, dia tersandung. Alhasil Zoya menoleh ke sumber suara. Rafa memegang lengan Zoya supaya dia tidak mencium lantai.


ZOYA
Makanya jalan itu pakai mata, bukan pakai kaki terus fokus mau kagetin gue!


RAFA
Yah, sorry, Lord.


ZOYA
Lu kenapa sih, manggil gue Lord?! (Menepis pegangan Rafa. Menggigit gorengan, lalu mengunyah)


RAFA
Karena lu ketua OSIS. Jadi, gue panggil aja Lord. Lord Zoya.


ZOYA
Gak lucu. (Fokus melihat lukisan)


RAFA
Btw, tadi lu dendam ke gue ya?


ZOYA
Maksudnya?


RAFA
Pas game terakhir, lu lempar bola air dengan semangat berkobar sampai berhenti tepat di muka gue. Padahal lu bisa arahin bola itu ke lantai, tapi gue ngerasa... lu nargetin bola itu ke muka gue.


ZOYA
Syukur deh kalau lu sadar. Iya. Gue lempar bola air itu biar wajah lu bisa lebih glowing lagi. Nih lihat. (Memegang pipi Rafa) Muka lu tambah bersinar.


RAFA
Lu kalau makan tuh, bagi bagi kek. (Menggigit gorengan milik Zoya)


ZOYA
Ih! Ini punya gue! Lu bisa ambil sendiri di sana! Nih. (Memberi sisa gorengan ke Rafa) Jijik gue sama bekas lu.


RAFA
(Masih sibuk mengunyah)


ZOYA
Gue denger... Lu tuh sering banget gonta-ganti cewek ya? Sampai mantan bisa satu museum koleksi pribadi.


Di tengah suasana yang tidak terlalu terang, netra mereka saling bertatapan. Zoya mengangkat dagunya. Sedangkan Rafa sedikit menundukkan kepala.


RAFA
(Melihat ke arah Zoya. Memajukan wajah) Hm. 'Kan lu sudah tahu gue secakep ini (Menarik pelan lengan Zoya) Lu mau juga jadi koleksi gue?


ZOYA
Ih ogah (Menurunkan dagu dan membuang muka)


RAFA
(Tersenyum miring) Ada apa? Lord takut?


ZOYA
Gue tahu kita itu musuh. Tapi kita tetap harus profesional buat proker. Lu 'kan, sudah bilang kemarin, kalau lu bakal profesional. (Menepis pegangan Rafa ke lengannya. Melangkah mundur) Gue gak mau ya... Kita difitnah macem-macem gara-gara dendam lu ke gue. (Melihat ke kanan dan ke kiri) Kalau ada yang lihat, yang kena itu bukan cuma gue, lu juga, Raf.


Karena tak ada jawaban, Zoya membalikkan badannya. Sedangkan Rafa memicingkan kedua matanya dan memegangi kepala dengan tangan kanannya. Pandangannya menjadi kabur, disusul kepala yang terasa berputar-putar.


RAFA
Lord. Tolong, Lord.


Zoya segera berbalik badan lagi. Netra coklatnya melihat Rafa yang telah meringkuk kesakitan di lantai. Sontak saja, Zoya berlari dan berusaha menolong Rafa.


ZOYA
(Wajah panik) Ada apa, Raf?! Sakitnya di bagian mana? 


RAFA
(Mengerang) Kepalaku sakit. Zoy, Zoy, wajahmu buram. Aduh!


Rafa memilih untuk memejamkan mata sembari tangannya memukuli kepala. Zoya mencegah tingkah Rafa itu, lalu memijit-mijit kepala Rafa.


ZOYA
Bentar, Raf. Habis ini kita pulang ya?


Zoya mengambil gawai Rafa. Dia sebenarnya menyesal karena tidak pernah menyimpan nomor telepon terapisnya, sekaligus kakaknya Rafa, Kak Rifa. Zoya segera menghubungi Kak Rifa sembari terus memijit kepala Rafa.


DISSOLVE TO.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar