Skrip Film
Genre → Drama
Landau Badai
Mulai membaca
Berlangsung
Premium
Blurb
Gelap, sunyi, dan terpencil. Tak ada yang ditakutkan oleh Hanna selain tak ada dampak apa-apa dalam penugasannya di Landau Badai, jantung Borneo. Ia bisa saja terjebak di zona nyaman, sama seperti yang sudah dijalani warga selama bertahun-tahun. Jika warga sudah nyaman dengan kehidupannya, kenapa harus ada perubahan disana?

Besar dan tinggal di Kota, Hanna dihadapkan dengan permasalahan akar rumput; bantuan dana desa, kendala kegiatan sekolah, dan pola pikir sederhana bahwa hal terpenting adalah hari ini bisa makan dan tidur nyenyak. Bonus menonton tv jika Listrik Desa sedang menyala.
Kegagalan demi kegagalan Hanna rasakan, meski ia tahu bahwa tidak ada proses yang gagal dalam program leadership yang ia jalani.

Bersama Ikmal, sesama Relawan, simpulan atas keresahan mereka membuat Hanna memutuskan goals-nya, bahwa salah satu cara menciptakan dampak untuk Landau Badai adalah dengan membuat pemuda/pemudi di desanya merantau ke Pulau Jawa. Tempat dimana perubahan selalu terjadi secara signifikan.

Banyak nama yang Hanna proyeksikan sebagai agen perubahan untuk Landau Badai. Namun, merantau tidak semudah menumbuhkan keinginannya. Keraguan demi keraguan muncul saat ia bahkan tak sanggup mengirimkan berkas pendaftaran beasiswa.

Di tengah keputusasaannya, persahabatan Hanna dan Ikmal memudar karena salah satu dari mereka jatuh cinta. Hal yang dilarang dalam program leadership ini. Satu tragedi yang membuat Hanna semakin merasa tidak pantas menjalankan tugasnya. Ia bisa saja memilih mundur dan menjalani kehidupannya yang normal. Tapi, pada akhirnya, bagaimana kisah ini bisa ia selesaikan?
Premis
Hanna harus menyelesaikan tugas di Landau Badai selama setahun, tapi dia melanggar salah satu wejangan yaitu tidak boleh jatuh cinta selama penugasan.
Pengenalan Tokoh
Hanna (Jawa Barat), Ikmal (Sumatera Barat), Cece (Sulawesi Selatan), Atisha (Bali), dan Pace (Papua Barat) ditugaskan selama satu tahun di Kabupaten Kapuas Hulu. Hanna dan Ikmal ditugaskan di satu kecamatan yang sama dan desa yang berdekatan; Landau Badai dan Nanga Lungu. Tidak ada penolakan dari warga akan kehadirannya, namun Hanna masih gamang akan tujuan yang ingin dia capai karena keterbatasan informasi dan teknologi tentu bukan sesuatu di bawah kekuasaannya, keterbatasan mata pencaharian dan akses pendidikan juga bukan hal yang mudah ia ubah. Ia semakin menyadari ketidaberdayaannya saat Kepala Desa keberatan untuk mengirim Kafilah pada perlombaan MTQ Tingkat Kabupaten dengan alasan tidak ada anggaran dan tidak ada persiapan khusus.

Salah satu diskusi Hanna dan Ikmal adalah keterbatasan mata pencaharian warga desa yang hanya petani karet, buruh sawit, dan buruh tambang emas. Harga karet turun drastis, bekerja di sawit harus mempertaruhkan hutan mereka, sementara tambang emas banyak yang ilegal dan mencemari sungai. Maka, mereka memutuskan untuk mengadakan Kelas Inspirasi yang mengundang orang-orang dengan banyak latar belakang profesi untuk memotivasi anak-anak agar mau sekolah tinggi dan berprofesi di bidang-bidang lain.

Di Landau Badai, Hanna tinggal dengan Kokom. Ia meminta bantuan Kokom untuk mendekati anak-anak dan pemuda dengan membuat Festival Landau Badai. Pras, yang ia kenal saat kunjungannya ke ibukota, mengajarinya mengedit musik dan suara untuk membuat mini kabaret. Pras selalu menanti Hanna menceritakan hari-harinya di Landau Badai. Selain itu, ia dan Ikmal juga memutuskan untuk mendorong anak-anak SMP di desa mereka untuk merantau melalui beasiswa. Ada 3 nama yang menjadi target Hanna; yaitu Ambar, Jupari, dan Rudiman. Mereka menghadiri Porseni Tingkat Kecamatan untuk melihat bakat yang dimiliki anak-anak di desanya. Namun, saat Porseni, Hanna kecewa karena ketidakseriusan panitia dalam menyeleksi peserta. Anak-anak desanya yang mematuhi aturan batasan umur di bawah 15 tahun harus melawan pemuda yang melewati usia 20-an. Terlebih, ternyata warga desa Nanga Lungu yang dibawa Ikmal juga menyertakan peserta berusia 16 tahun. Hal itu membuat Hanna pergi dari lokasi Porseni tanpa sepengetahuan Ikmal.

Dari kegiatan Porseni, Hanna pergi ke ibukota dan bertemu Pras. Mereka sempat berfoto bersama karena Pras ingin mencoba rompi kerelawanan yang selalu Hanna pakai. Saat itulah dimulai rumor kedekatan Hanna dan Pras, padahal founder program leadership yang Hanna ikuti memberikan sembilan wejangan yang harus dipatuhi, salah satunya tidak boleh jatuh cinta selama penugasan. Saat rapat bersama yang lainnya, awalnya Hanna dan Ikmal memperdebatkan tentang perwakilan Kapuas Hulu untuk mengikuti Forum Penggerak di TBB, Lampung. Ikmal mengusulkan nama Kokom, namun Hanna yang lebih mengenal Kokom merasa khawatir forum ini akan membebani Kokom. Perdebatan akhirnya berbelok pada kedekatan Hanna dan Pras. Ikmal merasa Hanna tidak profesional dan tidak menghargai wejangan founder. Hanna merasa Ikmal senang menjatuhkannya dengan memakai wejangan founder. Karena masalah itu, proyek mereka untuk mencari beasiswa bagi anak-anak SMP yang ingin merantau jadi mereka kerjakan sendiri-sendiri. Hanna gagal mengirim berkas Rudiman ke Beasiswa Orbit Ainun Habibie, ia juga tidak optimal saat mengantarkan Jupari wawancara beasiswa SMK Farmasi berasrama di Jawa Timur.

Tiba saatnya site visit, kunjungan singkat officer program ke desa-desa mereka. Di kesempatan itu, Hanna mencurahkan semua permasalahannya, termasuk ceritah dia, Pras, dan Ikmal. Officer yang mengunjunginya tidak mempermasalahkan apapun, karena ia percaya bahwa masalah yang datang akan mendewasakan mereka. Itulah tujuan program leadership ini. Tidak ada relawan yang gagal. Tidak ada pula relawan yang diberi sanksi karena jatuh cinta, atau dipindahtugaskan dan diberhentikan. Masalah itu harus diselesaikan oleh internal tim relawan Kapuas Hulu.

Sejak saat itu Hanna tidak pernah menemui Pras, kecuali saat mereka tidak sengaja bertemu di Pontianak. Saat Hanna mengantarkan Kokom yang akan terbang ke Lampung. Pras sebelumnya sudah mendapatkan penjelasan dari Atisha tentang konflik internal di timnya gara-gara Pras. Maka, saat bertemu Hanna di Pontianak, Pras hanya berkata bahwa ia berjanji tidak akan menemuinya lagi selama penugasan dengan satu syarat; ia boleh mengunjungi Landau Badai saat kegiatan Kelas Inspirasi Landau Badai. Ternyata setelah itu Pras memutuskan untuk pergi ke Jawa Barat, mencari rumah Hanna melalui adiknya Hanna yang ia kenal dari Instagram. Ia menemui orangtua Hanna sebagai bukti bahwa cintanya bukan hal konyol yang hanya akan mengganggu fokus Hanna selama satu tahun penugasan. Ia akan mengalihkan dunia Hanna selamanya.

Setelah site visit, Ikmal dan Hanna memutuskan untuk gencatan senjata. Mereka menuntaskan tugas bersama yang sudah mereka rencanakan. Yaitu mengunjungi SMA di kecamatan mereka untuk memberikan motivasi kuliah, informasi beasiswa kuliah, dan perencanaan masa depan. Sementara itu, Yayasan Lidzikri di Bandung menyambut baik proposal Hanna tentang Rudiman dan stasiun NET TV pun menghubunginya untuk bisa meliput kehidupan Kokom sebagai penggerak pendidikan. Kokom pun diajak oleh NET TV untuk bertemu dengan Mendikbud.

Akhir kisah, Hanna mengadakan Kelas Inspirasi di Landau Badai dengan mendatangkan tamu-tamu berlatar profesi berbeda. Polisi dan Babinsa yang bertugas di kecamatan. Bidan dan mantri yang tinggal di desa. Dan Pras sebagai ASN Kemenku. Mereka mengunjungi Landau Badai dan menemui anak-anak di sekolah untuk memotivasi mereka dengan pilihan profesi yang beragam. Kegiatan itu ditutup oleh lagu dari seniman Kapuas Hulu berjudul Anak Bintang. Dan, kelima relawan ini menyanyikan lagu tersebut di acara Orientasi Pasca Penugasan yang mengantarkan mereka ke dunia baru yang mereka jalani setelah setahun penugasan.
Sinopsis
Disukai
0
Dibaca
196
Tentang Penulis
Sarah Nurul Khotimah
-
Bergabung sejak 2020-01-01
Telah diikuti oleh 1 pengguna
Sudah memublikasikan 1 karya
Menulis lebih dari kata
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi