22. Scene #22

Suhu yang semakin dingin tetapi wanita yang berada ditengah lapangan masih tetap mandi dengan air kotor yang berisikan bunga. Karena merasa sudah tidak nyaman lagi Dinda lari dan pergi begitu saja meninggalkan Sekar dan yang lainnya. Tak lama kemudian perempuan itu kembali menari lagi dan suara musik gamelan semakin terdengan jelas. Setelah melihat terlalu lama, Sekar menyadari bahwa wanita yang berada ditengah lapangan tersebut memang ada yang tidak beres. Wanita tersebut mandi dengan air yang sangat kotor dan juga sangat keruh.

SEKAR

Din? Dinda kamu mau kemana? Din Dinda?

Dinda berlari kencang meninggalkan Sekar dan yang lainnya. Sekar ingin mencegah Dinda untuk tidak pergi dari situ, tetapi dicegah oleh Cakra.

CAKRA

Woy Kar! sudah jangan dikejar. kamu tahu sendiri kan konsekouensi kalau kita berpaling darinya?

SEKAR

Tapi Dinda bagaimana? kasihan dia, nanti jika sesuatu terjadi dengan dia bagaimana?

CAKRA

Sudah kamu nurut saja dan tetap disini. Itu biar menjadi urusannya Dinda kalau dia kenapa-kenapa nantinya.

Sekar semakin bingung, Sekar hanya bisa menangis akan kepergian Dinda dan Sekar tidak bisa berbuat apa-apa.

ANANG

Sekarang bagaimana? apa yang harus kita lakukan? Akbar dan Lana dari tadi hanya terdiam, sementara Dinda pergi dengan begitu saja.

CAKRA

Aku juga tidak tega melihat mereka, tapi mau bagaimana lagi? kita hanya bisa melihat ini sampai selesai.

ANANG

Memangnya kamu tahu dia akan selesai kapan? bagaimana kalau besok? bahkan lusa? dan tentu kita juga belum tahu apakah cara ini akan berhasil atau tidak atau kita nantinya akan berakhir seperti Akbar dan Lana.

Sekar tetap melihat kearah wanita ini dengan berlinang air mata. Anang Semakin emosi karena dia juga bingung untuk berbuat apa kedepannya. Cakra mengambil batu yang ada didekatnya.

CAKRA

Kalau kamu tidak percaya, pegang batu ini. Jika nanti cara ini tidak berhasil kamu boleh menghajarku sampai kamu puas? sampai kamu lupa bahwa punya teman yang namanya Cakra!

Cakra juga semakin emosi, karena dia merasa binggung harus berbuat apa dan sementara Anang tidak percaya terhadap Cakra.

SEKAR

Sudah... Kalian sudahi saja pertengkaran ini. Kalau kita bertengkar disaat situasi seperti ini hanya akan memperburuk keadaan.

Cakra dan Anang hanya bisa menahan emosi satu sama lain karena melihat Sekar mengatakan kalimat tersebut sambil menangis. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar