ANTING KIRI (SCRIPT)
11. ACT 2 - PEMBUKTIAN JANJI

122 INT. KAFE RAHMAH – DALAM – SIANG

Abo dan Gufron duduk di hadapan Tenri yang tampak sangat tegang.

                            ABO

                  Apa kau punya musuh?

Tenri menggeleng.

                            GUFRON

Sebenarnya ini agak aneh karena   mereka tidak meminta uang tebusan.

          TENRI

Makanya aku bingung.      

          GUFRON

Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan Wizy.

Tenri menatap Gufron. Pada saat bersamaan, Ponsel Tenri berdering.

                            GUFRON

                        Cepat angkat.

Tenri dengan hati-hati menerima panggilan itu.

                            TENRI

                            Halo.

                            PENCULIK 1 (O.S.)

Kami tunggu di Pulau Kodingareng Keke jam 3 sore ini. Ingat, datang sendiri. Kalau kami melihat orang lain atau polisi, adikmu akan mati.

              TENRI

                 Kumohon, jangan sakiti adikku.

                            PENCULIK 1 (O.S.)

Selama kau mengikuti perintah kami, kami tidak akan menyakiti dia. Sekarang matikan ponselmu. Kalau masih aktif, kau akan menerima kabar buruk.

Sambungan telepon terputus. Hening beberapa saat.

                            ABO

Apa tidak sebaiknya kita lapor polisi saja?

Tenri buru-buru menoleh ke arah Abo.

                            TENRI

Jangan, mereka akan membunuh Wenni.

                            ABO

Tapi mereka juga mungkin akan membunuhmu kalau kau menemui mereka.

Kembali hening. Gufron berdiri. Tampak berpikir. Setelah itu ia menghampiri Tenri.

                            GUFRON

Apa kau yakin mereka di Tanjung Bunga?

                            TENRI

                      Lokasi GPS di sana.

                            GUFRON

Kalau begitu, kita tidak punya       pilihan lain. Kita harus ke sana.          

                                                  CUT TO:

123 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG BUNGA – MOBIL - SIANG

Gufron mengemudikan mobil mengitari kompleks perumahan. Abo yang duduk di sampingnya memperhatikan keadaan sekitar bersama Tenri yang duduk di kursi belakang. Tenri terlihat mengenakan topi.

                                                  CUT TO:

124 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG BUNGA – MOBIL - SIANG

Mobil berhenti di perempatan kompleks.

                            GUFRON

Kalau petunjuk GPS itu tepat, mobil Wenni ada di antara salah satu dari empat rumah itu.

Gufron menunjuk jejeran rumah yang berjarak sekitar seratus meter dari tempat mereka memarkir mobil. Sebagian berpagar tinggi. Ada juga mobil yang terparkir di depan rumah dengan kain penutup.

                            TENRI

Mustahil memeriksa rumah-rumah itu.

                            ABO

                       Kita pantau saja dulu.

                                                   CUT TO:

125 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN TANJUNG BUNGA – MOBIL - SIANG

Tenri melihat jam tangannya. Sudah jam 1 siang. Belum ada petunjuk keberadaan Wenni dan mobilnya.

Mereka masih menunggu.

Tiga puluh menit berlalu lagi. Tenri mulai gelisah.

                            TENRI

Kita pergi saja. Aku akan Temui        mereka di Pulau Kodingareng Keke.

          ABO

Kalau kau memang harus ke sana dan menyerahkan nyawamu, lebih baik kita dobrak saja rumah itu.

          TENRI

Jangan. Terlalu berisiko. Mereka pasti akan menghabisi Wenni. Lagipula, kita belum tahu apakah Wenni ada di sekitar sini atau tidak. Bisa saja mereka hanya menaruh mobilnya di sini sementara Wenni dan para penculiknya ada di tempat lain.

Gufron menatap Tenri lewat kaca spion.

          GUFRON

Kalau kau menemui mereka, belum tentu  juga Wenni bisa diselamatkan. Mereka    akan membunuhnya karena dia saksi kunci.

          TENRI

Setidaknya aku tidak harus melihat mayat adikku. Aku sangat menyayanginya. Aku bahkan rela menyerahkan seluruh hartaku untuk menebusnya.

Tenri mengusap matanya.

                            GUFRON

Tenanglah, Tenri.

     TENRI

Ini semua salahku. Wenni tidak akan mendapat masalah seperti ini kalau aku tidak menjadikan dia adik angkatku. Akulah yang mencelakakan dia.

              ABO

Kau jangan .... (kalimat Abo tertahan).     Lihat! Ada yang keluar dari rumah itu.

Tenri melihat ke arah telunjuk Abo. Seorang pria dan wanita tampak membuka pintu pagar lalu berjalan ke arah mobil. Keduanya mengenakan jaket kulit dan kalung tengkorak.

                            TENRI

                         Mereka ...

Mata Tenri membelalak. Ia mengenali kedua orang itu. Mereka yang ia lihat di Panakkukang XXI.

                            GUFRON

Ada apa, Tenri?

                            TENRI

Mereka yang menculik Wenni.

          GUFRON

Bagaimana kau bisa tahu?

          TENRI

Aku akan jelaskan nanti. Cepat, kita harus menangkap mereka.

Tenri menepuk pundak Gufron, memintanya menghidupkan mesin mobil. Kedua orang itu semakin dekat. Mobil bergerak pelan. Ketika mobil melewati kedua orang itu, Tenri dan Abo melompat turun.

Kedua orang itu menoleh dan tampak terkejut. Si Pria mencoba menarik pistol dari balik bajunya. Namun, gerakan Tenri jauh lebih cepat. Ia menabrak tubuh pria itu hingga terjatuh. Pria itu mencoba bangkit, tapi Tenri langsung menghajarnya. Pria itu seketika terkapar di jalan dan tak bergerak.

Abo juga berhasil melumpuhkan rekannya. Tangan Abo terlihat melingkar di leher wanita itu sehingga ia sama sekali tidak bisa berteriak.

Tenri mengambil pistol pria yang baru saja ia lumpuhkan lalu berlari ke rumah tempat kedua orang itu keluar beberapa saat lalu.

                                                   CUT TO:

126 INT. SEBUAH RUMAH DI KOMPLEKS TANJUNG BUNGA – DALAM - SIANG

Tenri menerebos masuk ke dalam rumah. Penculik 1 yang bertubuh kekar mengadangnya di ruang tengah. Tenri langsung menodongkan senjata ke wajahnya.

                            TENRI

Jangan coba-coba bergerak kalau kau         masih sayang nyawamu. Di mana adikku? Di mana kau menyekapnya?

              PENCULIK 1

Anda siapa? Adik Anda siapa?

Penculik 1 berkilah. Tenri menyeringai marah.

                            TENRI

Tidak usah berpura-pura. Aku           kenal suaramu.

Tenri memukul wajah Penculik 1 dengan penuh amarah. Penculik 1 ambruk dengan mulut berdarah. Ketika ia mencoba mengangkat wajahnya, Tenri menendang tangan tumpuannya.

                            PENCULIK 1

Kau mematahkan tanganku.

Penculik 1 meringis kesakitan sambil memegangi tangannya. Tenri berjongkok dan memegang leher Penculik 1.

                            TENRI

Itulah ganjaran untuk tangan             yang sudah berani memukul adikku.

Tenri mengencangkan cengkramannya ke leher Penculik 1 seraya menodongkan pistol ke wajahnya. Penculik 1 mengiba kepada Tenri seperti seorang anak kecil.

                            PENCULIK 1

Tolong jangan bunuh aku.

          TENRI        

Di mana adikku? Jawab! Dimana dia.

                            PENCULIK 1

Dia ada di kamar belakang.

Tenri berdiri lalu melayangkan pukulan ke wajah Penculik 1 lalu berlari ke arah belakang. Pada saat bersamaan terdengar suara pintu kamar yang digedor-gedor. Tenri membuka pintu kamar itu dan mendapati Wenni terbaring di lantai dengan tangan, kaki serta mulut terplester.

Tenri melepaskan ikatan Wenni dan membuka plester di mulutnya. Wenni langsung menghambur ke pelukan Tenri. Menangis. Tubuhnya gemetar karena ketakutan.

                           TENRI

Tenanglah. Kau sudah aman. Ayo          kita harus segera pergi dari sini.

Tenri menarik tangan Wenni dan berlari keluar rumah. Mereka baru saja keluar pagar ketika terdengar suara teriakan. Tenri menoleh ke lantai 2, PENCULIK 2 mengarahkan pistolnya ke arah Wenni.

Semua berlangsung begitu cepat. Tenri melompat mendorong tubuh Wenni. Pada saat bersamaan, terdengar suara tembakan. Setelah itu, suara tembakan lain terdengar bersahut-sahutan. Polisi bermunculan di sekitar Tenri yang tersungkur di atas jalan.

                            WENNI

                            Kakak!

Tenri mendongak menatap Wenni yang menangis, menyentuh wajahnya, tersenyum, lalu semua menjadi gelap.

                                           FADE TO BLACK:

127 EXT. TANAH LAPANG – TAMAN BUNGA - PETANG

Mata Tenri menjelajah sekeliling. Ia tampak keheranan berada di tempat itu. Semua terlihat berbeda. Taman itu tampak indah dengan bunga beraneka warna. Gadis Mimpi menatap Tenri lalu tersenyum.

                            TENRI  

Kakak tinggal di sini?

                            GADIS MIMPI

Iya. Sejak kecil.

Tenri terlihat semakin bingung. Sekali lagi ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling.

                            GADIS MIMPI (CONT’D)

Ada apa? Kau mencari ibu?

Tenri menoleh dengan mimik terkejut.

                            TENRI

Ibu ada di sini?

     GADIS MIMPI

Kau ingin bertemu Ibu?

Tenri mengangguk. Wajahnya mendadak berseri-seri.

                            TENRI

                        Di mana Ibu?

                            GADIS MIMPI

Ayo, ikut denganku. Aku akan mengantarmu menemui ibu. Dia pasti    sangat senang melihatmu. Ibu sangat menyayangimu. Kau tahu apa yang sering    ibu ceritakan padaku tentang kau?

          TENRI

Apa?

Tenri terlihat penasaran.

                            GADIS MIMPI

Kau anaknya yang paling manja.        Paling cengeng. Dan paling nakal. Kata ibu, kau juga anak kesayangan Ayah.

          TENRI

                  Ayah juga ada di sini?

                            GADIS MIMPI

                      Ayah belum datang.

Tenri tidak lagi bertanya. Mereka terus berjalan dan tiba di sebuah tanah lapang. BEBERAPA ORANG di tanah lapang melambaikan tangan sambil memanggil nama Tenri yang langsung berhenti.

                            GADIS MIMPI (CONT’D)

Kenapa berhenti?

TENRI

Kita sebenarnya mau kemana?

     GADIS MIMPI

Kita akan menemui Ibu, bukan?

          TENRI

Tapi di mana, Ibu?

     GADIS MIMPI

Sebentar lagi kau akan tahu. Ayo,      kita bergabung bersama mereka. Mereka sudah menunggumu. Lihatlah, mereka sangat gembira.

Tenri baru akan melangkah, namun Wenni muncul dari belakang. Wenni berlari dan tampak panik. Keringat bercucuran di wajahnya.

                            WENNI

                  Kakak, jangan pergi.

Wenni menarik tangan Tenri sambil menangis. Napasnya tersengal-sengal. Gadis Mimpi menatapnya dengan diam.

     WENNI (CONT’D)

Ayo, kita pulang, Kak.

     TENRI

                  Tapi aku ingin bertemu ibuku.

                            WENNI

Kakak pasti akan bertemu ibu,           tapi bukan sekarang.

          TENRI

                           Kapan?

                            WENNI

Pokoknya bukan sekarang.

Tenri berdiri dengan bimbang. Orang-orang di tanah lapang masih terus memanggil namanya. 

                            GADIS MIMPI

Kalau belum mau bertemu Ibu, tidak      apa-apa. Kau pulang saja dulu.

          TENRI

Tapi ....

GADIS MIMPI

Jangan khawatir, Ibu tidak akan marah.        Ibu sangat menyayangimu.

Wenni menarik tangan Tenri dan berhasil membawanya menjauh dari tanah lapang itu. Gadis Mimpi perlahan-lahan menghilang bersama orang-orang yang tadi memanggil Tenri. Suasana berubah menjadi sunyi.

Tenri terus mengikuti Wenni. Meniti jalan pulang. Kembali.

                                            DISSOLVE TO:

128 INT. RUMAH SAKIT – ICU - SORE    

Wenni menggenggam tangan Tenri yang sedang terbaring di ranjang. Mulutnya komat-kamit membaca doa. Perlahan-lahan air mata Wenni menetes di tangan Tenri yang akhirnya tersadar.

                            TENRI

Hei. Apa yang kau lakukan?

Wenni membuka matanya. Untuk beberapa saat ia membelalak menatap Tenri. Seperti tidak percaya dengan penglihatannya.

                            TENRI (CONT’D)

Ada apa?

WENNI  

Kakak sudah sadar! Syukurlah.          Terima kasih, Ya Allah.

Teriakan Wenni membuat orang-orang yang tengah duduk di depan tempat perawatan berhamburan masuk. Termasuk AYAH TENRI, DUA KAKAKNYA, Gufron, Abo, dan Bu Halimah. Mereka mengelilingi ranjang dan tersenyum.

                                                  CUT TO:

129 INT. RUMAH SAKIT – RUANG ICU - SORE

Dokter perempuan muda dengan papan nama bertuliskan dr AMILA sedang memeriksa Tenri. Memeriksa matanya, dadanya, hingga detak nadinya. Setelah itu ia menggeleng-gelengkan kepala.

                            DOKTER AMILA      

Ini mukjizat Tuhan. Tadinya,           kami pikir kami tidak akan bisa menyelamatkan Bapak.

Dokter Amila meninggalkan ranjang perawatan Tenri. Ia tampak anggun dengan pakaian putihnya. Tenri memperhatikan tangannya. Tidak ada cincin kawin di jari-jarinya.

Wenni menepuk tangan Tenri saat menyadari kalau ia sedang memperhatikan dokter itu.

          WENNI

Sepertinya calon kakak iparku         adalah seorang dokter.

Tenri tersenyum. Bibirnya bergerak.

                            TENRI

                            Amin.

                                               FADE OUT:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar