E = mc2
9. GRUP PENCURI

BAB 9. GRUP PENCURI

FADE IN:

42. INT. RAO BLADES BANK. — PAGI

Cast: ASRI, RAO, DARYA

RAO membuka pintu, ASRI masuk. Di dalam tampak DARYA duduk di sofa, menikmati kopi, lalu tersenyum dan melambaikan tangan ke ASRI. 

Terdapat rak pamer berpintu kaca pada dua sisi ruangan. Di dalamnya penuh dengan segala bentuk blades dari dalam dan luar negri. Juga tampak satu set meja kursi, lemari, dispenser air mineral, satu sofa dan meja kopi. 

ASRI
Maaf Rao, Darya, aku ganggu, gak lama. Cuma mau ganti batre.


ASRI menuju alat sadap energinya, mengambil ampul yang sudah penuh, dan mengganti dengan ampul kosong. Ukuran dan bentuk ampul energi ini seperti baterai AA.

RAO
Alat apa itu, Asri?
ASRI
Alat penyerap energi.


Dahi RAO berkerut.

RAO
Energi apa? Kau mencuri listrik, gitu?


DARYA berjalan mendekati keduanya, lalu berdiri di sisi RAO, dan memandang ASRI.


ASRI
Energi prana manusia. Kalian manusia sering berlebihan memilikinya. Daripada terbuang percuma, kami tampung. Kami butuhkan untuk hidup.


RAO dan DARYA (bersamaan)
Kami?


DARYA
Siapa kamu sebenernya, Asri? Jangan-jangan betul kata Nanang kemarin itu, kamu bukan makhluk Bumi.


ASRI mengangguk. Wajah DARYA tampak bingung tak mengerti. RAO terkejut, terlihat ketakutan, lalu refleks mundur beberapa langkah ke belakang.


ASRI
Jangan takut, Rao, Darya. Aku bukan kanibal, bukan kriminal. Kalian akan baik-baik saja. Aku cuma menyerap sisa energi kalian yang tidak terpakai.


DARYA tetap bingung dan mematung berdiri di tempatnya.

RAO makin tampak ketakutan. ASRI mencoba meraih tangan RAO, tapi langsung ditepis RAO.

RAO mengambil satu belati dari rak pamer dan bersiap diri untuk melawan ASRI. (CU:) wajah RAO mulai berkeringat.

ASRI
Don’t be silly, Rao. Aku tidak akan menyakitimu.


RAO tak peduli, kakinya meregang membentuk kuda-kuda, tangan kanan memegang belati, tangan satunya mengepal. Matanya melotot lebar seakan siap menerkam ASRI. (POV) RAO: mata ASRI.

(SLOW MOTION:) RAO menghunus belati menyerang ASRI.

ASRI mengelak, tetap tenang dan berusaha menghipnotis RAO. Kedua jari telunjuk dan jari tengah ASRI menekan kening, tatapan mata ASRI menghujam balik ke mata RAO. (POV) ASRI: mata RAO.

(SLOW MOTION:) RAO merasa di sekelilingnya berubah menjadi jelly warna hijau muda. RAO panik, menghujamkan belati ke segala arah. Dia tetap tidak melihat ASRI dan DARYA.

Sementara di mata DARYA dan ASRI, RAO seperti mabuk sempoyongan, tapi berbahaya karena RAO ngamuk menghujamkan belati. Kemudian ASRI memegang ubun kepala RAO. Sekian detik kemudian, RAO meletakkan kembali belatinya dan merosot terduduk lemas di lantai.

ASRI dan DARYA memapah RAO agar duduk di sofa. Lalu ASRI menjentikkan jari tangannya di depan wajah RAO. Perlahan RAO sadar dan kembali normal, memandangi ASRI tanpa ketakutan.

RAO
Kau apakan aku?
ASRI
Menenangkanmu.
RAO
Jadi kamu pencuri energi manusia?


ASRI menggeret satu kursi ke depan sofa. DARYA dan RAO duduk di sofa. ASRI duduk di kursi.

ASRI
Kita semua pencuri energi, Rao, Darya. Tumbuhan di Bumi menyerap air dan mineral tanah, juga menyerap sinar matahari. Serap aja diam-diam, tanpa minta izin. Apa bedanya ini dengan mencuri?
Kemudian binatang memakan tumbuhan itu. Makan aja langsung, tanpa permisi. Apa bedanya ini dengan mencuri?
Manusia membunuh keduanya: tumbuhan dan binatang, serta mengorek dan memindahkan isi bumi, untuk kelangsungan hidupnya. Apa semua pakai izin? Ada gitu surat izin dari tumbuhan, binatang, tanah dan bumi untuk dipakai manusia?
Alih-alih minta izin, kalian manusia malah menguasai semuanya. Andai mereka menolak, tak mengizinkan pun, tetap saja kalian mengambilnya, kan? Apa bedanya dengan mencuri?

Dengan tenang tanpa emosi ASRI menjelaskannya. Dia meneruskan.

ASRI
Begitu pula dengan kami, entitas Xaqa.
Untuk kelangsungan hidup, kami layari jagat raya mencari dan mengumpulkan energi prana dari makhluk planet lain, galaksi lain, makhluk yang bertubuh padat, masif, pejal dan berjiwa.
Sudah ribuan tahun kami lakukan ini. Leluhur kalian, nenek moyang kalian, juga kalian sekarang, tidak merasa kehilangan apa pun.
Karena pencurian energi prana ini, seperti kalian manusia, tanaman, hewan, yang mencuri mineral dari tanah, isi Bumi dan matahari.
Kami hanya menyerap residu energi yang kalian tidak menggunakannya.


DARYA menatap ASRI sambil menggelengkan kepala. RAO melotot.

ASRI tersenyum dan melanjutkan.

ASRI
Bersyukurlah kalian tidak perlu mencuri keliling jagat raya. Bumi telah merelakan semua untuk kebutuhan hidup kalian.
Namun janganlah kalian serakah.
Cintailah Bumi kalian.
Ingat, kalian cuma bisa hidup di sini. Kalian belum sanggup hidup mengelana di luar Bumi.
Kalau kalian rakus menjarah isi Bumi, tidak merawatnya baik-baik, kalian mau hidup di mana?
Sementara kami entitas Xaqa, bila kalian atau Bumi musnah sekalipun, gak ngaruh! Masih banyak makhluk berbadan pejal lain, dari planet antah berantah, yang dapat kami serap tenaga prananya.


DARYA
Entitas Xaqa? Kamu sudah sarapan, Asri? Kubuatkan kopi, yah?
DARYA (VO:)
Kayaknya Asri lagi stress berat. Pagi-pagi, gak karuan ngomongnya, kayak kesurupan.


ASRI
Terima kasih, Darya. Aku sudah sarapan, sudah ngopi. Maaf, kalau aku merusak susasana pagi kalian.


DARYA menyeruput kopinya. RAO sudah terlihat tenang kembali.

RAO
Kau mengingatkan aku akan kakakku, Asri.

ASRI menatap RAO.

ASRI
Bawelnya?
RAO
Perempuan biasanya bawel, kan? Normal itu. Darya lebih bawel dari kau.

RAO melirik DARYA di sebelahnya. DARYA mencubit pinggang RAO. ASRI terlihat bingung sejenak, menggeleng kepala lalu tersenyum.

ASRI
Aku gak update kedekatan kalian berdua. Kapan jadiannya?
DARYA
Rao ngikutin aku ke Jogja, Asri.
Udah kubilang, anakku tiga, Sulungku seumuran dia. Di Jogja pun kukenalkan dia ke anakku nomer dua. Herannya, anakku gak menentang, asal aku dan Rao cocok, rukun, bahagia, dia setuju aja.
ASRI
Kalau begitu, bener, kita semua pencuri ya?
Darya mencuri hati Rao.
Rao mencuri perhatian Darya.
ASRI (VO:)
Pantas, Darya usul kesetaraan, manggil gak usah pakai Kak, Bang, dia selalu ingin merasa seumuran dengan siapa pun.
RAO
Sebentar, kutunjukkan sesuatu.

RAO berdiri meninggalkan ASRI dan DARYA ke luar ruangan, tak lama kemudian dia kembali membawa amplop coklat ukuran A4, dan duduk lagi di sebelah DARYA.

(AUDIO:) Lagu Mengapa - Koes Plus.

Kemudian dengan perlahan RAO menumpahkan isi amplop ke meja di depan sofa. Menumpuklah seketika foto-foto yang sudah menguning dan warnanya tidak sempurna lagi. RAO mengambil satu foto perempuan berkebaya.

RAO
Ini Mamakku. Beliau pergi, aku kelas 2 SMP. Anak laki umur segitu lagi nakal-nakalnya. Masa butuh pengawasan Ibu. Dan sempat pulak aku gak ketulungan nakalnya setelah Mamakku gak ada.
Kakakku, perempuan, turun tangan. Dia sudah berkeluarga. Dia paksa aku tinggal bersamanya. Dia juga paksa aku berubah. Di rumahnya, aku jadi paman buat anak-anaknya, sekaligus seperti anak sulungnya. Mau gak mau, aku jadi contoh untuk ponakan-ponakan ini. Mau gak mau, terpaksa kusudahi masa nakalku.


RAO mengorek tumpukan foto itu, mengambil satu foto perempuan lagi.

RAO
Ini kakakku, Nurlaila. Dia pergi, aku kelas 2 SMA.


ASRI dan DARYA terperanjat kaget.

ASRI
Kakak yang menyuruhmu berubah baik?


RAO mengangguk, wajahnya berubah murung dan tetap mengais tumpukan foto, seperti mencari foto lain. Ketika ditemukannya, RAO menunjukkan ke DARYA dan ASRI.

RAO
Ini Melati, teman dekatku pas kuliah. Dia pergi waktu kami semester empat, tahun kedua, yah?
Kayak kena kutuk aku. Setiap tahun kedua aku bersekolah, Tuhan mencuri semua perempuan yang kusayangi.
ASRI
Jangan paranoid gitulah, Rao. Kelas 2 SD, kamu aman kan?
RAO
Kelas 2 SD, Bapakku berpulang.


ASRI tampak tercekat, mengatupkan tangan ke mulut. DARYA mengelus bahu dan punggung RAO, lalu menyenderkan kepalanya di lengan RAO.

DARYA
Kita tidak tahu apa rencana Tuhan, Rao.

RAO tersenyum getir.

RAO
Ngomong mudah. Aku menjalaninya nangis darah.
Tahun depan, tahun kedua kita. Kau jangan pergi, Darya.

RAO menatap DARYA, lalu memeluknya.

DARYA (tersenyum)
Kalau gitu, tahun-tahun berikutnya, boleh, Rao?

(CU:) Wajah RAO berubah gemas. Dia kemudian mengelitiki pinggang DARYA. Perempuan itu tertawa kegelian, RAO ikut tertawa dan makin megelitikinya.

(AUDIO:) Lagu Dadada - Koes Plus.

ASRI tampak canggung dan sungkan melihat kemesraan DARYA dan RAO. Dia langsung berdiri dan pamit.


CUT TO:

43. INT. UNIT HUNIAN ASRI — SIANG

Cast: RAO, DARYA, ASRI

INSERT TEXT: SEBULAN SEBELUMNYA.

ASRI tinggal di lantai tiga ruko ASRI ABADI. Bersebelahan dengan ruko NANANG. Dalam unit hunian ASRI, pada bagian depan terdapat satu ruang serba guna, yang meliputi dapur, ruang makan dan ruang duduk. Di bagian belakang tersekat dua kamar: kamar tidur, sekaligus merangkap ruang kerjanya dan kamar mandi.

Siang itu RAO dan DARYA sedang berdiskusi dengan ASRI di ruang makan. Terdapat satu meja makan dan enam kursi mengelilinginya. Di depan mereka terlihat tumpukan kertas.

ASRI
Jadi, DARYA akan menyewa lantai dasar untuk Gallery. Lantai satu untuk tempat tinggal.
RAO nyewa satu lantai untuk toko didepan. Bagian belakang untuk tidur.
Gimana kalo kita berbagi satu bangunan ruko yang sama?
DARYA lantai dasar dan satu. RAO lantai dua. Aku ya tetap disini, di lantai tiga.


RAO
Urusan listrik dan air, gabung?
ASRI
Tiap lantai ada meteran masing-masing.
RAO
Duitku cuma segini, Asri.

RAO menunjukkan isi rekeningnya di ponsel.

ASRI
Gak masalah, Rao. Dua bulan pertama gratis sewanya. Bonus listrik dan air, kutanggung. Tapi dua bulan aja ya Rao. Aku kan harus hidup juga.
Mudah-mudahan dengan pameran, makin banyak pembeli yang kenal pisau-pisaumu. Toko tetap lokasinya, kamu gak capek lagi ngider keliling, jadi bisa konsentrasi ngembangin usahamu.
ASRI (VO:)
Makin banyak manusia datang ke pameran, toko, gallery, makin mudah kusadap tenaga prana mereka. Aku juga gak capek keliling.
Sebetulnya Rao itu rajin dan tekun, tapi dia gak tahu cara nabung dan ngatur pengeluarannya dengan baik.
Pelan-pelan nanti kuajari dia, biar gak tambal sulam hidup bulanannya.


RAO
Terima kasih, Asri.

ASRI mengangguk.

Sejak tadi DARYA sibuk dengan ponselnya mencoba transfer ke rekening ASRI. Ketika berhasil, DARYA menunjukkan bukti transfer, lalu mengirimkannya ke ponsel ASRI.

ASRI
Terima kasih Darya.

DARYA tersenyum. Mereka berdiri lalu berjabat tangan. DARYA dan RAO keluar ruangan.

(AUDIO:) Oh Kau Tahu - Koes Plus.

FADE OUT:







Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar