ANTING KIRI (SCRIPT)
6. ACT 2 - ANTING KIRI

72 INT. KAFE RAHMAH – DALAM – SORE

Gufron dan Tenri berdiri di teras kafe. Beberapa pengunjung terlihat di dalam kafe sedang mengobrol. Satu-dua pengunjung yang baru datang dan mengenal Tenri menyalaminya lalu masuk ke dalam kafe.

                            GUFRON

                  Kalian sebenarnya mau kemana?

                            TENRI

                       (Tersenyum) Rahasia.

                            GUFRON

Mungkin memang sebaiknya aku tidak perlu tahu. Aku tidak mau berurusan dengan Wizy.

Ponsel Tenri berdering. Ada pesan masuk. Terlihat pengirim pesan, Wizy. Isi pesannya: Kapan balik? Tenri membalas pesan itu: Lusa.

                            GUFRON (CONT’D)

                             Wizy?

Tenri mengangguk. Taksi muncul dan berhenti di depan pintu kafe. Wenni menurunkan kaca jendela mobil lalu tersenyum ke arah Gufron.

                            GUFRON (CONT’D)

(Berbicara pelan tanpa menoleh) Ingat, dia adikmu.

Tenri meninju perut Gufron sambil tertawa. Wenni mengangkat kedua alis. Matanya membulat. Tenri buru-buru naik ke taksi. Gufron menggeleng melihat sahabatnya. Taksi meninggalkan kafe.

                                                  CUT TO:

73 INT. KABIN PESAWAT – DALAM – SORE

Wenni mengangkat kedua kakinya ke atas kursi pesawat. Ia memeluk lututnya, menghadap ke arah wajah Tenri.

                            WENNI

Jadi malam itu yang Kak Tenri maksud empat bersaudara tapi hanya tiga yang tercantum di KK itu Kak Rahmah?

          TENRI

(Mengangguk) Dia meninggal saat masih berusia 3 bulan dan ibuku     mengenang Kak Rahmah seumur hidupnya. Ibu terus membicarakannya sampai Beliau meninggal.

                            WENNI

                       Aku minta maaf, Kak.

                            TENRI

                       Tidak apa-apa.

Terdengar pengumuman di dalam pesawat. Pesawat akan segera mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Wenni memperbaiki posisi duduknya dan memasang kembali sabuk pengamannya.

                                                  CUT TO:

74. EXT. BANDARA NGURAH RAI – AREA DEPAN - SORE

Tenri dan Wenni keluar dari bandara dan berdiri di depan pintu kedatangan. Orang-orang lalu lalang di sekitar mereka. TIGA GADIS, berkacamata hitam besar dan memakai tas pinggang tampak sibuk bergroofie dengan ponsel. Mereka melihat hasilnya dan terlihat kurang puas. Setelah melihat kiri-kanan, mereka mendekati Tenri dan Wenni.

                            TIGA GADIS

                       Boleh minta tolong, gak?

Tenri mengangguk. Salah satu gadis menyodorkan ponselnya lalu mengajak temannya mengambil posisi bergaya dengan latar orang-orang yang baru keluar dari bandara. Tenri menjepret mereka. Beberapa kali gadis-gadis itu meminta foto ulang karena kurang puas melihat hasilnya. Wenni tersenyum memperhatikan Tenri yang dengan sabar meladeni permintaan ketiga gadis itu.

                            TIGA GADIS

             Makasih, ya? Pacarnya cantik, Mas.   

Wenni membelalak. Sementara Tenri hanya tersenyum. Saat ketiga gadis itu pergi, Tenri langsung berakting memperhatikan wajah Wenni yang tampak menyipitkan matanya.

                            TENRI

                       Mereka pembohong.

                            WENNI

                 Iya, aku memang jelek.

Wenni pura-pura kesal. Cemberut. Bibirnya ia monyongkan.

TENRI

Kamu bukan cantik. Tapi sangat cantik.

                            WENNI

                            Ehem ...

                                                  CUT TO:

75 EXT. HOTEL DI BALI – DEPAN PINTU – PETANG

Taksi berhenti di pelataran depan pintu. Seorang PELAYAN HOTEL bergegas mendekat membuka pintu. Tenri dan Wenni turun dan langsung masuk, berjalan menuju ke meja resepsionis. Setelah itu mereka masuk lift.

                                                  CUT TO:

76 INT. HOTEL DI BALI – KAMAR – MALAM

Kamar terlihat cukup mewah. Wenni dan Tenri duduk di bibir ranjang. Tampak tirai jendela tersingkap. Terlihat suasana malam Bali.

Mereka sudah berganti pakaian. Mengenakan celana puntung dan kaos.

                            WENNI

              Terima kasih untuk jalan-jalannya, Kak.

Tenri tampak tak acuh.

                            TENRI

                       Kita belum jalan-jalan.

Tenri berdiri dan melangkah ke samping tempat tidur. Ia mengeluarkan sesuatu dari tas. Wenni terlihat penasaran. Ia juga berdiri menghampiri Tenri.

                            WENNI

                       Itu apa, Kak?

Wenni berusaha mengambil barang itu, namun Tenri berhasil mencegahnya dengan mengangkatnya ke atas.

                            TENRI

             Sabar dulu. Ini untuk adik kesayanganku.

Mereka ke sofa dan duduk. Wenni tampak sudah sangat penasaran saat melihat Tenri mulai mengeluarkan sebuah dos.                

                           WENNI

                 Apa aku harus menutup mata?

Tenri tersenyum. Lalu, menyerahkan bungkusan tersebut.

                            TENRI

Jangan tanya harganya, dan jangan banyak tanya.

Mata Wenni membelalak. Ia dengan gesit mengambil bungkusan itu, membukanya dengan terburu-buru. Segera ia melihat sebuah ponsel baru yang tampak mewah.

                            WENNI

                       Kak ... (tercekat)

                            TENRI

                       Kakak bilang apa tadi?

Wenni tersenyum. Wajahnya terlihat semringah.

                            WENNI

                    Jangan banyak tanya.

Wenni memandangi ponsel di tangannya. Tampak matanya mulai berkaca-kaca.

                            WENNI (CONT’D)

Aku tidak tahu Kakak malaikat dari mana. Tapi aku yakin Tuhan mengirimmu untuk untuk menolongku.

          TENRI

Tidak ... tidak. Kau malaikatnya. Aku yang harus berterima kasih karena kau sudah bersedia menjadi adikku.

Tenri tiba-tiba mengangkat tangannya dan melepaskan anting-anting perak di telinga kirinya.

                            WENNI

                       Kenapa dilepas?

                            TENRI

Aku memakai anting kiri ini selama bertahun-tahun sebagai         bukti cinta dan kerinduanku pada almarhumah kakakku dan aku ingin kau memakainya.

Wenni mengambil anting tersebut dari tangan Tenri dan langsung memakainya kemudian memandang Tenri.

                            WENNI

Sekarang Kakak punya dua saudara perempuan.

Wenni menghambur ke pelukan Tenri.

                            WENNI (CONT’D)

                       Aku sayang Kak Tenri.

                                                  CUT TO:

77 INT. RUMAH KELUARGA WIZY – KAMAR – MALAM

Wizy sedang berbaring di kamarnya sambil memegang ponsel. Tampak di TV sebuah tayangan film yang memperlihatkan seorang pria sedang menampar istrinya. Wizy menonton sejenak adegan itu lalu mengangkat ponselnya ke telinga.

                                                  CUT TO:

78. INT. RUMAH DI KAMPUNG – SERAMBI BELAKANG - SORE

SEORANG IBU paruh baya yang mengenakan daster tua sedang mengelus kepala SEORANG REMAJA berusia 14 tahun (Tenri saat remaja) yang tidur di pahanya sambil bercerita.

                            IBU TENRI

Kakakmu berkulit putih, hidungnya mancung dan cantik. Sayang sekali, umurnya pendek.

         TENRI REMAJA

Apakah ibu sangat menyayanginya?

Ibu Tenri mengangguk. Ia membelai kepala Tenri dan menatap wajahnya, tapi ingatannya kepada sosok lain, almarhum putrinya.

          IBU TENRI

Ibu tidak pernah melupakannya. Sedetik pun tidak pernah.

Ibu Tenri mulai menangis.

                            IBU TENRI (CONT’D)

Ibu selalu cemburu melihat orang lain begitu bahagia  dengan anak gadisnya.

Tenri bangkit dan memeluk ibunya.

                            TENRI

                  Aku ingin saudara perempuan, Bu.

                                             DISSOLVE TO:

79 INT. HOTEL DI BALI – KAMAR – MALAM

Tenri sedang mengingat masa kecilnya ketika ponselnya berdering. Muncul nama Wizy di layar ponsel. Ia berpikir sejenak sebelum memutuskan menerima panggilan Wizy.

                            TENRI

                       Iya, ada apa Sayang?

                                              INTER CUT:

80 INT. RUMAH KELUARGA WIZY – KAMAR – MALAM

Wizy menunggu dengan gelisah beberapa saat sebelum terdengar suara Tenri di ujung telepon.

                            WIZY

                  Apa kau mencintaiku, Tenri?

                            TENRI

                         Maksudnya?

                            WIZY

             Apa kau benar-benar mencintaiku?

                            TENRI

Tentu saja. Buktinya aku sudah melamarmu dan kita akan segera menikah. (Heran) Ada apa, Sayang?

              WIZY

    Kau mencintaiku apa adanya?

              TENRI

(Tertawa lucu) Kau orang kaya, anak tunggal, dan cantik, bagaimana bisa aku akan berkata aku mencintaimu apa adanya. Jujur padaku, ada apa?

WIZY

Apa kau akan menerimaku apa adanya. Menerima kekuranganku.

              TENRI

Kau tidak punya kekurangan, segalanya adalah kelebihan. Kau cantik, kaya, dan ... (berpikir lalu tersenyum) Kau hanya keras kepala dan tidak bisa diatur.

              WIZY

   Kau tidak mau kehilangan aku?

              TENRI

Tentu saja. Aku mencintaimu. Ada apa sih. Kok aneh banget pertanyaanmu?   

              WIZY

Tidak ada apa-apa. Sudah dulu ya. Aku mencintaimu Tenri Gangka.

                                      CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar