Cinta yang Keparat
12. Bagian #12

56  INT. KAMAR BUTUT - RUMAH PELACURAN – MALAM

Alira membuka mata. Pandangan yang kabur perlahan nampak semakin jelas.

Termasuk suara-suara samar gadis-gadis cekikikan di luar semakin jelas.

Alira mengatur napasnya. Pelan-pelan ia mulai menggerakan jari-jarinya.

ALIRA (V.O.)
Apakah aku... ada di rumah pelacuran?


Alira mengamati sekelilingnya, mencoba mendengarkan suara-suara di luar

PEREMPUAN 1 (O.S.)
Eh, Mas Badrun...

PEREMPUAN 2 (O.S.)
Ayo mampir, Mase. Jangan biarkan adik kering, Maseee...


Alira menggeretakkan giginya. Ia terus mengatur napas, dan menggerak-gerakkan Jari-jari tangannya.

Ia melihat tumpukan baju-bajunya. Dengan susah bayah ia menggapai pakaian dalamnya, dan mulai memakainya.

Namun saat semua terpakai, terdengar pintu kamar dibuka. Alira cepat-cepat kembali lagi ke pembaringannya dan menyelimuti dirinya, lalu berpura-pura tertidur seperti sebelumnya.

Seorang laki-laki mesum (50 tahun) muncul dari baliknya.

Alira menunggu dengan matanya yang tertutup.

PEREMPUAN 1 (O.S.)
Wooo, senengnya sama cewe yang gak ngerespon?

LAKI-LAKI MESUM (O.S.)
Bosen dengan yang pecicilan!


Laki-laki itu menutup pintu.

Alira diam-diam mengepalkan tangannya.

Sambil menatap Alira dengan wajah mesumnya, laki-laki itu mendekat. Ia mulai melepas baju dan celananya. Lalu mulai menyentuh dagu Alira.

LAKI-LAKI MESUM
Lumayan juga...
(Ia menyeringai)


Laki-laki itu lalu mulai menggerakkan tangannya untuk menyibak selimut Alira. Namun detik itulah, dengan secepat kilat Alira mengayunkan tangan menghajar leher lelaki itu.

LAKI-LAKI MESUM
(Berteriak)
Aaaach...


Tubuh laki-laki mesum itu langsung terjerembah jatuh.

Suara gedebuk, membuat perempuan di luar membuka pintu.

PEREMPUAN 1
Ada apa ini...
(Terkejut)


Alira bangkit. Dengan cepat ia memakai sepatunya.

PEREMPUAN 1
(Berteriak)
Tante, anak baru ini bangun lagi!


Perempuan itu berlari dengan pintu setengah terbuka.

Tante Mucikari kemudian datang bersama dua pengawalnya yang bertubuh besar.

Seorang pengawal maju lebih dulu, namun belum sempat ia melewati ambang pintu, Alira sudah menyembutnya dengan tendangan lompatnya.

Tubuh pengawal itu langsung terjengkak, menghancurkan meja terdekat!

Alira melangkah ke pintu.

CUT


57  INT. RUANG UTAMA - RUMAH PELACURAN – MALAM

Perempuan-perempuan yang ada di situ berlari dan berteriak dengan panik.

Alira keluar dari kamarnya. Ia masih sedikit menggoyang-goyangkan kepalanya yang terasa sakit.

Di depan, dilihatnya Mami Mucikari dan satu pengawalnya yang tersisa.

TANTE MUCIKARI
Kamu jangan macam-macam! Apa kamu tak tahu aku sudah membelimu dengan mahal!


Alira menggeretakkan giginya. Tangannya mengepal.

Tanpa bicara lagi, ia sudah melompat menyerang dengan kemarahannya.

Pengawal yang tersisa mencoba menghalangi. Tendangan Alira berhasil dipatahkan. Tapi Alira langsung menyusulkan serangan lainnya.

Untuk beberapa saat keduanya melakukan perkelahian. Pukulan dan tendangan saling berbalas.

Pengawal itu juga menguasai bela diri, satu dua tendangannya meluncur, namun Alira dapat menahannya dengan mudah.

Di satu kesempatan, Alira melompat dan membuat tembok menjadi tumpuan kakinya untuk melakukan tentangan pamungkasnya, tendangan dwi hurigi.

Pengawal itu tak dapat menahannya. Tubuhnya melayang memecahkan kaca jendela!

Alira menatap Tante Mucikari.

TANTE MUCIRARI
(Mundur perlahan dengan ketakutan)
Jangan mendekat! Kalau kau berani, aku laporkan ke polisi!

ALIRA
Jadi kau yang membiarkan laki-laki menyentuh aku?


Tante Mucikari tak menjawab. Ia nampak begitu ketakutan.

Mata Alira terlihat nyalang. Ia sudah tak menghiraukan apa-apa lagi. Ia sudah melompat dengan tendangannya.

Tubuh Tante Mucikari tak bisa menghindar. Ia langsung tersungkur hingga menghajar tembok hingga tembok pun runtuh menimpa tubuhnya.

Alira masih berdiri beberapa saat di depan tubuh yang tak lagi bisa bangkit itu.

CUT


58  INT. TOILET UMUM – TERMINAL – MALAM

Alira membasuh dirinya dengan gerakan perlahan.

Di depan cermin, ia seperti melihat bayangan yang terjadi beberapa hari lalu...

START OF MONTAGE

1. Dua orang bertubuh besar yang menggendong tubuhnya dan memasukkannya ke dalam sebuah mobil boks, lalu seperti menerima bayaran dari seseorang.

2. Tubuhnya yang tergeletak dalam boks mobil yang tak henti berguncang.

3. Tubuhnya yang telanjang tergeletak di kamar kost butut.

4. Seorang laki-laki mesum tertawa di atas tubunya.

END OF MONTAGE


Alira memejamkan matanya kuat-kuat. Tangannya mengepal. Air matanya luruh. Ia menangis tanpa suara.

ALIRA (V.O.)
(Dengan nada tak percaya)
Semua ini terjadi hanya gara-gara... aku mencoba menyelidiki kematian adikku...


Di kaca di depannya tiba-tiba terbayang sosok Yulianto Endro yang tersenyum ramah seperti yang sering muncul di poster-poster.

Alira memandang dengan kemarahan

ALIRA (V.O.)
Kalau manusia itu sampai berani menyogok orang untuk diam dan menyuruh mereka pergi.... lalu membunuh satpam yang bekerja untuknya ... dan menjualku ke rumah pelacuran seperti ini... Aku yakin ia memang melakukan hal buruk pada Minia...


Alira kemudian memukul kaca di depannya sampai pecah.

Seorang ibu yang baru keluar dari kamar mandi nampak kaget.

IBU KEPO
Nak, ada apa? Kamu ndak papa?


Alira tak menjawab. Ia cepat-cepat berlalu dari toilet.

CUT


59  INT. RUANG TUNGGU - TERMINAL – MALAM

Alira mengeluarkan dompet besar di balik jaketnya.

INSERT

Dompet yang selalu tergantung di pundak Tante Mucikari.

Alira mengambil uangnya dan membuang dompetnya ke tempat sampah.

Di depannya sebuah bis yang ditunggunya sudah datang.

Alira menaikinya.

CUT


60  EXT. DALAM BUS - MALAM

Bis melaju menembus malam.

Alira memandang jendela. Cahaya seperti berlarian ke belakang.

Alira menatap tangannya yang sedikit terluka. Tapi tangannya tetap terkepal.

Bis terus melaju, dan Alira terus menatap jendela.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar