Cinta yang Keparat
15. Bagian #15

71  INT. RUANG UTAMA RUMAH YULIANTO – MALAM

Alira masuk ke ruang utama, disusul Micha, Dwi dan Anjar.

Tapi ruangan kosong.

Terlihat pintu belakang telah terbuka.

CUT


72  INT. TANGGA KE BASEMENT RUMAH YULIANTO – MALAM

Yulianto menuruni tangga dengan buru-buru. Paras ketakutan tak lagi bisa disembunyikan. Ia mengangkat ponsel dengan tangan gemetar.

YULIANTO
Jo, cepat keluarkan mobil!


Yulianto tiba di basement. Beberapa mobil mewahnya nampak berderet di situ.

Satu mobil kemudian bergerak mendekatinya. Paijo (50 tahun) membuka kaca. Yulianto langsung membuka pintu.

YULIANTO
Cepat, kita keluar!


Yulianto masuk ke dalam mobil.

Saat itulah Alira muncul dari tangga basement, disusul Micha, Dwi dan Anjar.

Micha langsung melompat ke arah basement, dan berusaha mengejar mobil yang mulai bergerak itu.

Tapi mobil bergerak lebih cepat keluar basement. Suara decitnya membuat Alira tak sanggup mengejar.

MICHA
(Berlari menjejeri Alira)
Ah, dia kabur...


Tapi Alira tak menyerah, ia terus berlari.

CUT


73  INT. TANGGA KE BASEMENT RUMAH YULIANTO – MALAM

Mobil keluar dari parkiran basement.

Paijo mengambil remote pagar, pagar terbuka dengan pelan.

YULIANTO
Cepat, Jo!

BEJO
Ini sudah yang tercepat, Pak!


Yulianto menoleh ke belakang, Alira nampak muncul di ujung basement, bersamaan pagar yang terbuka.

Paijo menekan gas untuk keluar pagar, saat itulah sebuah mobil di luar pagar tiba-tiba muncul dan menabraknya dari arah samping!

Kedua mobil langsung ringsek.

Dari mobil si penabrak, muncul Mas Pedro yang nampak sempoyongan.

Yulianto juga nampak keluar mobil dengan sedikit terluka. Saat itulah Alira berlari mendekatinya. 

YULIANTO
Kalian jangan macam-macam! Aku sudah menelepon polisi!


Alira dengan wajah penuh kemarahan, tak mengubris kata-kata itu, ia sudah melompat ke arah Yulianto.

Tendangan Alira mengenai dada Yulianto, membuatnya tersungkur ke tanah.

Belum sempat ia bagkit dengan sempurna, Alira kembali menendangnya. Satu kali... Dua kali... Tiga kali...

Kali ini Yulianto tersungkur dengan darah memenuhi mulutnya.

Tapi Alira tak berhenti. Ia kembali melompat, duduk di atas tubuh Yulianto, dan menghajarnya beberapa kali.

ALIRA
Katakan, kau yang membunuh Minia!


Mulut Yulianto yang telah dipenuhi darah, sama sekali tak menjawab. Membuat Alira kembali memukulnya.

Saat Yulianto nampak tak lagi bergerak, dan suara sirine mobil polisi terdengar, barulah Micha menghalanginya. Ia memeluk dan menarik Alira dari belakang.

MICHA
Sudah, Lir! Sudah! Polisi sudah datang....

Alira menghentikan gerakannya. Sementara suara sirine mobil polisi semakin mendekat.

DISSOLVE TO

                                                 

74  INT. RUMAL ALIRA – PAGI

Rumah Alira nampak kembali rapi.

Mas Pedro, Dwi dan Anjar baru saja membuang sampah-sampah.

MAS PEDRO
Kami pulang dulu! Kamu beristirahatlah. Semua sudah usai...

ALIRA
(Mengangguk)
Makasih Mas... Kamu juga Dwi dan Anjar.

MAS PEDRO
(Menatap Micha)
Kamu gak pulang?

MICHA
Aku nanti saja, Mas.


Mas Pedro, Dwi dan Anjar kemudian keluar rumah dan pulang.

Micha masih duduk bersandar di lantai..

ALIRA
Kamu gak pulang? Sudah seharian pergi, nanti Papa-mamamu kuatir.

MICHA
Aku sudah pamit dari semalam.


Alira duduk di lantai.

MICHA  
Ada yang banyak ingin kutanyakan padamu...


Alira diam.

MICHA
Ke mana kamu beberapa hari ini? Kenapa sama sekali gak menghubungi kami semua di sini? Apa kamu tak tahu kalau kami sempat berpikir kamu sudah...
(Micha tak mencoba melanjutkan kata-katanya)
Dan malam ini kamu tiba-tiba saja datang dengan kemarahan seperti semalam... Aku belum pernah melihatmu... semarah ini....

ALIRA
Aku...
(suara Alira terdengar tercekat)


Micha menunggu.

ALIRA
Mereka... brusaha membungkamku...
(Membuang muka ke arah pintu)
Dengan menjualku ke seorang mucikari...


Micha kaget. Reflek ia menutup mulut dengan tangannya.

ALIRA
Mereka membuatku tak sadar selama beberapa hari, dan aku tak tahu... berapa laki-laki yang...
(Alira tak bisa melanjutkan kata-katanya, air matanya turun walau ia berusaha untuk menyembunyikannya)


Micha mendekat dan memeluknya.

MICHA
Ya Tuhan... binatang itu...


Micha memeluk Alira semakin kuat.

MICHA
Kalau aku tahu itu terjadi padamu... akan kubiarkan kau memukuli jahanam itu sampai mati!


Micha sudah ikut menangis.

MICHA
Aku bahkan akan ikut memukulinya untukmu!


Masih berpelukan, keduanya menangis tanpa suara.

Di luar bulan nampak diam di balik ranting-ranting.

DISSOLVE TO


75  INT. KANTOR POLISI – PAGI

Di kantor polisi keadaan telah nampak ramai.

Para wartawan berlarian ke kanopi pintu masuk Gedung kepolisian, mereka segera merubung Pengacara dari Yulianto (45 tahun) dan seorang Pemerhati Anak-anak, Kak Tose (50 tahun) yang hendak melakukan press conference.

Pengacara maju ke depan mikropon yang sudah terpasang.

PENGACARA
Terima kasih kepada Sahabat-sahabat wartawan yang rela menunggu sampai siang ini. Seperti kita ketahui bersama, malam tadi, klien kami, Bapak Yulianto, seorang filantropi muda yang sahabat-sahabat tentu sudah mengenalnya dengan baik, mengalami kejadian tak mengenakkan. Ia dianiaya seseorang dengan brutal dan kejam...


Pengacara menunjukkan layar hapenya di depan wartawan. Di situ terlihat Yulianto sedang terbaring di rumah sakit dengan kepala dan tubuh dipenuhi perban.

PENGACARA
Sahabat-sahabat semua bisa membayangkan seperti apa penganiayaan yang dialami klien kami.
Padahal orang itu, yang menuduh klien kami bertanggung jawab atas terbunuhnya adiknya, sama sekali tak bisa membawa satu pun –saya uangi satu pun- bukti pada pihak berwajib.
Tentu kejadian ini tak bisa kami terima. Sehingga hari ini, kami sudah mengirimkan gugatan kepada pelaku atas penganiayaan dan pencemaran nama baik.


Nampak para wartawan berebutan bertanya.

WARTAWAN 1
Lalu bagaimana dengan laporan beberapa korban pelecehan yang masuk beberapa hari sebelum kejadian ini?

WARTAWAN 2
Bagaimana pula dengan video viral dari korban yang menganggap kejadian tabrak lari yang menimpa seorang Satpam di Yayasan yang disinyalir memberi petunjuk pada pelaku?


Pengacara itu mengangkat tangannya.

PENGACARA
Itulah yang saya ucapkan tadi, bahwa bukti-bukti itu seperti dicari-cari. Belum ada satu korban pun yang melaporkan langsung. Seseorang hanya membawa daftar korban, tanpa kita semua tahu siapa dan di mana orang tersebut berada.
Sedangkan soal tuduhan tabrak lari itu, tentu sangat mengada-ngada. Seperti seorang yang melakukan cocoklogi saja!
Mungkin Kak Tose, sebagai seorang pemerhati anak, yang kerap bekerja sama dengan pihak yayasan yang kita ketahui memberi rasa cinta yang tulus pada ratusan anak di negeri ini, bisa menjelaskannya lebih rinci.


Kak Tose maju ke depan.

KAK TOSE
Saya meyakini, semua tuduhan itu tidaklah benar. Saya kerap berada di sekolah Yayasan Cinta yang Abadi, dan yang saya rasakan adalah kegembiraan anak-anak di sana.
Jelas sekali, seperti yang kita tahu tentang reputasi Saudara Yulianto yang menyayangi anak-anak selama ini, beliau terus mencoba membentuk pribadi mereka dengan memberikan pendidikan terbaik. Sudah ratusan anak-anak yang lulus dan sukses di luar sana. Saya yakin, upaya-upaya ini adalah sekadar upaya percobaan dari pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk merutuhkan reputasi yang selama ini dibangun oleh Saudara Yulianto...

DISSOLVE TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar