17. 17. Life and Everything that Happened

61. EXT. JALAN RAYA - NIGHT

Nala dan Kafi berjalan bersisian di sepanjang trotoar di dekat stasiun.

KAFI

Lo masih suka keluar di dini hari kayak gini?

NALA

Ini lewat tengah malam aja belum, Kaf.

KAFI

Ah, benar juga. Tapi ini tetep masih bisa dihitung sebagai salah satu pelesiran dini hari lo yang terkenal itu, kan?

NALA

(tertawa) Bisa. Kalau terjaga di jam-jam segini, masih sering. Bukan karena kebangun dan untuk jalan-jalan, tapi buat kerja. Dan sayangnya, gue nggak bisa sering-sering keluyuran.

KAFI

One of the perks of being a fabulous actress.

Nala kembali tertawa, sambil menggelengkan kepala.

KAFI

Lo tahu, Nal. Ketika gue lihat sosok lo dan gue sekarang, gue jadi sadar kalau kita udah tumbuh jauh dari sejak pertama kita ketemu. 10 tahun lalu. (beat) I told you, right? Lo akan sampai di titik ini.

NALA

Thank you.

KAFI

But still ... dalam ingatan gue, lo masihlah Tanala usia 17 tahun.

NALA

(beat) Don't, Kaf.

Mereka berdua berjalan dalam diam, sampai Kafi menunjuk ke sebrang jalan - sebuah kafe berlantai dua yang masih buka.

KAFI

Mau ke situ? Biar nggak kejauhan dari stasiun.

NALA

Well. (beat) Kafi yang gue kenal nggak akan ragu buat ngajak gue pergi sejauh apapun itu.

KAFI

Mungkin gue udah nggak seimpulsif itu. (beat) Selain itu, lantai dua kafe itu punya atap yang terbuka. Walaupun nggak setinggi atap kantor Ayah lo, tapi Nala yang gue kenal pasti suka. (beat) Lo masih suka, kan?

NALA

Masih. (beat). Ayo, ke situ.

62. INT. KAFE - NIGHT

Nala dan Kafi memesan dua potong kue, lalu naik ke lantai dua dan duduk di salah satu bangku yang dekat dengan pagar pembatas. Tidak ada pengunjung lain di sana.

NALA

Gue rasa, kue itu nggak akan cukup buat lo yang makannya super.

KAFI

Benar juga. Kayaknya gue harus pesan selusin lagi baru bisa kenyang. Mana mie gue tadi ketinggalan di stasiun.

NALA

Pasti udah dihabisin sama Fin.

KAFI

Itu pasti. (beat) Ayah lo apa kabar?

NALA

Baik. Masih berkutat dengan segala perintilan arsitektur. Tapi jam kerjanya di kantor udah nggak selama dulu. Hampir tiap bulan atau kalau lagi senggang, Ayah nyamperin gue ke ibukota. Berhubung gue susah nemu waktu yang pas buat pulang ke kota kita. (beat) Orangtua lo apa kabar? Udah lama nggak ketemu mereka. Kalau Mbak Karin, gue masih cukup sering ketemu dan makan bareng.

KAFI

Orangtua gue baik. Perceraian nggak membuat mereka jadi ... jauh. Agak aneh, tapi gue bersyukur karena itu. (beat) Oh, iya. Katanya lo baru ke kafenya Mbak Karin tiga bulan lalu?

NALA

Lo tahu?

KAFI

(beat) Silla yang bilang.

JUMP CUT TO:

63. INT. KAFE - DAY

1 minggu lalu. Ibukota.

Kafi dan Silla duduk berhadapan. Mereka berdua sedang makan siang bersama di KAFE-RIN.

KAFI

Kamu kayaknya lagi sering banget ke sini, ya?

SILLA

Nggak juga, sih. Terakhir kali ke sini dua bulan lalu. Yang bareng kamu itu.

KAFI

Oh. Waktu kamu -

SILLA

Waktu aku ngajakin kamu nikah. Yap. Yang itu.

KAFI

Tentang itu ...

SILLA

Nggak perlu dijawab, Kaf. Kamu benar, aku cuma ngawur waktu itu.

Kafi nampak tidak percaya, tapi tidak menanggapi.

SILLA

Aku udah pernah bilang belum sih, kalau sekitar sebulan setelah konser XXXX itu, sebulan sebelum kita ketemuan di sini dan aku ngajakin kamu nikah ... aku sempat ketemu Tanala Latisha?

KAFI

(beat) Siapa?

SILLA

Tanala Latisha. Nala. Aktris terkenal sekaligus teman SMA kamu. Teman SMA Fin, Ari, dan Zakiy.

Kafi berhenti makan sepenuhnya.

CUT TO:

64. INT. KAFE - DAY

3 bulan lalu. Ibukota.

Silla sedang makan dan mengobrol bersama dengan Karin di KAFE-RIN.

Pintu kafe terbuka, Sofia - 11 tahun - dan Zidan - 8 tahun - melangkah masuk dan menghambur ke pelukan Karin.

KARIN

Halo, anak-anak Bunda. Ayo salam dulu sama Kak Silla.

Sofia dan Zidan menyalami Silla.

SILLA

Hai! Gimana tadi sekolahnya?

SOFIA

Seru! Waktu Kak Nala jemput tadi, aku sama Zidan diajak ke toko eskrim yang enak banget!

KARIN

Enak banget? Pantes aja Zidan sampai cemong gini mukanya. Terus, Kak Nalanya sekarang mana?

SILLA

Kak Nala? Itu -

Nala melangkah masuk ke kafe dan menghampiri meja mereka. Silla langsung terkesiap terkejut.

KARIN

Aduh, maaf ya, aku malah ngerepotin kamu yang supersibuk ini. Makasih banyak, loh, Nal! Mau sekalian makan dulu di sini?

Nala menurunkan masker yang terpasang di wajahnya.

NALA

Nggak ngerepotin sama sekali kok, Mbak. Lokasi pemotretan aku kebetulan nggak jauh dari sekolahnya Sofi dan Zidan. Udah lama juga nggak ketemu mereka. Jadi sekalian mampir.

SILLA

Ini beneran ... Tanala Latisha?

NALA

Oh, halo. Iya, betul. Aku Tanala.

SILLA

Ya ampun ... nggak nyangka bisa ketemu langsung dari jarak dekat dengan jelas kayak gini. Waktu kemarin lihat kamu di konser XXXX aja aku udah hampir kejang-kejang!

NALA

Oh, kamu datang ke sana juga? Senang bisa ketemu juga ...

KARIN

Ini Silla. (beat) Pacar Kafi.

NALA

Ah. Senang bisa ketemu lagi, Silla. (beat) Maaf, Mbak. Aku harus segera balik ke lokasi. (beat) Jangan nakal, ya, Sofi, Zidan. Nanti aku ajak ke tempat eskrim itu lagi lain kali.

ZIDAN

Asyik!

SOFIA

Dadah, Kak Nala!

NALA

Dah! (beat) Aku duluan ya, Silla. Silakan kembali makan.

Setelah Nala keluar dari kafe, Silla langsung menginterogasi Karin.

SILLA

Selama ini Kakak kenal sama Tanala? Kok nggak pernah cerita, sih! Gimana ceritanya bisa saling kenal?

KARIN

Aku pertama kali kenal Nala waktu dia masih delapan belas tahun. (beat) Dia satu SMA sama Kafi dan para personil XXXX.

SILLA

Satu SMA?

KARIN

Mereka teman dekat. Dan sampai sekarang, aku masih sering kontakan sama dia. Anaknya baik. Kafi belum pernah cerita ini emangnya?

Silla menolehkan kepala, menatap ke arah pintu kafe.

SILLA

Hm. Dia nggak pernah cerita.

BACK TO:

65. INT. KAFE - DAY

1 minggu lalu. Ibukota.

SILLA

Nggak pa-pa. Aku bisa ngerti. Nggak pa-pa. Ketika aku ketemu dia waktu itu ... aku langsung bisa ngerti.

KAFI

Silla, itu semua nggak seperti yang -

SILLA

Nggak seperti yang aku pikirkan? Iya, Kaf. Selama dua tahun ini aku emang udah salah besar. Aku nggak cukup jeli untuk bisa cepat mengerti makna dari semua sikap kamu. Awalnya aku nggak paham kenapa, tapi sekarang akhirnya aku nemu jawabannya.

KAFI

Aku -

SILLA

Kakak kamu. Teman-teman kamu. Kamu. (beat) Mulai dari sifat kamu yang memang impulsif tapi aku sering merasa kalau kamu masih sering nahan-nahan sesuatu tiap kali bareng aku, kamu yang nggak pernah absen nonton filmnya Tanala, lagu-lagu yang kamu tulis buat dia, sampai fakta bahwa kamu nggak pernah cerita tentang ini sama aku ... (beat) Tapi nggak apa-apa. Aku bisa paham.

KAFI

Silla, biar aku -

SILLA

Kalau-kalau kamu belum sadar juga, Kaf ... ada hal-hal yang memang akan tetap selalu sama. No matter how time and the things around them are changing. (beat) Aku cuma mau bilang, jangan sampai terlambat, Kaf. Jangan kayak aku yang terlambat sadar. Apapun keputusan kamu nantinya ... pada akhirnya aku cuma harus mencoba untuk menerima.

BACK TO:

66. INT. KAFE - NIGHT

Hari ini.

Kepala Nala tertoleh ke samping, menatap ke gedung-gedung di bawah mereka.

KAFI

Cantik, ya?

NALA

Udaranya juga segar, nggak sedingin yang gue kira.

KAFI

Gimana kabar cita-cita lo untuk bisa keliling dunia? Pasti udah banyak tempat yang lo kunjungi.

NALA

Not really.

KAFI

Loh, kenapa emangnya?

NALA

Gue memang pergi ke banyak tempat. Tapi kebanyakan untuk urusan kerjaan. Kalau untuk liburan pun, gue nggak bisa benar-benar bebas jalan-jalan. Paling cuma diem di kamar hotel, pergi ke restoran privat, dan belanja oleh-oleh. (beat) Sekarang pun, rasanya udah lama gue nggak ngelakuin ini ... benar-benar cuma bengong dan bebas nggak ngapa-ngapain.

KAFI

Ternyata waktu itu gue salah, ya? Cita-cita lo bukan cuma perlu duit dan waktu yang banyak. Tapi juga kesempatan yang tepat.

NALA

Yah, makanya sekarang ini gue ambil libur dari semua aktivitas di dunia hiburan. Meskipun nggak lama. Paling satu sampai dua bulan.

KAFI

Good for you. (beat) Maaf. Selama ini gue nggak bisa nemenin lo pelesiran.

NALA

Kaf, dengan lo jadi penonton setia karya gue, itu udah lebih dari cukup -

KAFI

Gue juga pernah bilang kalau semuanya terlalu berat, lo bisa datang ke gue. (tertawa) Janji lain yang lagi-lagi nggak bisa gue tepati.

NALA

(beat) Kita udah pernah bahas ini, kan? Life happened.

KAFI

(tertawa) Jadi, kekhawatiran lo dulu itu beneran jadi kenyataan, ya? (beat) Life happened dan membuat semuanya jadi rumit.

NALA

(beat) Pada akhirnya, kita semua harus bisa move on. Nggak peduli seberapa banyak dari memori kita yang masih terus kembali -

KAFI

Lo lihat gue di pemberhentian memori?

Nala tidak merespon.

KAFI

Nal? Apa lo lihat gue di pemberhentian memori? (beat) Karena gue lihat elo.

Nala tiba-tiba berdiri, kedua tangannya mencengkram pagar pembatas.

KAFI

Malam ini, kita adalah dua orang teman baik yang udah lama nggak ketemu. Sebatas itu. Iya, kan? Life happened dan kita semua harus move on. Tadi lo sendiri yang bilang. Sembilan tahun lalu pun, lo bilang gitu.

NALA

Ini salah. Harusnya kita nggak ketemu dan ngobrol. Ini benar-benar salah.

Kafi ikut berdiri di samping Nala.

KAFI

Nal? Atau malam ini, kita lebih dari itu? (beat) Karena mungkin, otak kita menolak untuk lupa karena memang ada yang belum terselesaikan tepat pada waktunya. Memori-memori itu terus hadir karena kita sendiri yang membiarkan mereka untuk hadir.

NALA

Iya! Kita cuma dua orang teman lama. Iya! Gue juga yang pernah bilang kalau kita harus move on. (beat) Makanya, ayo balik ke stasiun -

Kafi menarik pundak Nala, membuat mereka saling berhadapan.

KAFI

Ini yang salah. Selama ini, jalan cerita itu terlalu ambigu. (beat) So what kalau gue masih sering kangen dan pengin balik lagi ke masa-masa ketika gue masih umur tujuh belas tahun? Ketika gue bisa sepenuhnya menikmati rasanya bebas jadi diri gue sendiri? Apa lo sama sekali nggak pernah ngerasain itu? Kasih tahu gue, Nal. Supaya setelah ini, kita bisa benar-benar move on.

Nala menundukkan pandangannya.

KAFI

Waktu itu, gue akui kita memang masih terlalu naif dan bodoh. Tapi justru itu, Nal. Pernah kepikiran nggak, justru itu yang bikin apa yang kita rasakan waktu itu ... benar-benar murni? That it was all real? That we were the real deal? Di kala sebelum life happened dan bikin semuanya jadi rumit.

NALA

Kaf. (beat) Lo udah punya seseorang lain. Lo nggak bisa ... kita nggak bisa -

KAFI

Masih inget obrolan kita sembilan tahun lalu itu? Selain harus move on, masih ada satu kemungkinan lain. (beat) Gimana kalau gue bilang bahwa jauh dari lubuk hati gue, selama bertahun-tahun ini, secara nggak sadar gue udah memilih kemungkinan yang itu?

NALA

Fin bilang kalau lo lagi banyak masalah. Mungkin karena itu lo jadi kebawa suasana dan nggak bisa berpikir jernih -

KAFI

Damn right, I am! Sekarang ini gue sedang mencoba untuk mencari solusi untuk semua masalah dan sakit kepala itu. (beat) Solusinya, jawabannya, kepastiannya ... ada di depan gue sekarang.

Nala terdiam.

KAFI

Mungkin kita yang terlambat untuk jadi dewasa. Tapi sekarang ini kita udah bukan anak umur tujuh belas tahun lagi, ya kan? Jadi, Nal ... gue mohon. Udah saatnya untuk nggak muter-muter lagi. Udah saatnya, gue stop pura-pura nggak tahu lagi. Udah saatnya, lo nggak menghindar dan lari lagi. (beat) Udah saatnya, kisah ini punya akhir yang jelas.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar