Cinta yang Keparat
6. Bagianl #6

26  EXT. KANTOR POLISI – SIANG 

Kantor polisi nampak berada di jalanan yang ramai.

CUT


27  INT. KANTOR POLISI – SIANG 

Suasana kantor polisi tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang yang nampak berlalu-lalang.

Dua orang polisi baru menggeret seorang penjahat.

Alira duduk di depan seorang petugas polisi yang nampak sibuk dengan komputernya. Sementara Micha duduk di belakang Alira.

PETUGAS POLISI 
Mbak tidak bisa sakadar melaporkan ucapan seseorang. Mbak harus membawa bukti konkretnya!

ALIRA
Tapi apa... kematian adik saya saja tak cukup mencurigakan buat polisi? Ia jatuh dari lantai tiga sekolah yang seharusnya tutup...

PETUGAS POLISI     
Itu masih dalam penyelidikan, Mbak. Kami harap Mbak bisa bersabar.

ALIRA
Apa ucapan seorang sahabatnya tak bisa jadi pertimbangan polisi?

PETUGAS POLISI     
(Menarik napas dalam-dalam)
Mbak Alira, kami paham Mbak bersedih atas apa yang menimpa adik Mbak. Tapi kami menyelidiki segala kemungkinannya. Kami mencari kawan-kawan Adik Minia yang memungkinkan melakukan perudungan. Kami juga menyelidiki keseharian Adik Minia di asrama, membaca buku-buku catatannya, serta menanyai teman sekelas dan guru-burunya. Semua kami lakukan.
(Ia berhenti sejenak, seperti mempertimbangkan sesuatu)
Dan ini mungkin akan mengejutkan Mbak Alira, tapi pengakuan Adik Ashy malah menguatkan dugaan kalau Adik Minia dengan sadar datang ke sekolah yang tutup itu, yang tak ada siapa pun di sana, dan ia pun tak mau seseornag menemaninya. Berdasar pengalaman kami, kejadian seperti itu bisa jadi dilakukan seseorang yang tengah putus asa...

`    

Alira menutup mulutnya tak percaya.

ALIRA
Putus asa? Bapak menuduh... adik saya melakukan... bunuh diri?

PETUGAS POLISI     
Kami belum menyimpulkannya, Mbak. Tapi segala kemungkinan bisa terjadi.

ALIRA
Adik saya baik-baik saja, Pak. Ia menunggu saya menjemputnya di akhior pekan ini. Ia tak mungkin bunuh diri. Seseorang... seseorang pastilah mendorongnya! 
(Setengah berteriak.)


Petugas polisi berusaha menenangkannya.

MICHA   
(Memeluk Alira)
Sudah, Lir! Sudah!

CUT


28  INT. WARUNG ES DEGAN – MALAM 

Alira dan Micha duduk berhadap-hadapan di warung es degan yang ada di pinggir jalan. Warung dalam keadaan sepi. Selain mereka tak ada pelanggan lainnya.

Dari radio pemilik warung, terdengar sebuah lagu.

LAGU
And oh didn’t it rain/ Precious memories falling down from the sky/ ’Til I see you again/ Bye bye sister goodbye... (Sister Goodbye – Emily Barker)

ALIRA
Dulu, saat petugas Yayasan Cinta yang Abadi datang ke rumah kami, kupikir itu sebuah berkah. Dalam harapanku, di sekolah itu Minia bisa mengejar kembali cita-citanya, yang aku yakin, sempat dikuburnya saat Ibu meninggal...


Micha tak menanggapi. Ia hanya diam dan mengaduk es degan dengan gerakan lambat.

ALIRA
Kenapa sekarang jadi begini? Aku merasa semua jalan menuju ke kebenaran kematiannya, seperti tertutup begitu saja...

MICHA
(Menghela napas panjang)
Aku juga kaget tadi. Polisi itu seharusnya gak mengungkapkan hal seperti itu...

ALIRA
Apa... mungkin aku yang terlalu menekannya?

MICHA
Walaupun seperti itu, ia tetap tak seharusnya mengungkap hal itu di depan saudara korban!


Alira dan Micha terdiam sesaat.

MICHA
(Menyentuh tangan Alira)
Apa kita coba mendatangi sekolahnya? Bukankah kamu juga belum pernah ke sana untuk melihatnya secara langsung kan?

ALIRA
Apa... kita bisa masuk? Saat itu, mendekati tempat kejadian saja, aku gak bisa.

MICHA
(Mengangkat bahu)
Gak ada salahnya dicoba.

CUT         


29  EXT. JALANAN DI DEPAN YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM

Mobil Micha tiba di jalan di depan Yayasan Cinta yang Abadi. Gerbang Yayasan itu nampak tertutup rapat.

Micha dan Alira turun. Mereka mencoba melihat sekeliling dan mendekati ke pos satpam. Tapi di situ pun tak ada siapa-siapa yang terlihat.

Alira dan Micha mencoba mencari jalan dan bel, tapi lagi-lagi tak ada apa-apa di sekeliling gerbang itu.

Saat tengah kebingungan itulah, dari pos satpam muncul seorang Satpam. Di dada kiri tertulis namanya: Jaja.

Alira maju ke hadapan Satpam Jaja.

ALIRA
Malam, Pak...

SATPAM JAJA
Ya, Mbak? Ada keperluan apa ya malam-malam begini?

Micha ikut mendekat.

ALIRA
Saya Alira, Pak. Saya kakak Minia, yang beberapa lalu ditemukan meninggal di depan sekolah ini.


Satpam Jaja nampak kaget.

ALIRA
Saya ke sini ingin melihat tempat kejadian di mana adik saya meninggal, Pak.

SATPAM JAJA
(Menggaruk kepalanya dengan gestur ragu)
Aduh, gimana ya Mbak. Sejak kejadian itu, ada larangan dari yayasan agar orang asing dilarang masuk ke sini! Apalagi malam-malam begini.

ALIRA
Tolong saya, Pak. Sampai sekarang penyebab adik saya jatuh belum diketahui. Saya sudah datang ke pihak yayasan dan juga ke kepolisian, tapi semuanya tak memberi jawaban yang memusakan.
Maka itu saya ingin memeriksa sendiri, mungkin ada hal yang bisa saya temukan...


Satpam Jaja makin bimbang

SATPAM JAJA
Ya, saya juga sempat melihat Mbak mendatangi yayasan...


INSERT

Potongan Scene 21, saat Satpam jaja memandangi Alira dari kejauhan.

Micha maju ke depan.

MICHA
Sebentar saja, Pak! Coba bayangkan kalau bapak dari keluarga korban dan belum mendapat kepastian apa-apa tentang penyebab kematian saudara Bapak...

                     

Satpam Jaja menelan ludah. Ia masih terlihat ragu. Namun setelah melirik ke sana kemari, ia akhirnya menarik napas dalam-dalam.

SATPAM JAJA
Hmm... Sebentar saja ya, Mbak?

ALIRA
Siap, Pak!


Satpam Jaja kemudian masuk ke ruangan jaga, tak lama kemudian ia membuka gerbang gedung.

CUT


30  EXT. GEDUNG YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM

Satpam Jaja membawa masuk Alira dan Micha. Mereka berjalan ke tempat di mana Minia ditemukan.

SATPAM JAJA
(Sambil terus berjalan)
Di situ... tubuh Adik Mbak ditemukan...


Alira dan Micha menatap ke arah yang ditunjuk.

SATPAM JAJA
Saya ndak tahu sudah berapa lama di sana sebelum ditemukan. Saya sedang berada di pos penjagaan malam itu...

CUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar