Diary Indira
15. Taaruf (Scene 61-64)

61. EXT. HALAMAN RUMAH USTADZ ABDURRAHMAN - SORE

Terlihat sebuah mobil Innova berwarna hitam memasuki halaman rumah Ustadz Abdurrahman, lalu parkir di samping mobil Ustadz Abdurrahman. Mobil tersebut adalah mobil Askara. Setelah parkir, Askara yang membawa kantong berisi 2 kotak kue, mengenakan celana jogger berwarna krem dan kemeja koko pendek berwarna merah marun turun dari mobil dan menuju pintu rumah. Ia lalu menekan tombol bel di depan pintu.

FX: SUARA BEL RUMAH

ASKARA

Assalamualaikum.

(Ucap Askara di depan pintu)

USTADZ ABDURRAHMAN

Waalaikumussalam warahmatullah.

(Ustadz Abdurrahman yang dari tadi sudah menunggu di ruang tamu langsung membuka pintu)

USTADZ ABDURRAHMAN

MasyaAllah, calon manten dateng nih.

(Canda Ustadz Abdurrahman sambil menepuk bahu Askara)

ASKARA

Bisa aja Ustadz, kenalan aja belum.

(Jawab Askara tersenyum manis sambil mencium tangan ustadz Abdurrahman dan

disambut pelukan oleh ustadz Abdurrahman)

USTADZ ABDURRAHMAN

Ayo,ayo masuk!

Askara masuk ke rumah, mengikuti Ustadz Abdurrahman menuju sofa ruang tamu. Sementara Indira sedang membantu Bu Irma dan Bi Inem menyiapkan makanan di dapur. Bi Inem hari ini di minta untuk lembur sampai jam 7 malam, karena akan ada acara taaruf di rumah Ustadz Abdurrahman.

62. INT. RUANG TAMU - SORE

Saat Ustadz Abdurrahman dan Askara sedang berbincang-bincang di sofa ruang tamu, Rakha datang berlari ke pangkuan Eyangnya.

RAKHA

Eyang Kakuung...

USTADZ ABDURRAHMAN

Sini...sini..cucu Eyang yang ganteng.

RAKHA

Itu siapa Eyang?

(Tanya Rakha sambil duduk di pangkuan Ustadz Abdurrahman dan menghadap ke depan)

USTADZ ABDURRAHMAN

Oh iya kenalkan, itu namanya Om Askara. Salim dulu sama Om Askara!

RAKHA

Assalamualaikum Om, nama aku Lakha(Rakha masih cadel)

(Rakha langsung turun dari pangkuan Eyangnya dan

menghampiri Askara yang tersenyum manis lalu mencium tangannya)

ASKARA

Waalaikumussalam ganteng, sini duduk sama om!

(Askara langsung mengangkat Rakha dan memangkunya)

Ustadz Abdurrahman terlihat menatap Askara yang menggendong Rakha. Lalu tak terasa air mata menetes dari pelupuk matanya. Tiba-tiba terbayang Wisesa yang sudah lama tiada. Ia kemudian mengusap sudut matanya. Berharap Askara akan menjadi ayah yang baik untuk cucu yang sangat ia sayangi.

Sementara Askara, hatinya kembali berdesir saat melihat poto pernikahan Indira dan Wisesa masih terpampang di dinding rumah.

USTADZ ABDURRAHMAN

Nanti kalau Indira sudah menikah lagi, poto ini akan di simpan, untuk menghormati suami barunya.

(Ustadz Abdurrahman yang menyadari pandangan Askara langsung menjelaskan)

ASKARA

Eh iya ustadz, tidak apa-apa.

(Askara merasa tidak enak hati dan bingung menjawab apa)

Saat mereka sedang dengan pikirannya masing-masing, Indira yang mengenakan gamis berwarna coklat tua,jilbab warna krem, manset tangan coklat dan kaos kaki krem datang membawa nampan berisi teh manis, diikuti oleh Bu Irma dan Bi Inem yang membawa beberapa toples kue.

Askara sangat terkejut ketika melihat Indira membawa nampan ke arahnya. Begitu juga Indira, melihat Rakha dengan nyaman duduk di pangkuan Askara. Hampir saja nampan yang dibawanya lepas dari genggamannya karena seketika tubuhnya bergetar terasa ingin merubuhkan dirinya di lantai. Pandangan mereka bertemu dan saling meresapi perasaan masing-masing. Perasaan cinta yang sampai saat ini masih menguasai hati mereka.

RAKHA

Umi, kenapa beldili disana telus? Sini umi duduk dekat aku.

(Kata-kata polos Rakha akhirnya menyadarkan Indira)

INDIRA

Eh iya sayang, ini umi mau simpan minum. Sebentar umi ke dapur lagi, ada yang belum dibawa.

(Indira berusaha mengatur nada bicaranya untuk menyembunyikan kegugupannya)

63. INT. DAPUR - SORE

Indira kemudian bergegas ke dapur, lalu ia menumpahkan perasaannya yang tak karuan lewat tangisan. Kemudian datang Bu Irma menghampirinya.

BU IRMA

Nak, ayo kedepan!

(Bu Irma mengajak Indira dan memeluk serta mengelus-elus punggungnya)

INDIRA

Bu, apa dia??

BU IRMA

Ya, dialah lelaki yang akan melamarmu, kami sudah tahu semua masa lalu Askara, termasuk tentang perasaannya bahwa dia mencintaimu.

(Bu Irma langsung menjelaskan sebelum Indira melanjutkan kata-katanya)

INDIRA

Buuu...

(Indira kembali menangis dan memeluk erat Bu Irma)

BU IRMA

Mari Nak! mereka sudah menunggu.

Indira pasrah, dengan mata yang masih basah mengikuti langkah Bu Irma yang menggandengnya ke arah ruang tamu.

CUT TO:

64. INT.RUANG TAMU - SORE

Di ruang tamu, Askara yang sudah mendengarkan penjelasan dari Ustadz Abdurrahman, kini merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia masih tak percaya bisa bertemu wanita yang sangat ia cintai. Begitu juga Indira ia tak menyangka kalau laki-laki yang dihadirkan untuknya adalah lelaki yang ia cintai di masa lalu.

Sementara Rakha di ajak bermain dulu dengan Bi Inem di ruangan khusus tempat bermain. Indira memasuki ruang tamu bersama Bu Irma, Indira pun merasakan hal yang sama, jantungnya berdebar hebat, tangannya menggandeng lengan Bu Irma untuk mengurangi kegugupan yang ia rasakan. Lalu mereka duduk berdampingan di sofa panjang. Sementara Askara dan Ustadz Abdurrahman duduk di sofa saling berhadapan. Indira menunduk sambil terus beristighfar dan berusaha mengatur nafasnya. Askara memandang ke Arah Indira yang duduk tertunduk.

USTADZ ABDURRAHMAN

Sekarang kalian sudah tahu siapa calon pendamping kalian, bagaimana apakah kalian sudah benar-benar siap melanjutkan ke jenjang pernikahan?

Seketika Indira dan Askara menoleh ke arah Ustadz Abdurrahman dan mereka begitu kompak menjawab.

INDIRA DAN ASKARA

Insyaallah siap..

(jawab mereka serempak)

USTADZ ABDURRAHMAN

Wah sudah sehati tampaknya.

(canda ustadz Abdurrahman)

Askara tersenyum mendengar candaan Ustadz Abdurrahman, begitu juga Indira tersenyum malu-malu, lalu kembali menunduk.

USTADZ ABDURRAHMAN (CONT'D)

Sengaja saya tidak memberi tahu kalian dulu siapa calonnya, agar bersih dulu niatnya, niat menikah karena Allah bukan karena hawa nafsu, InsyaAllah.

Askara sesekali mencuri pandang ke arah Indira, namun Indira tak berani menatap, ia terus menunduk jika sedang tak berbicara.

USTADZ ABDURRAHMAN

Bagaimana Akh? Apa bersedia menerima Indira menjadi calon istrimu?

ASKARA

Bismillah ustadz, ustadz juga sudah mengetahui bagaimana besarnya rasa cinta saya pada Indira, insyaallah saya yakin akan memilih Indira untuk menjadi istri saya.

(Dengan gugup Askara menjawab hingga tak kuasa menitikkan air mata)

USTADZ ABDURRAHMAN

Kamu sudah mendengar jawaban Askara, sekarang bagaimana denganmu Nak? Apa bersedia menerima Askara sebagai calon suamimu?

INDIRA

Bismillah, InsyaAllah Dira menerima Askara, Ayah.

(Indira terlihat memilin ujung jilbabnya dan tetap menunduk ,

akhirnya terisak sambil memeluk bu Irma)

Melihat Indira terisak di pelukan Bu Irma, Askara menoleh, rasanya ia ingin mengusap air mata kekasihnya.

USTADZ ABDURRAHMAN

Alhamdulilah, Barakallahu fiikum, semoga niat baik kalian untuk membangun rumah tangga di berikan kemudahan, kelancaran , keberkahan dan penuh dengan keridhoanNya.

SEMUA YANG DI RUANG TAMU

Aamiin Yaa Robbal Alamiin......

USTADZ ABDURRAHMAN

Baiklah anak-anakku, kalian sudah kuanggap seperti anakku sendiri, beberapa tahun yang lalu mungkin kalian telah saling mengenal, namun itu sebatas pertemanan. Sekarang yang harus kalian ketahui bagaimana harapan dan rencana kedepan jika kalian nanti membina rumah tangga. Semuanya bisa kita bicarakan bersama di ruangan ini.

Indira dan Askara lalu menuturkan harapan masing-masing, visi dan misi membina rumah tangga, pekerjaan , usaha, keuangan dan banyak hal lainnya. Termasuk pembicaraan tentang Rakha.

INDIRA

Seperti yang kamu ketahui inilah aku yang sekarang, bukan lagi gadis seperti dulu, aku hanyalah seorang janda yang memiliki 1 anak, aku hanya berharap kamu mau menerima segala kekuranganku dan bisa menyayangi Rakha seperti menyayangi anakmu sendiri. Aku harap tidak ada yang berubah perlakuan kita kepada Rakha, walaupun suatu hari kita telah dikaruniai anak.

ASKARA

Indira, tentu kamu tahu aku bukanlah lelaki yang sempurna, namun aku sedang berusaha menjadi calon imam yang baik dan semoga pantas mendampingimu. Aku mencintaimu karena Allah, aku tidak pernah mempermasalahkan statusmu, aku hanya menginginkan seorang istri yang shalihah, yang pandai menjaga diri dan kehormatannya, serta bersedia menemani ku di jalan dakwah. Tentu saja aku akan menyayangi Rakha seperti aku menyayangimu Indira.

Indira terlihat salah tingkah ketika Askara mengungkapkan sayang di depan Ustadz Abdurrahman. Wajahnya sedikit memerah. Namun tak dapat dipungkiri bahwa hatinya terasa berbunga-bunga.

USTADZ ABDURRAHMAN

Jika kalian sudah sepakat, silahkan langsung ceritakan pada orangtua kalian, karena tidak baik berlama-lama. Lebih cepat lebih baik untuk di adakan pertemuan keluarga dan segera melakukan lamaran.

ASKARA

Baik Ustadz. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebaikan Ustadz mempertemukan kami. Hanya Allah sebaik-baik pemberi balasan. Jazakallahu khairan katsiraa Ustadz.

Setelah sekitar 2 jam mereka berbincang-bincang. Bu Irma segera mempersilahkan mereka untuk makan malam sebelum Adzan maghrib berkumandang.

BU IRMA

Alhamdulilah,semoga niat baik kalian diberikan kemudahan, Ibu turut berbahagia atas pertemuan ini.Mudah-mudahan lancar sampai pernikahan. Aamiin..

BU IRMA (CONT'D)

Sebentar lagi maghrib. Ayo, kita makan dulu! Sudah disiapkan sama Bi Inem tuh di meja makan.

Merekapun bangkit untuk menuju ruang makan. Disana sudah ada Rakha yang sedang makan dengan lahap di temani oleh Bi Inem. Askara dan Indira merasakan kebahagiaan tak terkira atas kuasa Allah yang menjadikan pertemuan ini begitu indah.

FADE TO BLACK.









Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar