ANTING KIRI (SCRIPT)
7. ACT 2 - TENTANG RASA

81 INT. HOTEL DI BALI – LORONG KAMAR – PAGI

Tenri menutup pintu kamarnya lalu mendatangi kamar Wenni yang berdampingan dengan kamarnya. Ia mengetuk pintu kamar tapi tidak ada yang membuka. Ia mengetuknya sekali lagi sambil menempelkan telinganya ke pintu.

Tenri baru saja memutar badannya, berniat kembali ke kamarnya ketika suara gagang pintu yang diputar terdengar di belakangnya. Pintu tersebut terbuka. Tapi tidak ada siapapun yang muncul.

Tenri masuk ke dalam, ia mendapati Wenni membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut. Tenri menggeleng lalu duduk di bibir ranjang.

                            TENRI

Anak gadis itu harus bangun cepat supaya jodohnya juga cepat.

Tidak ada reaksi dari Wenni. Tenri menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Wenni masih terpejam. Memeluk bantal guling. Beberapa detik berikutnya, ia membuka mata. Melirik Tenri, kemudian melenguh sejenak sebelum memutar tubuhnya memunggungi Tenri.

Tenri tersenyum. Melirik jam di kamar, masih jam 7 pagi. Ia berdiri dan berjalan ke arah jendela, membuka tirainya. Cahaya matahari seketika masuk ke dalam kamar.

10 menit berlalu.

Tenri kembali menghampiri Wenni yang sudah tertidur kembali.

                            TENRI (CONT’D)

Ibuku pernah bilang, seorang gadis akan hidup bahagia kalau selalu melihat matahari pagi. Ibuku juga bilang, gadis yang bangun lebih cepat, suaminya kelak akan ganteng dan wajahnya bercahaya. Kau tidak mau suamimu ganteng?

WENNI

Aku tidak butuh cowok ganteng. Yang aku mau dia baik hati, penyayang dan rajin salat.

Wenni menggerutu lalu menarik bantal dari bawah kepalanya kemudian menutupi telinganya. Tenri tertawa ringan.

                            TENRI

             Nenekku pernah bilang, anak gadis itu ...

                            WENNI

                  (Meracau) iya, aku bangun.

Wenni menggaruk kepalanya karena kesal lalu duduk. Ia menggeser posisi duduknya, menyandarkan tubuhnya di punggung Tenri, memejamkan mata, namun tidak tidur lagi. Beberapa saat kemudian, ia menguap panjang, menutup mulutnya, lalu mulai mengoceh.

                          WENNI (CONT’D)

Kuharap Kakak tidak mengangkatku jadi adik hanya supaya ada yang bisa Kakak ganggu setiap pagi. Dan jam berapa sekarang?                       

              TENRI

  Jam sembilan

WENNI

Astaga. Kita terlambat.

Wenni kelabakan mencari ponselnya di bawah selimut. Ketika melihat jam ponselnya, ia menarik bahu Tenri, memaksanya menoleh, lalu memandangnya dengan tatapan ibu tiri kejam dan mencubit lengannya dengan gemas. Wajahnya terlihat lucu.

                            WENNI (CONT’D)

Kakak yang baik tidak boleh berbohong pada adiknya. Ayo minta maaf.

          TENRI

Maaf adik kesayangan. Ayo, mandilah. Kita berangkat pagi-pagi supaya bisa puas jalan-jalan.

Belum ada tanda-tanda Wenni akan beranjak turun dari tempat tidur. Ia malah kembali bersandar di punggung Tenri seraya mengutak-atik ponselnya.

                            WENNI

             Kita sebenarnya mau kemana sih, Kak?

Mata Wenni masih di layar ponsel.

                            TENRI

             Ke tempat di mana kau akan bahagia.

                            WENNI

Memangnya Kakak tahu di mana tempat yang bisa membuatku bahagia.

              TENRI

         Kita akan mencarinya.

              WENNI

Kalau tidak ketemu, berarti Kakak gagal dong jadi Kakak yang baik.

Tenri memperbaiki posisi duduknya. Mereka kini duduk berhadapan.

                            TENRI

Pokoknya, kita baru akan pulang kalau kau sudah bahagia. Seminggu, dua minggu, atau sebulan, tidak masalah. Kalau perlu, kita jemput ibumu.

Wenni mengangkat wajahnya. Tampak jenaka.

                            WENNI

                          Serius?

Tenri mengangguk. Wenni menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya lalu melompat turun dan masuk ke kamar mandi. Suara gemericik air yang keluar dari shower terdengar diikuti senandung Wenni. Tenri tersenyum lalu kembali ke kamarnya.

                                                 CUT TO:

82 EXT. HOTEL DI BALI – PINTU KELUAR – PAGI

Wenni dan Tenri sedang menunggu mobil di depan pintu masuk hotel. Wenni mengenakan kemeja denim biru dipadu kaca mata berwarna kebiru-biruan serta topi lebar dan sepatu slip on. Tenri sementara itu mengenakan celana puntung dan kaos hitam, kamera DSLR menggantung di lehernya.

                            WENNI

                       Aku cantik, kan?

                            TENRI

                        Sepertinya.

Wenni langsung manyun.

                            WENNI

Kok sepertinya, sih? Cantik atau tidak?

          TENRI

         Lumayan.

          WENNI

     (Geregetan) Kakak ...!

          TENRI

(Tertawa) Kau cantik sekali.

Wenni tersenyum bahagia.

                            WENNI

                  Makasih. Kakak juga lumayan, kok.

Tenri menjewer hidung Wenni. mobil muncul dari arah jalan dan berhenti di depan mereka. SOPIR turun. Mereka mengobrol sejenak lalu Tenri dan Wenni naik ke mobil dan pergi.

                                                  CUT TO:

START OF MONTAGE

83 EXT. PANTAI SANUR – PANTAI - PAGI

Pantai Sanur dipenuhi wisatawan. Wenni terlihat sedang berpose di tepi pantai sambil merentangkan tangannya. Tenri memotretnya.

                                                  CUT TO:

84 INT. UPSIDE DOWN BALI – DALAM – PAGI

Wenni dan Tenri sedang berjalan-jalan di ruangan Upside Down Bali. Wenni menunjuk latar belakang tempat berfoto yang terbalik sambil memiringkan tubuhnya seperti hendak membalik badannya.

                                                  CUT TO:

85 EXT. TAMAN WERDHI BUDAYA ART CENTRE – DEPAN – SIANG

Tenri berdiri di samping seorang GADIS BALI yang mengenakan pakaian adat di Taman Werdhi Budaya Art Centre. Wenni jadi pengarah gaya. Meminta Tenri tersenyum saat ia memotretnya.

                                                  CUT TO:

86. EXT. BAJRA SANDHI RENON – AREA SEKITAR – SIANG

Tenri dan Wenni di Bajra Sandhi Renon. Tenri tampak sedang menjelaskan mengenai bangunan tersebut.

                                                  CUT TO:

87 EXT. PUSAT KONSERVASI KURA-KURA DAN PENYU – DEPAN – SIANG

Pusat Konservasi Kura-kura dan Penyu tampak ramai. Wenni berjongkok di depan patung Penyu lalu berdiri untuk mengukur besar badan penyu itu dengan tangannya.

                                                  CUT TO:

88 EXT. MOBIL RENTAL – DALAM – SORE

Tenri mengemudikan mobil di sebuah jalanan sementara Wenni menyuapinya dengan cemilan. Mereka tertawa bahagia. Sesekali Wenni menunjuk ke arah pemandangan dan manusia di sisi jalan.

END OF MONTAGE

                                             DISSOLVE TO:

89. EXT. MOBIL RENTAL – DALAM – PAGI

Mobil melaju. Wenni sibuk dengan ponselnya. Sekilas di layar terlihat foto Justin Bieber sedang berjalan diapit tiga pemuda. Wenni tersenyum sendiri. Tenri menoleh keheranan.

                            WENNI

                  Aku mau ke Monkey Forest, Kak.

                            TENRI

                      Ada apa di sana?

                            WENNI

Aku sudah bahagia. Dan aku ingin menyempurnakannya di sana.

Tenri mengangkat jempol persis saat ponselnya di dasbor berdering. Wenni melirik sejenak lalu sibuk kembali dengan foto Justin Bieber. Tenri mematikan ponselnya.

                                                  CUT TO:

90 INT. KANTOR TENRI – DALAM – PAGI

Wizy menurunkan ponselnya dari telinga. Wajahnya terlihat kesal. Boy berdiri mematung di depannya.

                                                  CUT TO:

91 EXT. MONKEY FOREST – AREA MONKEY FOREST – SIANG

Wenni menarik tangan Tenri meninggalkan loket pembelian tiket dan masuk ke kawasan Monkey Forest. Mereka berkeliling dengan Wenni terlihat mengamati keadaan sekitar dengan saksama sambil sesekali memeriksa ponselnya.

Mereka melewati kawasan hutan dan jembatan kayu. Sepanjang jalan terlihat banyak wisatawan asing yang sedang menikmati pemandangan alam Monkey Forest serta monyet-monyet yang sedang makan.

                                                  CUT TO:

92 EXT. MONKEY FOREST – TEMPAT PARKIR – SIANG

Tenri menghidupkan mesin mobil. Namun, kemudian mematikannya kembali karena melihat Wenni cemberut di sampingnya.

                            TENRI

                          Ada apa?

Wenni tak menjawab. Ia hanya menyodorkan ponselnya menunjukkan sebuah artikel dengan foto Justin Bieber yang terlihat sedang berada di Monkey Forest 2013 silam. Dalam foto itu, Justin Bieber tampak bersama tiga pria bertubuh besar, seperti bodyguard.

                            TENRI (CONT’D)

Jangan bilang kau ingin berfoto di tempat itu?               

Dengan wajah memelas, Wenni mulai memohon.

                            WENNI

Itu foto spesial, Kak. Teman-temanku pasti iri kalau aku mempostingnya di Instagram berdampingan dengan foto Justin Bieber.

Tenri menatap Wenni. Mimiknya kurang yakin dengan keseriusan Wenni.

                            WENNI (CONT’D)

Tadi aku sudah cari tempatnya, tapi tidak ketemu.

              TENRI

Jadi kau serius?

Tenri menggaruk kepalanya. Wenni mengangguk.

                           TENRI (CONT’D)

Aku tidak yakin Justin Bieber pernah ke sini. Dan kalau pun benar, tempat di foto itu pasti sudah berubah.

                            WENNI

Pokoknya aku mau foto seperti itu ada di Instagram-ku hari ini.

Mereka berdebat. Wenni ngotot. Tenri berusaha menahan diri agar tidak marah. 

                            TENRI

Kalau kau memang mau berfoto di tempat Justin Bieber pernah berfoto, lebih baik kita cari hotelnya. Kau bisa berfoto         sepuasnya di sana. Ini Monkey Forest, bukan Justin Bieber Forest.

                            WENNI

Itu terlalu gampang dan kesannya biasa-biasa saja. Semua orang bisa melakukannya kalau punya uang. Kalau di sini, selain uang, juga butuh usaha.

Tenri menatap Wenni dengan keheranan.

                            WENNI (CONT’D)

Kalau Kakak tidak mau, baiklah. Kita pulang sekarang.

              TENRI

Bukan tidak mau Adikku Sayang. Tapi itu tidak masuk akal.  

Wenni mengalihkan pandangannya ke arah luar.

                            WENNI

                  Ya sudah, kita balik saja ke hotel.

Tenri sudah menghidupkan kembali mesin mobil.

                            WENNI (CONT’D)

Maafkan kalau permintaanku terlalu berlebihan.

Wenni memelintir ujung bajunya dengan kedua tangannya. Matanya tampak berkaca-kaca. Tenri berusaha menahan diri agar tidak tertawa sambil memundurkan mobil. Namun, melihat Wenni mulai mengusap ujung matanya, ia langsung mematikan mesin mobil.

                            TENRI

Baiklah. Kita akan cari tempat Si Justin itu pernah berfoto.

Tenri segera turun dari mobil. Saat ia baru saja menutup pintu mobil, ia melongo. Wenni sudah tidak ada kursinya. Tenri menggerutu sebelum tersenyum.

                            TENRI (CONT’D)

Bandel sekali.

CUT TO:

93 EXT. MONKEY FOREST – DALAM - SIANG

SEORANG PEGAWAI Monkey Forest mengantar mereka ke lokasi yang terlihat dalam foto Justin Bieber. Wenni tersenyum ketika mereka tiba di lokasi itu.

                            TENRI

                         Apa lagi?

Wenni kembali menunjukkan foto Justin Bieber kepada Tenri. Lalu berbisik.

                            WENNI

Ada TIGA PRIA yang mengawal Justin Bieber, Kak.

Tenri menggeleng. Dia mengerti maksudnya.

                            TENRI

Belum tentu mereka bodyguard-nya. Mungkin mereka hanya kebetulan lewat.

          WENNI

Berarti Kakak tidak ikhlas.

Tenri menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras. Sambil tetap memegang ponsel Wenni, ia mencari tiga orang yang bersedia membantunya. Setelah memberi penjelasan, TIGA PENGUNJUNG akhirnya bersedia.

Wenni langsung beraksi. Ia mengarahkan tiga orang pengunjung itu. Satu berjalan di depannya dan dua orang di belakangnya. Tenri menjepret mereka beberapa kali dengan wajah malu-malu.

Setelah puluhan jepretan, Wenni akhirnya puas dengan fotonya. Tenri berterima kasih kepada tiga pengunjung itu lalu mengajak Wenni pulang.

Sepanjang perjalanan, Tenri tersenyum. Bahagia.

                                                  CUT TO: 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar