Little Man
11. TITIK TERENDAH
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

133. EXT. RESEPSI PERNIKAHAN - DAY

Laras dan Faruq duduk di panggung nikah didampingi orang tuanya masing-masing.

MC (O.S.)

Bapak ibu perlu saya sampaikan bahwa berdirinya saya disini --

Budi duduk di kursi undangan didampingi Udin di sampingnya. Budi hanya menunduk, tidak berani melihat orang-orang di sekitarnya.

MC (O.S.) (CONT'D)

Untuk mewakili keluarga besar kedua mempelai --

Beberapa tamu undangan melihat Budi sambil bisik-bisik dengan undangan yang lain.

MC (O.S.) (CONT'D)

Karena kalau ayahanda masing-masing mempelai yang sambutan, takutnya tidak bisa berkata apa-apa --

Pak Nugroho dan Bu Diah mengajak bicara undangan yang lain sambil menatap dan menyeringai menunjuk-nunjuk ke arah Budi.

MC (O.S.) (CONT'D)

Bukan karena grogi, tapi karena terharu saking bahagianya melihat anak-anaknya menikah.

Laras melihat Budi yang menunduk. Dia juga melihat beberapa undangan yang bergosip sambil melihat Budi dari jauh.

134. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - NEXT DAY

Dolah dan Siti sedang menonton channel berita di TV.

DOLAH

Sekarang rumah kita sepi ya, Bu.

SITI

Iya, Pak.

135. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - DAY

Budi sedang duduk di kasurnya, melamun.

136. EXT. RUMAH - DAY

Pak Nugroho mengetuk pintu rumah Budi sambil membawa bingkisan.

PAK NUGROHO

Assalamualaikum! Pak Dolah!

137. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - SAME TIME

Dolah dan Siti mendengar Pak Nugroho. Dolah bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke pintu depan.

138. EXT. RUMAH - CONTINUOUS

DOLAH (O.S.)

Waalaikumsalam!

Pak Nugroho menunggu. Dolah akhirnya membuka pintu.

DOLAH (CONT'D)

Eh, Pak Nugroho.

PAK NUGROHO

Kok akhir-akhir ini di ditutup terus rumahnya, Pak.

Dolah tidak tahu harus menjawab apa.

PAK NUGROHO (CONT'D)

(Memberikan bingkisan ke Dolah)

Oh, iya. Ini acara syukuran buat Alif, Pak.

PAK DOLAH

Oh, iya. Makasih, Pak.

PAK NUGROHO

Oh, saya boleh mampir sebentar, Pak? Udah lama saya ga mampir.

PAK DOLAH

Emm...boleh.

139. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - NIGHT

Pak Nugroho dan Dolah masuk, lalu duduk bersama.

SITI

Lho ada Pak Nugroho.

PAK NUGROHO

Bu Siti, gimana kabarnya, Bu?

SITI

Alhamdulillah, Pak.

DOLAH

(To Siti)

Buatin kopi dulu, Bu!

Siti meninggalkan mereka.

PAK NUGROHO

Oh ya, Budi ke mana, Pak?

140. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - SAME TIME

Budi mendengar percakapan Pak Nugroho dan ayahnya.

DOLAH (O.S.)

Ada di kamar, Pak. Saya panggil dulu.

PAK NUGROHO (O.S.)

Oh, ga usah, Pak. Takutnya ganggu.

(Beat)

Jadi gimana, Pak? Budi masih belum kerja?

DOLAH (O.S.)

Belum.

PAK NUGROHO (O.S.)

Ya, gimana ya, Pak. Sebenarnya saya kasihan sama Budi. Dulu saya nasihatin buat jadi PNS atau kerja kantoran...tapi Budinya ga mau. Malah maunya jadi penulis.

BACK TO:

141. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - CONTINUOUS

Dolah tidak menanggapi. Tidak lama kemudian, Siti datang sambil memegang nampan dengan 2 cangkir kopi di atasnya. Siti lalu menyajikan kopi ke Dolah dan Pak Nugroho.

SITI

(Menyajikan kopi ke Pak Nugroho)

Silahkan diminum, Pak!

Pak Nugroho tersenyum mengiyakan. Siti ikut duduk di samping suaminya.

DOLAH

Silahkan diminum, Pak!

Dolah meminum kopinya. Pak Nugroho juga ikut meminum kopinya.

SITI

Alif gimana, Pak. Lancar?

PAK NUGROHO

Alhamdulillah. Berkat keuletan Alif, saya dibelikan kulkas dan mesin cuci, Bu. Sebagai orang tua, saya terharu melihat Alif mulai sukses.

SITI

Ya, alhamdulillah, Pak.

PAK NUGROHO

(Menyombongkan diri)

Begini lho, Bu. Kuliah sekarang sama dulu itu beda. Kalau jaman kita dulu, orang-orang yang bisa kuliah itu jaminan sukses. Kalau sekarang...bisa dibilang pengangguran itu sarjana semua.

Dolah membuang kopinya ke wajah Pak Nugroho. Siti terkejut.

SITI

Astaghfirullah, Pak.

PAK NUGROHO

(Kepanasan)

Aaahhh!

Dolah langsung menarik baju Pak Nugroho, lalu mendorongnya keluar dengan paksa.

DOLAH

Keluar!

142. EXT. RUMAH - CONTINUOUS

Pak Nugroho dikeluarkan Dolah. Dolah menutup pintunya.

PAK NUGROHO

Dasar orang stres!

Beberapa tetangga menemui Pak Nugroho.

TETANGGA 1

Ada apa, Pak?

PAK NUGROHO

Itu Dolah stres karena anaknya pengangguran.

143. INT. RUMAH - DEPAN KAMAR BUDI - CONTINUOUS

Dolah mengetuk pintu kamar Budi.

DOLAH

Budi! BUDI!

144. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - SAME TIME

DOLAH (O.S.)

Keluar!

Budi sedang duduk di kasur sambil mendengar suara ayahnya. Dia akhirnya bangkit, lalu bergegas membuka pintu.

145. INT. RUMAH - DEPAN KAMAR BUDI - CONTINUOUS

Budi membuka pintu kamarnya.

BUDI

Ada apa, Pak?

DOLAH

Ngapain si kamu di kamar terus? Sini ikut bapak!

Dolah dan Budi berjalan menuju ke --

146. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - CONTINUOUS

Budi dan orang tuanya berdiri di ruang tengah.

DOLAH

Sampai kapan kamu kaya gini terus Budi? Kamu ga denger? Denger nggak kamu? Omongan Nugroho yang begitu.

Budi hanya diam menyimpan kesedihannya.

DOLAH (CONT'D)

Sekarang lihat ibumu! Tiap malam ibumu nangis mikirin kamu, Budi.

Budi melihat ibunya sedang menangis.

DOLAH (CONT'D)

Kalau kaya gini jadinya, Buat apa bapak mentingin kamu, beliin laptop mahal, kalau ujung-ujungnya jadi sampah keluarga kaya gini. Sekarang lihat Laras!

(Beat)

Bapak merasa berdosa sama adikmu. Anak yang jarang bapak perhatikan, justru malah bisa menolong keluarga. Kamu yang harapan keluarga satu-satunya malah jadi sampah keluarga.

BUDI

Sekarang aku sampah keluarga? Bukannya itu bapak?

DOLAH

Apa maksud kamu?

BUDI

Kepala keluarga yang ga bisa diandalkan seperti bapak. Hanya bisa menuntut anak-anaknya.

DOLAH

(Mengangkat tangannya)

Kurang ajar kamu.

SITI

Pak, sudah!

DOLAH

Asal kamu tau! Semakin lama kamu nganggur, semakin susah kamu dapat pekerjaan. Kalau kamu masih punya muka, harusnya tau diri. Bapak sama ibumu udah ga punya muka lagi Budi.

Dolah meneteskan air mata.

SITI

(Sambil menangis)

Sudah, Pak! Kamu juga Budi. Mungkin selama ini ibu sering ngrepotin kamu. Ibu tau kamu ga ikhlas... tapi ini harusnya bukan jadi alasan kamu memalukan keluarga kaya gini, Nak.

Budi menghembuskan nafas berat berkali-kali karena shock. Dia tidak habis pikir dengan orang tuanya. Budi akhirnya meninggalkan mereka.

147. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - DAY

Budi menutup pintu kamarnya. Dia mondar mandir kebingungan. Dia lalu duduk di kasurnya. Menggertakkan giginya sambil meneteskan air mata. Budi menjambak rambutnya, lalu memukul kepalanya berkali-kali sambil berteriak.

SMASH CUT TO:

148. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - NIGHT

Kamar Budi tampak gelap karena lampu tidak menyala.

Budi duduk di kasurnya sambil melamun dengan rambut yang acak-acakan. Tidak lama kemudian, pintu kamar Budi terbuka. Kucing hitam masuk dan berjalan mendekati Budi. Budi melihat kucing hitam itu sedang duduk di lantai samping kasurnya.

BUDI

Niko.

KUCING HITAM

Apa yang kamu rasakan saat ini?

BUDI

(Menggelengkan kepalanya)

Aku ga tau.

KUCING HITAM

Pasti sangat sulit memiliki orang tua seperti itu.

BUDI

Mereka menganggapku sampah keluarga.

KUCING HITAM

Setelah perjuanganmu untuk membahagiakan mereka...pada akhirnya kamu hanyalah sampah buat mereka. Hanya karena kamu dalam kondisi terpuruk saat ini.

BUDI

Aku selalu menghormati mereka. Tidak pernah menyusahkan mereka.

(Beat)

Tapi semua itu ga ada artinya.

KUCING HITAM

Kau dicintai karena kau bisa memberikan sesuatu. Mereka tidak menyayangimu apa adanya, Budi. Oh, Budi yang malang.

BUDI

Lalu aku harus bagaimana? Aku ga tau lagi. Aku sudah ga ada harapan.

KUCING HITAM

Harapan? Itu yang membuat orang tuamu gila, Budi. Aku ingin menawarkan solusi. Bukankah orang tuamu layak dihukum atas dosa mereka terhadapmu? Mereka harus merasakan apa yang kamu rasakan selama ini.

BUDI

Aku dimanfaatkan. Mereka tidak mau mengerti perasaanku.

(Beat)

Aku butuh bantuanmu.

KUCING HITAM

Baik. Ikuti perintahku! Berdirilah!

Budi bangkit dari duduknya.

KUCING HITAM (CONT'D)

Lepas pakaianmu!

Budi melepaskan pakaiannya. Sekarang Budi hanya mengenakan celana pendek.

KUCING HITAM (CONT'D)

Sekarang merangkak seperti seekor kucing!

Budi merangkak dan mondar mandir seperti kucing.

KUCING HITAM (CONT'D)

Ikuti aku!

Kucing hitam berjalan keluar kamar Budi. Budi mengikuti kucing hitam sambil merangkak.

149. INT. RUMAH - DEPAN KAMAR MANDI - NIGHT

Budi merangkak mengikuti kucing hitam melewati depan kamar mandi.

150. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - NIGHT

Budi merangkak mengikuti kucing hitam melewati ruang tengah.

151. EXT. RUMAH - NIGHT

Budi dan kucing hitam keluar dari rumah.

152. EXT. AREA KANDANG - NIGHT

Kucing hitam menuntun Budi ke arah area kandang ayam. Mereka masuk pagar kandang ayam yang terbuka.

KUCING HITAM

Kamu boleh bangkit.

Budi berdiri. Beberapa ayam Dolah keluar area kandang.

Budi mengikuti kucing hitam yang berjalan ke arah kuburan kecil dekat pohon mangga. Setelah sampai, Budi melihat kuburan kecil itu dengan penasaran.

KUCING HITAM

Selama ini dia menyembunyikan sesuatu.

BUDI

Apa itu?

KUCING HITAM

Lihatlah sendiri!

Budi lalu membongkar kuburan kecil itu. Semakin dalam Budi gali dengan tangannya, semakin terlihat jelas sebuah tali tambang. Budi mengambil tali tambang itu tersimpul dengan untaian algojo untuk gantung diri.

KUCING HITAM

Bahkan dia sudah menyiapkan ini untukmu, Budi.

Mata Budi berkaca-kaca. Budi lalu memanjat pohon sambil membawa tali tambang.

153. INT. RUMAH - SAME TIME

Ayam-ayam masuk ke rumah.

154. INT. RUMAH - DEPAN KAMAR DOLAH DAN SITI - CONTINUOUS

Dolah sedang membaca buku lawas. Siti sedang tidur.

Dolah akhirnya mendengar suara ayam. Dia memutuskan menutup bukunya. Dia membuka pintu kamar. Saat itu dia sedikit terkejut melihat ayam-ayamnya ada di depan kamar.

155. INT. RUMAH - CONTINUOUS

Sambil membawa ayam-ayamnya, Dolah terkejut melihat pintu depan rumah terbuka. Dolah berpikir sebentar dengan wajah serius. Dia akhirnya melepaskan ayam-ayamnya, lalu berlari keluar rumah.

156. EXT. AREA KANDANG - CONTINUOUS

Saat sampai kandang, Dolah langsung melihat Budi yang sedang duduk di dahan pohon mangga dengan untaian tali mengalung di lehernya. Dolah panik melihat pemandangan itu. Dia langsung berlari ke arah pohon.

Budi melihat ayahnya berlari ke arahnya. Budi akhirnya tetap menjatuhkan dirinya dengan tali terikat di dahan pohon.

Di saat Budi hampir kehilangan nyawa, Dolah langsung menahan dan memeluk kaki Budi dengan kuat untuk mengurangi berat agar tidak kehilangan keseimbangan. Budi akhirnya berhasil diselamatkan.

DOLAH

(Menangis sambil menahan kaki Budi dengan kuat)

Maafin bapak! Maafin bapak, Nak! Maafin bapak!

Budi hanya melihat ayahnya dari atas dengan tatapan kosong dan berkaca-kaca.

SMASH CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar