ANTING KIRI (SCRIPT)
9. ACT 2 - HADIAH UNTUK WENNI

104 EXT. HOTEL MELATI – TEMPAT PARKIR – MALAM

Wizy berhasil menyusul sebelum Tenri sampai di mobil. Di belakangnya Rian mengekor, menjaga jarak sembari memegangi pipi kanannya. Boy turun dari mobil. Kedua alisnya terangkat.

                            WIZY

Aku akan jelaskan semuanya, Tenri.

Tenri berbalik dan menepis tangan Wizy.

                            TENRI

Pastikan dia (menunjuk Rian) menikahimu kalau masih ingin hidup.

              WIZY

           Tapi ayahku...

              TENRI

Aku yang akan bicara padanya. Bersenang-senanglah.

                               CUT TO:   

START OF MONTAGE

105 EXT. SEBUAH MOBIL DI JAKARTA – JALANAN – MALAM

Mobil melaju. Tenri menyandarkan kepalanya di jendela sambil merenung. Boy melirik lewat kaca spion, tidak berani bicara.

                                                 CUT TO:

106 INT. RUMAH KELUARGA WIZY – KAMAR – MALAM

Wizy menangis dalam pelukan Dita. Cindy menepuk-nepuk bahunya berusaha menenangkan.

                                                 CUT TO:

107 EXT. SEBUAH PESAWAT – DALAM – MALAM

Tenri termenung di dalam pesawat. Wajahnya menampakkan kekecewaan mendalam.

                                                 CUT TO:

108 INT. RUMAH KOS WENNI – TERAS - MALAM

Wenni menempelkan ponsel di telinganya. Tampak gelisah.

END OF MONTAGE

                                            DISSOLVE TO:

109 INT. HOTEL ARYADUTA – KAMAR - PAGI

Pintu kamar terbuka, Tenri terlihat tertidur. Wenni muncul di pintu. Ia menyimpan tasnya di sofa lalu membuka tirai jendela. Setelah itu ia menghampiri Tenri dan menggelitik telapak kakinya. Tenri tak mengacuhkan Wenni.  

                            WENNI

                  Sepertinya ada yang lagi galau.

Tenri masih diam.

                            WENNI (CONT’D)

(Berbisik) Calon pengantin tidak boleh galau. Pernikahannya bisa batal.

Tenri bangkit dan duduk di samping Wenni.

                            TENRI

                  Aku tidak akan menikah.

                            WENNI

Hari ini memang tidak. Kan pernikahannya baru Minggu depan.

Tenri menghela napas panjang. Wenni menoleh, menatap Tenri dengan keheranan.        

          TENRI

Wizy mengkhianatiku.

Mata Wenni membelalak karena terkejut. Ia terlihat kurang percaya.

                            WENNI

                       Jangan bercanda, Kak.

Wajah Wenni mulai cemas.

                            TENRI

Aku memergoki mereka di hotel.              

          WENNI

      Serius, Kak?

Tenri mengangguk. Wenni menghambur memeluknya sambil menangis.

                            WENNI (CONT’D)

Sabar, Kak. Jangan sedih. Masih ada aku yang menyayangi Kakak.

                                                CUT TO:

110 INT. KAFE RAHMAH – DALAM – SIANG

Gufron tampak kesal. Tangan kanannya terkepal di atas meja. Sementara Tenri duduk di depannya dengan kedua kaki di atas meja sambil kepalanya bersandar pada kedua tangannya.

                            GUFRON

Kurang ajar. Harusnya aku               ada di sana. Aku ingin sekali      menghajar bajingan itu.

Tenri menurunkan kakinya. Ia mengusap wajahnya beberapa saat lalu berpaling melihat ke arah Gufron yang masih marah.

                            TENRI

             Sudahlah. Jodoh, mati, itu urusan Tuhan.

Gufron menepuk pundak Tenri.

                            GUFRON

                  Jadi apa rencanamu selanjutnya?  

Tenri berpikir sejenak.

                            TENRI

Aku akan pindah ke sini. Ibu kota masih kejam, Bro.

                             DISSOLVE TO:

111 INT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – RUANG TAMU – SORE

BEBERAPA ORANG tampak sibuk mengangkat perabot ke dalam rumah. Kursi, meja, keramik, hingga televisi. Tenri mengarahkan mereka saat mengatur perabotan itu di ruang tamu. Wenni dan ibunya, BU HALIMAH memperhatikan mereka sambil duduk di sofa.

Setelah orang-orang itu pergi, Tenri bergabung duduk di sofa.

                            TENRI

Ibu tinggal saja di sini bersama kami.

BU HALIMAH

Tidak, Nak. Ibu tidak bisa.

          TENRI

                        Kenapa, Bu?

Bu Halimah terdiam. Ia mengelus kepala Wenni.

                            TENRI

Tapi ibu haruS sering-sering datang ke sini.

                                  CUT TO:

112 INT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – RUANG TAMU – MALAM

Tenri dan Wenni sedang duduk di ruang tamu. Wenni tampak bersandar di bahu Tenri yang sedang menonton TV.

                            WENNI 

                  Besok aku ulang tahun, Kak.

                       TENRI

               Kau mau hadiah apa?

Wenni memperbaiki posisi duduknya. Menatap Tenri yang masih asyik menonton.

                            WENNI

                   Kakak mau ngasih apa?

                            TENRI

               Apa saja. Asal jangan calon ipar.

Wenni tersenyum.

                            WENNI

Jadi ceritanya sekarang Kakak tidak mau lagi menikah, begitu?

              TENRI

                            Mungkin

                            WENNI

                       Aku aminkan ya?

Tenri buru-buru menoleh.

                            TENRI

                       Eh jangan, enak saja.

Mereka berdua tertawa. Wenni menatap Tenri yang langsung mendorong jidatnya lalu kembali tertawa. Setelah itu mereka terdiam. Wenni tampak berpikir.

                            WENNI   

Kak,aku ingin jalan-jalan ke luar negeri. Aku mau ke Ngarai Fjaorargljufur di Islandia. Itu ngarai hijau yang sangat indah. Keren, Kak. Pernah muncul di video klipp Justin Bieber.

Tenri mengangguk.

WENNI

Serius boleh?

     TENRI

      Iya.

     WENNI

      Yes!    

Wenni berseru sambil mengepalkan tangannya. Ia tampak sangat gembira. Bu Minah muncul dari dapur membawa segelas kopi dan teh. Ia tersenyum melihat Tenri dan Wenni tampak bahagia. Setelah meletakkan gelas di meja, Bu Minah segera pergi.

                            TENRI (CONT’D)        

Ada lagi hadiah lain yang kau minta?

              WENNI        

Aku tidak ingin apapun lagi. Aku hanya mau kakak menyayangiku selamanya.

                                      CUT TO:

113 INT. RESTORAN RAHMAH – DALAM - SIANG

Perayaan ulang tahun Wenni berlangsung meriah. Kepada tamu, Tenri memperkenalkan Wenni sebagai adiknya. Setelah acara selesai, Tenri dan Gufron kembali ke kafe meninggalkan Wenni, Titin dan Ririn yang mengobrol di sofa.  

                                     CUT TO:

114 INT. KAFE RAHMAH – DALAM - SIANG

Tenri dan Gufron duduk di salah satu meja.

                            TENRI

             Aku benar-benar bahagia, Kawan.

                            GUFRON

Iya, tapi ingat, jangan lupa cari istri. Wenni itu hanya adikmu. Suatu        saat ia akan menikah dan meninggalkanmu.

              TENRI

                       Duh, mulai lagi.

                            GUFRON

Ini serius, Bro. Ingat umur. Kalau kau baru menikah di usia 40 dan istrimu baru melahirkan 5 tahun kemudian, bagaimana? Saat sudah 60 tahun, anakmu baru 15. Bayangkan kalau anakmu perempuan dan pemuda-pemuda tetanggamu mengganggunya? Kau hanya bisa berdoa. Apalagi kalau asam urat sudah merusak sendimu. Itu baru anak pertama.     

              TENRI

Hitung-hitunganmu benar-benar mengerikan.

              GUFRON

Makanya, lupakan Wizy dan menikahlah secepatnya. Jangan egois. Kasihan anak-anakmu nanti.

              TENRI

Iya, aku akan menikah.

     GUFRON

Atau bagaimana kalau aku membantumu mencari         calon istri? Aku jamin, kau pasti       menyukainya. Bagaimana?

              TENRI

             Tidak perlu. Aku bisa cari sendiri.

                            GUFRON

                           Yakin?

                                                 CUT TO:

115 INT. RUMAH TENRI DI MAKASSAR – KAMAR – SORE

Wenni, Titin, dan Ririn baru saja datang dan langsung masuk ke kamar. Mereka membuka kado ulang tahun Wenni di atas tempat tidur. Terakhir mereka membuka kado dari Tenri. Kado itu berukuran kecil.

                            TITIN

Ayo cepat buka, Rin. Aku penasaran ingin tahu.

                            RIRIN

                            Sabar.

Wenni memperhatikan kedua sahabatnya sambil bersandar di sandaran tempat tidur. Ririn membuka kado itu langsung terpana. Terlihat kunci mobil.

                            RIRIN

                         Mobil Wen!

Bukan hanya Ririn dan Titin, Wenni juga tampak terkejut. Ia mendekat dan mengambil kado itu.

                            TITIN

Kau benar-benar sudah jadi seorang putri, Wen.

          RIRIN

Iya, kau sangat beruntung, Wen.  

Titin dan Ririn memeluk Wenni. Mereka tampak bahagia.

                                                FADE IN:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar