Little Man
3. TIDAK SEPINTAR ITU
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

43. INT. KAMPUS - KELAS - DAY

Dosen sastra sedang berdiri sambil menjelaskan materi.

DOSEN SASTRA

Sebelum membahas Feminisme sebagai teori sastra --

Budi mendengarkan dosen sastra dengan saksama.

DOSEN SASTRA (CONT'D)

saya ingin bertanya pandangan kalian tentang perempuan.

Dosen sastra berjalan ke tempat duduk Budi.

DOSEN SASTRA (CONT'D)

Siapa nama kamu?

BUDI

Budi.

DOSEN SASTRA

Bagaimana pandangan kamu tentang perempuan?

Sebagian mahasiswa melihat Budi termasuk Kevin, Lia, Clara, Andre, dan Danang.

BUDI

(Cemas)

Emm... me...me...menurut saya menjadi perempuan itu lebih enak karena tidak banyak tuntutan.

DOSEN SASTRA

Contohnya?

BUDI

Emm...bapak saya pernah bilang bahwa kodrat perempuan itu cukup menjadi perempuan yang baik, bisa memasak, dan berbakti dengan suaminya.

DOSEN SASTRA

Dan kamu setuju dengan pendapat bapak kamu?

Budi mengangguk.

DOSEN SASTRA (CONT'D)

Ok. Yang lain setuju dengan pendapat Budi?

SEMUA MAHASISWA

Tidak!

Budi memandang mahasiswa yang lain dengan panik.

Beberapa mahasiswa saling berbisik dengan teman sebangkunya sambil menatap Budi.

Kevin, Clara, Danang, juga memandang Budi dengan kecewa.

DOSEN SASTRA

(Sambil melihat semua mahasiswa)

Baik. Ada yang mau menyampaikan pendapat yang lain?

Kevin mengangkat tangannya.

DOSEN SASTRA (CONT'D)

Oke, silahkan!

Kevin berdiri menjelaskan pendapatnya.

KEVIN

Saya tidak setuju dengan pendapat Budi, Bu. Pendapat Budi adalah cerminan kenapa perempuan belum sepenuhnya mendapatkan haknya.

(Sambil menatap Budi)

Budi sangat seksis. Sebagai mahasiswa, harusnya kita sudah bisa berpikir kritis dalam melihat fenomena seperti ini.

Budi hanya menunduk malu sambil mendengarkan pendapat Kevin, Andre, dan Danang yang menggebu-gebu.

KEVIN (O.S.) (CONT'D)

Perempuan berhak untuk memiliki pilihan, dia bukanlah semata-mata properti bagi laki-laki.

ANDRE (O.S.)

Ya, saya setuju dengan Kevin.

DANANG (O.S.)

Saya pikir mahasiswa Antera harusnya tidak ada yang berpikir kuno seperti Budi, apalagi mahasiswa sastra.

Dosen sastra berjalan ke arah papan sambil mendengar pendapat mereka.

DOSEN SASTRA

(To semua mahasiswa)

Baik. Terima kasih atas pendapat kalian.

Dosen sastra menulis "Feminisme dalam kritik sastra" di papan tulis.

44. EXT. KANTIN - DAY

Budi duduk sendirian di meja makan. Tidak lama penjual membawa gado-gado dan es teh ke meja Budi.

PENJUAL

Mas Budi? Gado-gado?

BUDI

Iya.

Penjual meletakkan gado-gado dan es teh di meja Budi lalu pergi. Di saat Budi hendak makan, Lia tiba-tiba datang.

LIA

Budi! Ga ikut makan bareng yang lain?

Budi melihat teman-teman Lia makan bareng di tempat yang agak jauh.

BUDI

Gak. Jauh.

Tidak lama Danang juga datang.

DANANG

Lia? Bukannya pesen makanan, malah di sini.

Budi melanjutkan makannya.

LIA

Iya habis ini pesen kok. Cuma ngajak Budi buat makan bareng aja.

DANANG

(Sinis)

Oh. Ya udah gue pesen makan dulu.

LIA

(To Budi)

Gimana? Mau nggak, Bud?

BUDI

(Cuek)

Nggak. Makasih.

Danang melihat Budi dengan kesal.

DANANG

(To Lia)

Ya udah yuk. Yang lain udah nungguin tuh.

Danang menggandeng tangan Lia untuk pergi meninggalkan Budi. Budi hanya menunduk melanjutkan makannya. Dari kejauhan, Budi mendengar suara Danang dan Lia.

DANANG (O.S.) (CONT'D)

Lo ngapain sih deket cowok seksis kaya gitu?

LIA (O.S.)

Ih apaan sih. Gue cuma kasihan aja dia makan sendiri.

45. INT. PERPUSTAKAAN - DAY

Budi sedang melihat-lihat novel di rak buku. Dia berjalan ke rak-rak yang lain, kemudian meraba-raba sambil memilih buku yang dia baca.

Petugas perpustakaan datang membawakan beberapa buku. Dia memasukkan buku-buku itu ke rak dekat Budi.

Budi melihat petugas itu. Budi mendekatinya, lalu bertanya --

BUDI

Novel-novel tempatnya di rak bagian ini kan, Pak?

PETUGAS PERPUSTAKAAN

Iya, Dek.

BUDI

Oh.

PETUGAS PERPUSTAKAAN

Mau cari buku apa?

BUDI

Novel sih, Pak.

PETUGAS PERPUSTAKAAN

Udah search di komputer?

BUDI

Udah. Tempatnya di rak sini, tapi kok ga ada ya?

PETUGAS PERPUSTAKAAN

Sudah dipinjam paling. Novel apa emangnya?

BUDI

Pengennya sih pinjam novelnya Haruki Murakami. Ya udah, Pak. Makasih.

Budi pergi meninggalkan petugas perpustakaan.

46. EXT. JALAN - NIGHT

Budi berjalan dengan tenang di gang kecil sambil melihat kucing-kucing liar di pinggir jalan.

47. EXT. KOS - NIGHT

Budi melihat tetangga-tetangga kamarnya sedang main domino seperti biasa.

Budi berjalan melewati mereka menuju ke depan kamarnya. Budi merogoh sakunya untuk mengambil kunci kamar.

TETANGGA

Woy... kenapa kau ngomong-ngomong sendiri. Gila ya?

Bapak-bapak tetangga yang lain tertawa.

Budi sedikit terganggu dengan omongan orang-orang itu. Namun, Budi tidak menggubris. Budi membuka kunci pintu kamarnya, masuk ke kamar, lalu menutupnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar