ANTING KIRI (SCRIPT)
2. ACT 1 - PERTEMUAN

26 EXT. KELAB MALAM DI MAKASSAR – HALAMAN DEPAN - MALAM

Tenri, Gufron, Abo sedang mengobrol di depan kelab malam. Beberapa pengunjung yang baru keluar lalu lalang di sekitar mereka.

                            ABO

             Jadi kapan kau balik ke Jakarta?

                            TENRI

Besok sore karena aku dan Gufron harus rapat dulu sampai siang.

Telepon Gufron berdering. Ia melihat layar ponselnya kemudian menjauh.

                            ABO

                       Pasti RISMA.

Tenri dan Abo memperhatikan Gufron yang sedang menerima telepon beberapa saat.

                            TENRI

                  Bagaimana toko kalian?

                            ABO

Alhamdulillah. Cukup ramai. Anak-anak      dari kampus hampir semua membeli peralatan mendaki di toko kami.

                            TENRI

                         Syukurlah.

Gufron bergabung kembali. Ia masih memegang ponselnya.

                            GUFRON

                       Risma menelepon.

                            TENRI

                          Ada apa?

Wajah Gufron tampak khawatir.

                            GUFRON

            Si kecil rewel. Mungkin sakit perut.

         TENRI

Kalau begitu kau harus pulang sekarang.       

Tenri menoleh ke arah Abo. Menggerakkan alisnya lalu menelengkan kepala ke arah Gufron.

                            TENRI (CONT’D)

                       Kalian bareng saja.

Abo dan Gufron saling berpandangan. Mereka terlihat tidak enak hati.

                            GUFRON

                       Terus kau bagaimana?

                            TENRI

Sudahlah, aku bisa naik taksi.

Gufron menoleh ke Abo. Abo mengangkat pundak.

                            GUFRON

Okelah kalau begitu. Anggap saja       ini perintah bos.

Gufron naik ke mobil dan menghidupkan mesin. Abo memeluk Tenri sebelum ikut naik ke mobil. Mobil bergerak pelan meninggalkan halaman kelab malam.

                                                   CUT TO:

27 EXT. KELAB MALAM DI MAKASSAR – AREA DEPAN – MALAM

Tenri menyetop taksi dan langsung naik.

                                                    CUT TO:

28 EXT. SEBUAH JALANAN DI MAKASSAR – TEPI JALAN – MALAM

Wenni yang sudah berganti pakaian dan mengenakan kaos sedang berjalan seorang diri di tengah malam. Jalanan lengang. Tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti di depannya. Pemuda 1 yang tadi berselisih dengannya di kelab malam turun bersama seorang temannya. Wenni langsung mengenali mereka.

                            WENNI

                       Kalian mau apa?

Wenni tampak ketakutan.

                            PEMUDA 1

Kau sudah mempermalukan aku              dan kau harus membayarnya.

Pemuda 1 menarik tangan Wenni. Wenni meronta.

                            WENNI

                          Tolong!

Pemuda 1 terus menarik tangan Wenni. Temannya membuka lebar-lebar pintu mobil. Wenni terus meronta.

                                                    CUT TO:

29 EXT. SEBUAH TAKSI DI MAKASSAR – DALAM – MALAM

Tenri sedang mencoba menelepon Wizy. Telepon berdering, namun tidak ada yang mengangkat.

                                                    CUT TO:

30 EXT. SEBUAH MOBIL DI JAKARTA - DALAM – MALAM

Ponsel Wizy berdering, Rian menoleh menatapnya. Wizy menatap layar ponsel di tangannya yang terus berdering.

                            RIAN

                  Kenapa tidak diangkat?

                            WIZY

                       Calon suamiku.

                            RIAN

             Kau takut dia tahu kau bersamaku?

Wizy terlihat kurang nyaman. Mobil terus bergerak. Wizy mematikan ponselnya kemudian memasukkannya ke dalam tas. Rian tersenyum.

                                                    CUT TO:

31 EXT. SEBUAH TAKSI DI MAKASSAR – DALAM – MALAM

Dahi Tenri berkerut saat mengetahui ponsel Wizy sudah tidak aktif. Ia bersandar dengan wajah kecewa sambil menatap ke arah depan. Tiba-tiba ia melihat Wenni yang sedang dipaksa naik ke mobil.

                                                    CUT TO:

32 EXT. SEBUAH JALAN DI MAKASSAR – TEPI JALAN – MALAM

Wenni terus meronta. Namun, Pemuda 1 terlalu kuat. Saat sudah di mulut pintu mobil, ia menginjak kaki Pemuda 1. Pemuda 1 menjerit kesakitan. Wenni berhasil melepaskan diri. Dia mencoba berlari, namun bahunya menabrak pintu mobil dan terjatuh. Pemuda 1 dengan wajah marah menghampirinya.

                                                    CUT TO:

33 EXT. SEBUAH TAKSI DI MAKASSAR – DALAM – MALAM

Tenri menjulurkan tubuhnya sambil menumpukan tangannya di belakang kursi. Ia gelagapan.

                            TENRI

                        Berhenti, Pak!

Sebelum taksi benar-benar berhenti, Tenri sudah melompat turun.

                            TENRI (CONT’D)

                       Tunggu sebentar, Pak. 

Tenri berlari ke arah Wenni sebelum sopir taksi berbicara.

                                                    CUT TO:

34 EXT. SEBUAH JALAN DI MAKASSAR – TEPI JALAN – MALAM

                            PEMUDA 1

              Kau tidak akan bisa melarikan diri.

Pemuda 1 menjambak rambut Wenni sambil mengambil tasnya dan melemparkannya ke dalam mobil.

                            PEMUDA 1 (CONT’D)

Kau pasti hanya pura-pura mau kabur.

Tenri muncul dari arah belakang mobil.

          TENRI

    Hei, lepaskan dia!

Pemuda 1 menoleh dan langsung berdiri. Wajahnya menegang. Perlahan-lahan ia mendekati Tenri. Mendorong dadanya.

                            PEMUDA 1

                      Kau siapa, ha!

                            TENRI

 Dia adikku.

                            PEMUDA 1

Adik ...(tertawa mengejek) kita sama-sama buaya, Bro.

                            TENRI

    Aku tidak mau ribut. Pergilah!

Tenri menghampiri Wenni yang memegangi sikunya yang berdarah. Tiba-tiba, Pemuda 1 menyerangnya dari belakang.

                            WENNI

                        Awas, Kak!

Tenri memutar tubuhnya dengan gesit, menangkis pukulan Pemuda 1 dan memukul wajahnya. Pemuda 1 terjatuh, meringis kesakitan sambil memegangi bibirnya. Temannya sempat bergerak seperti akan menyerang, namun ia tampak ragu.

                            TENRI

             Pergilah sebelum aku menelepon polisi. 

Kedua pemuda itu buru-buru naik ke mobil dan kabur bersama temannya yang sejak tadi hanya duduk di belakang kemudi.

Setelah mobil itu pergi, Tenri mendekati Wenni yang masih ketakutan.

                            TENRI (CONT’D)

                       Kau tidak apa-apa?

Wenni mengangguk pelan sambil menunjukkan sikunya.

                            WENNI

       Hanya tergores.

Tenri menjulurkan tangannya ingin memegang lengan Wenni.

                            TENRI

                       Boleh aku lihat lukamu?

Wenni tampak ragu. Dia menatap Tenri dari kepala hingga ke ujung kaki. Pandangannya sempat terhenti di telinga kiri Tenri. Melihat anting-antingnya.

                            TENRI (CONT’D)

Oh, maaf. Kita belum kenalan. Aku Tenri. Lengkapnya, Tenri Gangka. Ayahku seorang guru. Aku empat bersaudara, tapi di kartu keluarga kami hanya tercatat tiga orang. Aku anak bungsu. Orang baik-baik. Kejahatan terbesarku adalah mencuri mangga tetanggaku yang pelit saat SMP.

Wenni tersenyum lalu menjulurkan tangannya.

                            WENNI

                   Wenni. Wenni Macora.

                            TENRI

                       Namamu bagus.

                            WENNI

                            Makasih 

Tenri memeriksa luka di siku Wenni. Terlihat luka sebesar uang koin.

TENRI

                       Kau percaya padaku?

                            WENNI

                         Maksudnya?

TENRI

Kalau kau percaya, ikut aku. Aku akan mengobati lukamu.

WENNI

                          Di mana?

TENRI

   Di hotel.

Mata Wenni membelalak. Ia bergumam.

                            WENNI (VO)

Wah, ternyata benar buaya.

         TENRI

Aku bukan buaya seperti kata pemuda tadi. Jangan takut, aku tidak akan membuat ibuku marah dengan berbuat jahat         padamu.

Wenni tampak malu-malu Tenri bisa membaca pikirannya. Ia berpikir sesaat lalu mengangguk. Mereka berjalan ke taksi dan naik. Sopir taksi menoleh ke kaca spion, melirik Wenni sejenak lalu menggeleng.

                                                    CUT TO:

35 INT. HOTEL ARYADUTA – DEPAN RESEPSIONIS – MALAM

Tenri masuk hotel dan langsung ke meja respsionis. Wenni mengikutinya dari belakang, namun berusaha menjaga jarak. Ketika RESEPSIONIS PEREMPUAN yang melayani Tenri melirik ke arahnya, Wenni tampak kikuk.

TENRI

                Aku butuh obat merah dan kain kasa.

RESEPSIONIS

                     Siapa yang terluka, Pak.

TENRI

Adikku.

Tenri menoleh sekilas ke arah Wenni. Wenni buru-buru mengangguk sambil memegangi siku kirinya yang terluka. Resepsionis itu tersenyum.

                            RESEPSIONIS

Baik, Pak. Kami akan segera       mengantarnya ke kamar Bapak.

Tenri memutar tubuhnya, memberi kode ke Wenni dengan gelengan kepala lalu menuju ke lift. Wenni mengikutinya. BEBERAPA ORANG memperhatikan mereka. Saat pintu lift terbuka, Wenni yang tampak risih langsung melompat masuk.

                                                    CUT TO:

36 INT.HOTEL ARYADUTA – KAMAR – MALAM

Tenri memasukkan kertas yang berserakan di atas meja ke dalam map. Di depan map itu tertulis nama perusahaan “PT RAHMAH”.

TENRI

Kamarnya berantakan.

Tenri memindahkan map tersebut ke meja TV lalu berjalan ke kulkas dan membukanya. Terlihat beberapa botol dan kaleng minuman ringan.

TENRI (CONT’D)

 Mau minum apa, Wen?

WENNI

                        Air putih saja

Tenri mengambil dua botol air mineral dan kembali ke meja. Pada saat bersamaan, terdengar suara ketukan dari arah pintu. Tenri melangkah ke pintu dan membukanya. Tampak PELAYAN HOTEL berdiri dengan kotak PK3 di tangannya.  

                            PELAYAN HOTEL

                  Permisi, Pak. Ini kotak PK3-nya.

TENRI

Terima kasih, ya.

Tenri menutup pintu setelah pelayan itu pergi dan kembali ke kursi.

TENRI (CONT’D)

Bersihkan dulu lukamu di toilet.

                                 CUT TO:

37 INT. HOTEL ARYADUTA – TOILET – MALAM

Wenni membersihkan lukanya dengan air mengalir di westafel lalu membasuh wajahnya. Ia bercermin sejenak sebelum keluar dari toilet. 

                           CUT TO:

38 INT. HOTEL ARYADUTA – KAMAR - MALAM           

Wenni muncul kembali dari dalam toilet. Tenri sudah menyiapkan perlengkapan P3K di meja. Setelah Wenni duduk di sampingnya, ia mulai mengolesi lukanya dengan obat merah.

                            WENNI

                            Aoowww!

TENRI

  Sakit, ya?

WENNI

                           Perih, Kak.

                            TENRI

Tahan sedikit. Luka lecet            seperti ini memang perih.

Tenri selesai mengolesi luka Wenni dengan obat merah dan mulai membalutnya. Ia tampak sangat berhati-hati.

TENRI (CONT’D)

Beres. Semoga tidak berbekas.

WENNI

Amin

Tenri membersihkan perlengkapan P3K di atas meja lalu menatap Wenni. Wenni mengangkat kedua alisnya.

TENRI

Kau menginap saja di sini.

Wenni melongo memandang Tenri.

WENNI

Di sini?

TENRI

Bukan di kamar ini. Aku telanjur membooking dua kamar, tapi temanku tidak datang. Jadi kau bisa pakai        kamar itu.

Wenni tampak berpikir beberapa saat.

TENRI

Tapi kalau kau ingin tidur di sini, tidak masalah.

Wenni mengangkat kedua jarinya.

WENNI

Kita tidur berdua di sini?

Tenri tertawa ringan.

TENRI

Bukan. Maksudku, kalau kau ingin tidur di sini, aku yang pindah ke sebelah. Begitu. Tapi kalau kau takut sendiri, tidak masalah. Aku akan menemanimu. Aku bisa tidur di sofa.

Wenni kembali berpikir. Dia mendongak ke arah jam dinding di atas TV. Waktu menunjukkan pukul 02.10 dini hari.

TENRI (CONT’D)

    Atau kau ingin pulang?

Wenni tersipu malu.

WENNI

Aku tidak punya uang. Tasku diambil pemuda-pemuda tadi.

TENRI

Aku bisa mengantarmu. Kau tinggal di mana?

WENNI

(Gugup) Apa, aku ...

TENRI

Sudahlah. Ini sudah larut malam. Orang akan berpikir macam-macam kalau melihat kau pulang bersamaku. Lebih baik kau pulang besok pagi saja.

Tenri berdiri lalu mengambil cardlock di depan meja TV. Wenni mengikutinya keluar kamar.

                                                    CUT TO:

39 INT. HOTEL ARYADUTA – KAMAR 2 – MALAM

Tenri dan Wenni berdiri berhadapan di pintu.

TENRI

Kalau butuh sesuatu,ketuk saja kamarku.     Atau kalau malas keluar, telepon saja. Istirahatlah, semoga mimpi indah.

WENNI

Terima kasih. Maaf sudah merepotkan.

Tenri tertawa kemudian mengacak-acak rambut Wenni sebelum menutup pintu dan kembali ke kamarnya.

                                                    CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar