Little Man
10. MENEMUKAN HARAPAN?
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

122. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - NIGHT

Budi makan bersama Laras dan orang tuanya. Mereka makan tahu dan tempe goreng.

Sikap Dolah dan Siti sedikit berubah dengan Budi. Mereka terlihat cuek dengan Budi.

DOLAH

Gimana kerjaan kamu, Ras?

LARAS

Tumben bapak nanya kerjaan.

Budi hanya fokus makan, mengabaikan mereka.

DOLAH

Yah, masa tanya aja ga boleh. Bapak cuma ingin perhatian sama anak bapak.

Budi menunduk karena merasa tersinggung dengan ayahnya.

SITI

Kalau ga ada kamu, ya kita mungkin harus jual ayam lagi buat makan.

LARAS

Iya, Bu. Tapi kok ya tumben aja gitu.

SITI

(Menangis terharu)

Perawan ibu yang paling cantik. Ga terasa habis ini mau menikah.

LARAS

Masih lama, Bu.

SITI

Jaga kesehatanmu ya, Nak! Jangan sampai sakit. Kalau capek kerja, bilang aja sama ibu! Biar ibu pijitin kamu.

Budi makan sambil menunduk. Laras melirik kakaknya dengan iba.

123. INT. RUMAH - KAMAR - NIGHT

Budi duduk di kasur sambil melamun dengan tatapan kosong. Lamunan Budi seketika berhenti ketika Laras menemuinya.

LARAS

Mas!

BUDI

Apa, Ras.

LARAS

Aku pengen ngomong. Gimana kalau --

Budi seketika berdiri.

BUDI

Aku mau keluar dulu, Ras.

Budi meninggalkan adiknya. Laras memandang kakaknya dengan kasihan.

124. EXT. JALAN RAYA - NIGHT

Budi mengendarai motor bututnya sambil menangis. Motor budi menyusuri jalan raya.

125. EXT. PABRIK - NIGHT

Budi akhirnya berhenti di depan pabrik. Dia melihat banyak buruh pabrik remaja yang berbondong-bondong memasuki pabrik.

Budi bergegas menstarter motornya. Tidak lama kemudian, dia mendengar suara Udin.

UDIN (O.S.)

Eh, Budi! Bud!

Budi menoleh. Udin berlari antusias menemui Budi.

UDIN (CONT'D)

Eh, Bud. Gimana kabar lo? Sorry, gue belum bisa mampir. Soalnya gue harus nyupir sampe sabtu. Minggu gue istirahat.

Budi turun dari motornya.

BUDI

Ga papa, Din.

UDIN

Lo ngapain di sini? Nggak nyariin gue, kan?

BUDI

Nggak. Aku cuma cari angin.

126. EXT. WARUNG KOPI PINGGIR JALAN RAYA - NIGHT

Budi minum kopi hitam, sedangkan Udin menyebat rokoknya.

BUDI

Makasih, Din.

UDIN

Jadi, lo masih nganggur sampe sekarang?

BUDI

Iya.

UDIN

Gue turut prihatin, Bud. Gue ga ngerti kalau --

(Beat)

Padahal lo pinter, kan? Bisa dapet beasiswa.

BUDI

(Menggelengkan kepalanya)

Aku ga sepinter itu. Orang-orang di sini aja yang berlebihan. Aku di sana ga pinter. Banyak yang jauh lebih pinter dari aku.

UDIN

Terus rencana lo gimana, Bud? Lo ga ada sama sekali kenalan, temen, atau mungkin pacar pas di kuliah?

Budi hanya merenung.

UDIN (CONT'D)

Kalau ga ada koneksi atau orang dalam pasti agak susah, Bud.

Budi masih memikirkan omongan Udin. Udin menawari Budi rokok.

UDIN (CONT'D)

(Menyerahkan rokok)

Nih, ambil satu! Sekali-kali ngrokok biar agak damai dikit.

BUDI

Sekarang perokok berat, ya?

UDIN

Supir Bud. Masa supir ga ngerokok?

(Memberikan sebatang rokok)

Nih, ambil satu!

Budi mengambil sebatang, lalu dia selipkan di mulutnya. Dia menyalakan korek, lalu menghisap rokok itu.

UDIN (CONT'D)

Aseekkk!

(mengecek HP-nya)

Gue harus balik kerja, Bud.

Udin bergegas.

UDIN (CONT'D)

Duluan ya, Bud!

BUDI

Makasih, Din.

Udin pergi meninggalkan Budi.

Budi mematikan rokoknya. Dia mengambil HP, lalu menyalakan HP-nya. Budi membuka instagram Lia. Dia melihat postingan foto Lia yang diunggah 3 bulan yang lalu. Lia berpose sambil memakai pakaian formal layaknya pekerja kantoran.

Budi membuka WA. Kemudian, dia membuka blokir Lia. Budi mengetik --

BUDI (TEXT) (CONT'D)

Malam, Lia.

Budi mematikan HP-nya bergegas pulang.

Beberapa saat kemudian, ponsel Budi berdering. Budi menyalakan HP-nya, lalu membuka WA lagi.

LIA (TEXT)

Malam, Budi. Aku boleh nelpon?

Budi sedikit kaget dengan balasan Lia. Sekarang, HP Budi berdering. Budi sedikit gugup, tapi dia tetap mengangkat telepon itu.

BUDI

Halo, Lia.

LIA (O.S.)

Halo, Budi. Gimana kabarmu sekarang?

BUDI

Baik.

LIA (O.S.)

Kamu udah kerja di mana sekarang?

BUDI

(Gugup)

A..a..a

(Beat)

Aku belum bekerja, Lia. Aku minta maaf, harusnya aku nggak ngganggu kamu.

Budi dengan cepat mematikan panggilan. Dia merasa malu. Tidak lama kemudian, Lia WA Budi. Budi langsung melihat chat WA dari Lia.

LIA (TEXT)

Aku mau ketemu kamu. Kamu butuh kerjaan, bukan? Sepertinya aku bisa bantu.

Budi membaca WA Lia dengan sedikit heran.

127. INT. RUMAH - KAMAR LARAS - NIGHT

BUDI

Ras, aku mau minjam duit buat ke kota.

LARAS

Iya, berapa, Mas?

BUDI

Terserah. Yang penting cukup buat ke kota.

Laras memeluk Budi sambil menangis. Budi membalas pelukan adiknya.

128. INT. KAFE - DAY

Suasana kafe terlihat ramai.

Budi dan Lia sedang duduk berhadapan. Di meja terdapat beberapa kue dan kopi. Budi sedikit canggung berhadapan dengan Lia.

LIA

Udah lama ya kita ga ketemu. Nggak nyangka aja kita akhirnya bisa ketemu lagi.

BUDI

Ya. Agak sedikit aneh.

LIA

(Tersenyum)

Kamu masih belum berubah ya. Kamu masih Budi yang aku kenal 2 tahun yang lalu.

BUDI

Mungkin. Kamu sekarang kerja apa?

LIA

Aku jadi PR (Public Relation) di perusahaan swasta.

BUDI

Yang lain udah kerja semua?

Lia meminum kopinya.

LIA

Mereka? Ya. Udah kerja semua. Kebanyakan butuh 3 bulanan lah buat dapetin kerja. Tapi diantara kita cuma Kevin sih yang paling keren.

BUDI

Kevin kerja apa sekarang?

LIA

Dia kuliah di Harvard. Wajar sih, dia pinter, kaya, keluarganya keren semua.

BUDI

Oh.

(Beat)

Dulu kamu bilang pengen jadi penulis.

LIA

Masih kok. Aku nulis juga. Cuman ya aku kerja yang lain dulu. Kamu tahu kan? Papaku, orang tua --

BUDI

(Mengangguk)

Ya.

Budi meminum kopinya.

BUDI (CONT'D)

Aku minta maaf, Lia. Aku harusnya nggak --

(Beat)

Aku bodoh banget waktu itu. Aku terlalu idealis, naif, aku harusnya --

LIA

(Memotong)

It's okay. Kamu ga salah apa-apa, kok. Lagian justru kamu yang kaya gitu yang bikin aku tertarik

(Beat)

saat itu.

BUDI

Lia, Aku masih --

LIA

(Mengalihkan pembicaraan)

Kamu udah punya pacar?

Budi sedikit kaget dengan pertanyaan Lia.

BUDI

Hah? Emm --

(Beat)

Nggak.

LIA

Oh.

(Mengalihkan pembicaraan)

Oh ya. Soal kerjaan kamu, kita nunggu orangnya dulu, ya! Bentar lagi dia datang. Minum dulu aja kopinya!

Budi menghela nafas, lalu meminum kopinya.

Dimas, seorang laki-laki tampan dan berkacamata, menemui Budi dan Lia. Laki-laki ini memiliki vibe dan kepribadian yang sama dengan Budi. Bedanya, dia terlihat lebih kaya dan dewasa.

DIMAS

(Berjabat tangan dengan Budi)

Perkenalkan. Aku Dimas.

BUDI

Aku Budi.

Dimas duduk di tengah-tengah Budi dan Lia.

DIMAS

(To Lia)

Ehh...Lia?

LIA

Oh ya, jadi Dimas ini sedang butuh tim buat projectnya. Dia sih nyarinya yang lulusan ilmu komunikasi, HI, atau sastra inggris.

Budi mengangguk.

DIMAS

Iya. Tapi sebelumnya pasti ada seleksi administrasi dulu.

LIA

Kira-kira butuh berapa orang, Sayang?

Budi langsung menunduk ketika Lia mengucapkan kata "sayang". Budi merenung. Dia merasa salah tempat.

DIMAS

Butuh 2 orang. Eh, Mas...Mas Budi boleh saya liat CV-nya?

BUDI

Eh, maaf, sepertinya aku harus pulang.

Budi langsung pergi meninggalkan mereka dengan terburu.

DIMAS

(To Lia)

Kok pulang?

Lia hanya memandang Budi berjalan keluar dari Kafe dengan perasaan tidak enak.

129. INT. BIS - DAY

Budi duduk dengan tatapan kosong sambil melihat pemandangan dari kaca bis.

130. EXT. RUMAH - NIGHT

Budi membuka pintu rumah.

131. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - CONTINUOUS

Budi melewati Laras dan orang tuanya yang sedang kumpul bersama. Laras melihat wajah Budi yang murung. Laras prihatin dengan kakaknya.

Dolah dan Siti menutupi kesedihannya dengan tidak memedulikan Budi.

SITI

Kamu yakin masih mau kuliah, Ras?

Laras memikirkan omongan ibunya.

LARAS

Ga tau, Bu.

DOLAH

Lihat tuh Masmu! Harapan keluarga malah jadi beban keluarga. Kamu ga perlu belain Masmu lagi. Yang malu itu kita, Ras.

132. INT. RUMAH - KAMAR BUDI - SAME TIME

Budi sedang ganti baju sambil mendengarkan omongan ayahnya.

DOLAH (O.S.)

Makanya kenapa bapak cuma fokusin kamu buat menikah,

(Beat)

karena itu satu-satunya cara buat kamu agar bisa sejahtera. Ujung-ujungnya supaya nasibmu lebih baik dari orang tua kamu.

BACK TO:

133. INT. RUMAH - RUANG TENGAH - CONTINUOUS

LARAS

Mas Faruq ngajak nikah secepatnya.

SITI

Lho, bukannya terserah kamu, ya?

LARAS

Ga tau kenapa dia mendadak berubah. Mungkin dia ga sabar pengen nikah.

SITI

Tapi kan Masmu. Masmu masih pengangguran. Apa kata orang nanti!
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar