Cinta yang Keparat
7. Bagian #7

31  INT. POS SATPAM - YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM - FLASHBACK

Di pos jaga, suara televisi terdengar pelan, Satpam Jaja dan Satpam Muhidin sedang terkantuk-kantuk di kursinya masing-masing.

Tiba-tiba terdengar suara keras di luar, seperti suara benda jatuh.

SATPAM JAJA
Apa ada ya?


Satpam Muhidin hanya mengangkat bahu.

SATPAM JAJA
Kayak suara kelapa jatuh aja...


Satpam Muhidin tak menanggapi, ia malah semakin meringkuk.

Satpam Jaja hendak kembali melanjutkan kantuknta, tapi ia tak lagi bisa memejamkan mata. Jadi ia bangkit dan memilih meminum kopinya yang sudah dingin.

Setelah itu Satpam Jaja keluar dari posnya.

CUT


32  EXT. GEDUNG YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM - FLASHBACK

Satpam Jaja berjalan sambil menyalakan senternya ke arah gedung sekolah. Ia menyorot beberapa sudut sekolah.

Sampai beberapa langkah kemudian, Satpam Jaja seperti melihat sesuatu di kejauhan. Dengan ragu ia mendekat, dan terlihatlah tubuh Minia yang tak lagi bergerak.

Satpam Jaja mulai berteriak panik.

CUT                                    


33  EXT. GEDUNG YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM

Satpam Jaja membawa Alira dan Micha melewati tempat parkir gedung, sebelum berhenti di tempat di mana Minia jatuh, yang masih dipasangi garis polisi. Bekas darah nampak sudah ditutupi pasir.

Alira dan Micha mengamati sekeliling.

POV ALIRA

Alira menengadahkan kepala ke atas membayangkan Minia melayang dan jatuh di sini.

INSERT

Tubuh Minia yang melayang ke bawah dan jatuh di hadapan Alira.

Kemudian Satpam Jaja mengajak Alira dan Micha memasuki gedung.

CUT


34  INT. GEDUNG YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM

Satpam Jaja sengaja membawa Aliura dan Micha melalui sisi kiri bangunan, bukan sisi utama. Di situ ia membuka pintu dengan kuncinya, dan kembali membimbing Alira dan Micha ke tangga dengan hati-hati.

Ketiganya melewati tangga dengan langkah-langkah pelan.

ALIRA
Apakah setiap malam memang sesepi ini, Pak?

SATPAM JAJA
Bila tak ada pegawai yayasan yang lembur memang sesepi ini, Mbak.

ALIRA
Apakah dari asrama siswa memang tak bisa masuk ke sini bila malam hari, Pak?

SATPAM JAJA
(Mengangguk)
Ya, tentu saja. Tak hanya malam, tapi sepanjang hari. Hanya saat akan bernagkat dan pulang sekolah saja jalan penghubungnya dibuka.


Keduanya tiba di lantai 3.

SATPAM JAJA
(Menunjukkan ke depannya)
Di sini Mbak, dugaan tempat Mbak Minia jatuh...


POV Alira

Alira memperhatikan sekelilingnya. Koridor yang rapi, dan deretan kursi di tepi tembok.

ALIRA
Apakah kursi-kursi dan meja ini memang selalu di sini?

SATPAM JAJA
Ya, memang di situ, Mbak. Di setiap lantai ada. Hmmm, dugaan kami para penjaga gedung... Mbak Minia terjatuh setelah berdiri di kursi yang ini.
(Menunjuk salah satu kursi)


Alira terdiam.


POV ALIRA

Alira membayangkan Minia berdiri di kursi yang ditunjuk Satpam Jaja.


INSERT

Alira berdiri di kursi, lalu tubuhnya melayang ke bawah.


Membayangkan itu, tubuh Alira gemetar. Micha segera memeluknya.

MICHA
Kamu gak apa-apa?


Alira memberi tanda tak apa-apa.

ALIRA
Lalu di mana asramanya, Pak?

SATPAM JAJA
Dari sini tak terlihat, Mbak. Ada di belakang gedung ini. Itu pun dipisahkan taman dan kolam.

ALIRA
Berarti jaraknya cukup jauh dari sini ya?

SATPAM JAJA
Iya, Mbak, memang agak jauh. Makanya semua heran bagaimana bisa Mbak Minia ke sini malam-malam...


Alira terdiam sesaat.

ALIRA
Jauh... dan pintunya selalu tertutup...
(Seperti bicara pada diri sendiri)

ALIRA
(Menoleh pada Satpam Jaja)
Kalau menurut Bapak sendiri, bagaimana Minia bisa sampai ke sini? Apakah ia memanjat pagarnya? Atau merusak kuncinya? Atau... ada seseorang yang memang membuka kuncinya?

SATPAM JAJA
(Nampak kaget dan berusaha mengelak)
Ah, maaf, Mbak, saya ndak tahu. Saya gak berani mikir yang aneh-aneh...

CUT


35  EXT. JALANAN DI DEPAN YAYASAN CINTA YANG ABADI – MALAM

Satpam Jaja mengantar Alira dan Micha sampai ke luar pagar.

ALIRA
Terima kasih sekali atas waktunya, Pak Jaja...

SATPAM JAJA
(Mengangguk-angguk)
Hmmm, anggap saja ini bantuan kecil saya buat Mbak Minia, Mbak. Mbak Minia itu anak yang baik. Saya juga ikut sedih kenapa ia bisa sampai meninggal seperti itu. Tapi saya ndak bisa bantu apa-apa lagi... Maaf, Mbak...

ALIRA
Ini sudah lebih dari cukup, Pak.


Alira dan Micha mulai membuka pintu mobil masing-masing.

SATPAM JAJA
Tapi mungkin... hmmm, kalau Mbak masih merasa kurang mendapat informasi...
(Nampak sedikit bimbang)
Mbak bisa menanyakan langsung pada...
(Menelan ludah)
pada Pimpinan Yayasan.

ALIRA
Untuk apa, Pak? Kemarin saya sudah menemui wakil ketuanya...

SATPAM JAJA
Ya karena malam itu, kalau saya tak salah lihat, Pak Yulianto ada di sekolah, Mbak. Nampaknya ia sedang lembur menyelesaikan sesuatu.

ALIRA
(Nampak terkejut, ia berpandangan dengan Micha sesaat)
Pemimpin yayasan benar-benar ada di sini malam itu?


Satpam Jaja terdiam sejenak. Nampak ragu.

SATPAM JAJA
Hmmm... saya gak terlalu yakin. Makanya mungkin Mbak bisa menanyakannya langsung. Kalau gak bisa di Yayasan mungkin... bisa langsung ke rumahnya di Elok Permai. Maaf, Mbak, saya harus kembali ke dalam.


Satpam Jaja segera berlalu dari situ.

CUT


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar